6. Tersirat

45 10 36
                                        

Tidak terlalu banyak berkata, tapi dibuktikan lewat bukti yang nyata.

-CeriGala-

Tak banyak hal yang dilakukan sedari tadi. Satu jam yang telah berlalu hanya diselimuti oleh rasa bosan. Tak ada siapa pun di ruangan itu. Hanya terdapat Ceri seorang. Gadis berambut pendek itu sesekali membuka ponsel yang diberikan oleh Gala. Ia sudah mengecek seluruh isinya yang kosong. Tampak seperti barang baru. Hanya ada nomor Gala di dalamnya.

Ceri mendecakkan bibir. Apakah dia harus menghubungi pria menyebalkan itu agar cepat pulang? Di momen kesepian, Ceri juga penasaran ada apa Gala berbicara empat mata dengan Chika? Bukannya mereka baru saja membicarakan obrolan kerjaan di rapat pagi?

Gadis itu kembali menangkupkan wajahnya pada lipatan tangan. Akan tetapi, suara decitan pintu terbuka membuat perhatiannya teralih. Ceri mendongak pelan, lalu membelalak saat mendapati seseorang lain yang memasuki ruangan itu.

Ia menyipitkan mata. Beberapa saat kemudian Ceri tersenyum kikuk. Rupanya yang baru saja datang adalah sosok Nathan. Pria itu sedikit terlonjak saat melihat keberadaan Ceri di sana.

Nathan tampak mendekat. "Kamu? Kenapa di sini?" tanya Nathan.

Ceri kontan berdiri dari tempat. "A-anu ... Ceri disuruh nunggu," jawabnya gugup.

Sang lawan bicara mengerutkan dahi. "Disuruh sama Gala?"

Ceri pun megangguk sebagai jawaban. Sedangkan Nathan manggut-manggut. "Galanya ke mana? Lagi pergi sama Chika?" lontar Nathan lagi.

Ceri mengernyitkan dahi. "Kok tau?"

Nathan tertawa kecil. "Udah biasa, kok. Mereka kadang keluar buat rapat empat mata." Ia menyunggingkan senyum. "Ya, nggak tau, sih. Yang mereka bahas soal kerjaan atau bukan. Tapi mereka sering berbicara berdua," ungkap pria itu.

Otak Ceri berusaha berpikir, tapi sepertinya hari ini tak bisa diajak kompromi. Lalu, ia bertanya, "mereka ada hubungan khusus, ya?"

Pertanyaan secara blak-blakkan itu membymuat Nathan sedikit tertawa untuk kedua kali. Ia menggedikkan bahu. "Kurang tau. Katanya, sih, sebatas temen kerja. Tapi, kan, kita nggak tau gimana aslinya," sahut pria itu.

Ceri mengangguk. "Bener juga, ya."

"Oh, iya, Kamu siapanya Gala?" tanya Nathan mengganti topik.

Gadis di hadapannya menggeleng beberapa kali. "Bukan siapa-siapa." Ia menunduk. "Ceri cuma orang baru di hidupnya Gala."

Nathan menautkan alis tebalnya. "Tunggu, orang baru? Maksudnya?" tanya pria itu.

Ceri mengangguk ragu. "Iya. Ceri bukan siapa-siapanya Gala. Bingung jelasinnya harus dari mana."

Berusaha untuk mengerti posisi Ceri, Nathan tersenyum hangat. "Udah, nggak pa-pa. Jangan dipaksain buat cerita sekarang. " Pria itu menghela napas pelan. "Nggak perlu nunduk gitu kalau lagi ngobrol samaku," ujarnya.

Gadis bermata sipit itu mendongak. "Nggak pa-pa kalau kayak gini?"

Nathan tersenyum manis. "Siapa yang melarang? Justru lebih bagus kalau menatap seseorang yang sedang ngajak bicara. Kenapa kamu nunduk gitu? Nggak perlu takut samaku." Ia menarik kursi yang ada di dekatnya dan ditempatkan tepat di belakang Ceri. "Duduk aja dulu biar ngobrolnya enak."

CeriGala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang