4. Misi

60 14 81
                                    

Terkadang apa yang menurut kita sudah benar, tetap saja salah di mata orang lain.

-CeriGala-

Beberapa menit kemudian, sampailah mereka di depan sebuah gedung berukuran besar. Usai turun dari kereta, hanya dengan berjalan kaki beberapa langkah, Gala dan Ceri sampai ke tempat tujuan.

Satu hal, untuk pertama kalinya Gala merasa sangat penat saat akan berangkat bekerja. Sepanjang perjalanan, tak ada hentinya pria itu terus menahan rasa emosi yang melanda. Selain menyesal, Gala merasa harinya akan berjalan buruk hari ini. Kehadiran Ceri yang ikut aktivitasnya membuat Gala sedikit kewalahan. Belum lagi, gadis yang terus membuntuti di belakang punggungnya itu terus menggerutu kala Gala tidak merespon perkataannya.

Menjadi Gala tidaklah mudah.

Ceri menjerit. "Gala, tungguin! Ceri capek ...." rengek gadis itu sambil berjalan menghampiri Gala.

Pria berkacamata itu kontan membalikkan tubuh. Ia mengembuskan napas panjang. "Jangan lama-lama." Gala menatap arlojinya yang melingkar di tangan. "Aku udah mau telat," imbuhnya.

Ceri lebih mempercepat langkah dengan napas yang tersengal-sengal. "Mana tempat kerjanya Gala?"

"Ini, kita udah sampai." Gala memberi kode bahwa gedung di hadapan mereka lah tempat kerjanya. Ceri menganga. Rupanya Gala bekerja di gedung bertingkat tinggi.

"Oh, ini tempatnya," gumam Ceri. Gadis itu melengkungkan sudut bibir. "Syukurlah udah sampai, tunggu apa lagi? Ayo masuk!" Pundak Ceri kontan ditarik mundur oleh Gala. Perlakuan itu membuat Ceri menautkan alisnya.

"Kenapa?" tanya Ceri.

Gala berdecak pelan. "Kamu itu bukan siapa-siapa di sini. Terus ngapain ikutan masuk? Mau disangka mata-mata?" balas pria itu dengan nada sedikit menekan.

Ceri mendesah. "Tapi, Ceri nanti gimana, dong? Masa Ceri di luar sini? Nanti kayak orang hilang."

Gala mengusap wajahnya. "Suruh siapa ikut," cercanya.

Ceri menurunkan sudut bibir. Matanya tampak berkaca-kaca. "Gala jahat." Gadis itu menunduk pelan. "Ceri cuma pengin bantuin Gala, Ceri juga nggak mau ditinggal sendirian," sambungnya.

Ceri berpikir, terkadang apa yang menurut kita sudah benar, tetap saja salah di mata orang lain.

Sang lawan bicara terdengar mengembuskan napas berat. "Iya, aku ngerti. Tapi dengan kamu datang ke sini dan masuk ke dalam itu bisa bikin temen-temen kerjaku ngira yang enggak-enggak," timpal Gala.

Ceri mendongak. "Tapi, Ceri itu niatnya mau bantuin Gala. Bukan mau ngerusuh atau jadi mata-mata."

Di tengah percekcokan yang terjadi, sosok gadis cantik berpakaian jas kantor dan rok hitam di atas lutut mendatangi mereka.

"Pak Gala," sapaan bernada lembut itu terdengar. Membuat Gala dan Ceri kompak menoleh.

"Ada apa ini?"

Ceri terkesiap. Memandang Gala dan gadis itu secara bergantian.

"Pak Gala, dia siapa?" tanya Chika.

CeriGala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang