22. Pergi

26 8 17
                                        

Dia lupa kalau manusia tidak ada yang sempurna. Dia lupa kalau manusia juga punya titik lelah. Dia lupa kalau manusia juga makhluk hidup yang memiliki kekurangan dan kelebihan.

-CeriGala-

Keadaan berubah menjadi mencekam. Wajah penuh emosi Gala menyambut Nathan dengan seringaian yang tak pernah Gala perlihatkan sebelumnya. Tepat ketika mereka berhadapan, bahu Nathan didorong ke dinding. Sorot mata Gala menilik ke arah rekan kerjanya.

Gala mencengkram kemeja Nathan. "Kenapa kamu berani-beraninya masuk ke sini tanpa izin dulu samaku? Ini tempatku!"

Nathan mengerutkan dahinya. "Kamu nggak tau apa yang terjadi sebenernya sama Ceri. Andai aku nggak menolongnya, mungkin ceri udah dibawa sama dua tua bangka itu!"

"Maksudnya?"

"Ceri hampir dibawa sama om dan tantenya. Segitu nggak becusnya kamu jaga Ceri dari mereka?" Nathan terkekeh. "Kamu lebih mementingkan urusan pribadimu sama Chika dibanding Ceri yang lagi membutuhkan bantuan."

Gala kemudian menghentakkan cengkeraman Nathan dan maju selangkah. "Pergi dari sini sekarang juga!" usirnya.

"Gala, Kak Nathan, udah!" Ceri berusaha menjadi penengah di antara mereka berdua. Namun, ia justru mendapatkan tatapan tajam dari Gala. "Nggak usah ikut campur urusanku sama dia, tugasmu sekarang diam. Ini bukan waktunya kamu bicara," ucap pria berkacamata itu penuh penekanan.

Ceri meneguk ludah. Emosi Gala dan Nathan tampak memuncak. Keduanya saling melempar gagasan dan tatapan kebencian.

"Aku cuma nolong Ceri, kenapa kamu yang nggak terima?" Nathan menggeram. "Harusnya kamu lebih sadar diri. Keberadaan Ceri udah nggak aman lagi, kamu malah sibuk mengurusi hal-hal yang nggak penting!"

Gala mendorong bahu Nathan. "Nggak usah sok jadi pahlawan.  Kamu nggak tau apa yang ku lakukan pagi tadi." Gala mendengkus. "Jadi, pergi dari sini sekarang juga."

Berupaya keras mengabaikan ucapan Gala, Nathan menoleh ke arah Ceri dan berkata, "aku pulang, ya. Jaga diri baik-baik, Ceri."

Nathan melenggang pergi. Meninggalkan Ceri yang dipenuhi rasa ketakutan, bersama Gala yang diselubungi amarah mendalam.

Gala menutup pintu. Ia berjalan mendekat ke hadapan Ceri. Ceri refleks memundurkan langkah, Gala pun menyadari jika Ceri menghindarinya. Pandangan Gala tak lepas dari gadis di hapadannya. Posisi mereka yang semakin dekat membuat napas Ceri tercekat.

"Apa yang terjadi? Dan apa aja yang kamu bicarakan sama dia?" tanya pria itu dengan suara berat.

Ceri menunduk pelan sambil meremas kedua tangannya sendiri. Ia menggigit bibir bawah tanpa menjawab apapun.

Gala mendekat. "Hm? Jawab pertanyaanku," ujarnya lagi memelankan suara tapi terdengar menyeramkan untuk Ceri.

Ceri meneguh ludah dengan susah bayah. Ia mendongak ragu. Maniknya bertemu, sorot mata Gala jelas memberi isyarat bahwa emosi pria itu tengah meradang. Gelagapan, Ceri mencari alasan dengan cepat. "Kak Nathan nggak salah." Gala menaikkan satu alisnya. Sepertinya ucapan Ceri salah. "Apa yang dibilang kak Nathan benar. Dia menolong Ceri dari om sama tante yang nemuin Ceri di jalan."

Gala masih terfokus ke arah gadis di hadapannya. "Di jalan? Jangan bilang kamu keluar apartemen?"

Ceri mengangguk ragu. "M-maafin Ceri. Ceri cuma mau nyari angin aja."

Pria berkacamata itu memundurkan langkah. Ia menatap datar. "Udah ku bilangin, kan? Jangan keluar sendiri tanpa sepengetahuanku."

"Maaf ...."

CeriGala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang