15. Cekcok

30 7 34
                                    

Seseorang yang gila harta akan dibutakan dengan keinginan, yang mengira bahwa itu akan membawa keuntungan. Padahal kenyatannya, harta hanya akan mampir sementara.

-CeriGala-

Segala sesuatu bisa berubah, termasuk pagi yang tadinya cerah berubah menjadi gelap karena awan hitam menutupi. Tak lama, rintikan air mulai berjatuhan dari langit. Orang-orang terlihat menepi, beberapa di antaranya merutuki karena perjalanan mereka jadi terhenti, ada juga yang mensyukuri tiap tetesan yang mengalir karena perasaan tenang dan nyaman yang datang secara bersamaan.

Sama hal-nya Chika. Langkahnya dipercepat, juga napas yang tersengal-sengal. Memasuki kantor sambil melirik arloji yang melingkar pada tangan lentiknya. Chika menghela napas lega. Beruntung dirinya tidak terlambat. Gadis bersurai panjang itu menyipitkan mata, memergoki sosok pria yang baru saja datang setelahnya.

"Pak Gala? Baru berangkat?" tanya Chika heran.

Sang pemilik nama menoleh, lalu mengangguk. "Iya, tadi macet sebentar di jalan, terus neduh bentar" jawab Gala.

Chika mengangguk mengerti. Akan tetapi, matanya fokus tertuju ke jas dan kemeja milik Gala. Chika sontak maju satu langkah lebih dekat ke pria itu. Mata indahnya menatap rambut Gala yang basah. Kemudian, Chika mengeluarkan sesuatu dari dalam ranselnya. Yaitu sebuah handuk kecil. Ia mengusap rambut Gala menggunakan handuk tersebut. Perlakuan dari Chika membuat Gala mati kutu. Gala merasakan usapan demi usapan ke wajahnya begitu lembut dan pelan. Ia mengerjapkan mata beberapa kali. Tak dapat dipungkiri, Chika benar-benar cantik jika dilihat dari dekat.

Perlahan, gadis itu memundurkan langkah. Mengembuskan napas. "Pak Gala, seragamnya basah banget. Bawa baju ganti nggak? Lebih baik ganti aja dulu, takutnya nanti masuk angin," ujar Chika.

Gala menggeleng. "Nggak pa-pa, kok. Nanti juga kering sendiri." Ia tersenyum tipis. "Makasih, Chika," ucapnya0.

Sang lawan bicara menarik kedua sudut bibir ke atas, lalu mengangguk sebagai jawaban.

"Oh, iya." Gala menatap gadis di hadapannya secara dalam-dalam. "Aku minta maaf banget waktu ada acara ulang tahunmu. Aku membuat acaramu berantakan, Chika."

Chika menggeleng. "Nggak masalah, Pak Gala. Aku udah senang, kok, karena Pak Gala hadir," balas dia.

"Sebagai gantinya, pulangnya mau ku ajak ke suatu tempat nggak?" tawar Gala.

Mendengar itu, Chika semakin tak bisa menyembunyikan senyumnya yang terus mengembang. Ia menyelipkan anakan rambut ke belakang telinga. "Boleh."

"Oke. Akan ku tunggu pulangnya. Mari, kita udah masuk jam kerja."

"Eh, si Ceri nggak diajak ke tempat kerja?" tanya Chika mengalihkan topik.

Gala mendengkus. "Nggak bisa, di luar sana bahaya buat dia. Kemarin aku nggak sengaja lihat orang yang lagi nyari dia."

Chika mengernyitkan kening. "Tunggu. Pak Gala lihat berita anak hilang yang lagi marak itu, kan? Itu Ceri atau bukan?"

Lawan bicara tampak mengangguk. "Iya. Itu berita Ceri." Ia mengusap wajah. "Makanya aku nyuruh dia di rumah biar dia aman. Daripada ikut aku ke sini, dia masih diincar sama orang-orang yang nyari dia," jelas Gala.

"Bukannya lebih bagus kalau Ceri dipulangkan kembali ke keluarganya? Kenapa Pak Gala justru menahannya pulang?"

Pria tampan di hadapannya menaikkan kacamatanya ke atas yang terasa sedikit melorot. "Aku belum cerita, nanti pulangnya ku ceritakan. Ada hal penting yang nggak orang lain tau. Tapi aku mohon, kalau kamu lihat poster di jalan mengenai berita Ceri, tolong jangan hubungi nomor yang tertera dan jangan mengatakan yang sebenarnya." Gala menghela napas. "Karena itu berbahaya buat dia," imbuhnya.

CeriGala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang