23. Terungkap

29 9 33
                                        

Seseorang yang langsung bergerak sebagai bukti, bukan hanya sekadar janji adalah sesuatu yang tak banyak manusia miliki.

-CeriGala-

Menyusuri jalanan sepi tanpa sebuah tujuan adalah situasi membingungkan bagi Ceri. Gadis itu mengusap lengannya yang terasa dingin, tatapannya kosong ke arah depan. Kedua bahu Ceri bergetar karena menahan berat tubuhnya. Kepalanya terasa berdenyut pelan. Sepanjang perjalanan, yang Ceri lakukan hanya menangis. Ia tidak tahu lagi harus pergi ke mana. Kehadirannya tidak dianggap lagi oleh seseorang yang dijadikan 'rumah'.

Lamunannya membuyar saat suara klakson mobil yang melaju dari belakang tiba-tiba terdengar, berbunyi nyaring dengan nada panjang. Membuat Ceri tersentak dan refleks menepi. Karena sudah berjam-jam berjalan kaki, Ceri mulai merasa letih. Ia duduk di halte bus yang tak jauh dari posisi. Bersinggah sejenak untuk menghilangkan rasa penat.

Matanya memperhatikan warna langit yang sudah berganti. Semburat oranye yang terpancar membawa sisi kehangatan tersendiri, setidaknya membuat Ceri tidak merasa dingin lagi.

Gadis itu menghela napas panjang. Hari akan beranjak malam, sedangkan ia belum menemukan tempat tinggal. Ceri memeluk boneka teddy bear-nya.

Ia menggumam, "Ceri takut."

Sekelebat momen bersama Gala pun terputar dalam otak. Bagaimana cara pria itu memperlakukannya, bagaimana sikap manis yang jarang dikeluarkan tiba-tiba ada, dan bagaimana sisi ketusnya yang kesal dengan perilaku Ceri. Tak bisa dipungkiri, Ceri merindukan sosok Gala. Mungkin terlalu cepat jika Ceri sebut ini perasaan terdalamnya pada seorang laki-laki. Ia merasa begitu diinginkan. Merasa istimewa oleh semua perlakuan Gala. Meskipun terkadang Gala bersikap dingin padanya, tapi terdapat sisi perhatian yang belum pernah Ceri dapatkan sebelumnya dari siapapun. Banyak perlakuan Gala yang tidak banyak bicara, tetapi langsung menggunakan tindakan sebagai jalan keluarnya.

Tidak banyak membual, tapi lebih memilih untuk langsung merealisasikan. Mungkin, dari situ lah alam sadar Ceri tertarik dengan sosok Gala. Karena seseorang yang langsung bergerak sebagai bukti, bukan hanya sekadar janji adalah sesuatu yang tak banyak manusia miliki.

Namun, sekarang Ceri tidak bisa bertemu dengannya lagi. Mungkin tidak akan bertemu kembali karena Ceri tak ingin membuat Gala kian benci.

Suasana jalanan semakin sunyi. Ceri bangkit. Ia harus kembali bergerak mencari tempat sebelum malam tiba. Akan tetapi, saat tak jauh berjalan kaki, sebuah kendaraan beroda empat menghadang di depannya. Bola mata Ceri membulat sempurna. Melihat seseorang yang turun dari mobil membuatnya memundurkan langkah. Lagi-lagi, Ceri bertemu dengan Damian dan Lisa—om, tantenya. Ceri hendak berlari dari sana saat itu juga. Namun, dua bodyguard mereka dengan cepat menangkapnya dan menariknya paksa ke dalam mobil.

Ceri berteriak meminta pertolongan. Akan tetapi, dirinya sudah berada di dalam mobil dan ditemani oleh Damian juga Lisa.

"Diem kamu! Jangan membantah!" bentak Lisa sambil memegang tangan Ceri.

Ceri tak bisa bergerak leluasa. Ia mengatupkan mulut dengan buliran hangat yang terasa mengaliri pipi. Pasrah dan tak bisa mengelak lagi. Mungkin ini terakhir kalinya Ceri melihat di dunia. Pikirnya.

Dari kejauhan seorang pria beralis tebal itu memicingkan mata. Mendengar suara pertolongan, ia menghentikan mobilnya di tepi jalan—dari kejauhan. Diam-diam, pria itu menggertakkan gigi, lalu mengepalkan tangannya erat.

"Gala brengsek!" umpatnya sembari menancap gas—mengikuti mobil di depannya.

Hari telah berubah menjadi gelap. Nathan memelankan laju mobilnya untuk melihat para bedebah yang menyandera Ceri. Mereka berhenti di sebuah rumah bertingkat besar yang kemungkinan adalah rumah orang tua Ceri.

CeriGala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang