BCP_7

41 11 39
                                    

Naywena melangkah pelan memasuki area Blink Cafe menuju meja nomor tiga puluh. Ternyata, meja tersebut masih kosong. Dia melirik jam tangannya, sudah lewat lima belas menit dari janji yang sebenarnya pukul 19.00. Akhirnya, dia memilih duduk sembari menunggu sang kekasih datang.

Seorang pelayan wanita menghampiri meja Naywena, lalu menunjukkan buku menu dan menanyakan menu yang ingin dipesan. Namun, Naywena menjawab akan memesan jika kekasihnya sudah datang. Pelayan itu pamit, lalu berjalan ke meja lain.

"Selamat malam semuanya." Suara nyaring Junianto dari atas panggung kafe, seketika membuat mata para pengunjung mengarah kepadanya. "Karena malam ini sangat spesial buat saya, maka saya akan menyanyikan sebuah lagu yang spesial juga untuk kalian semua. Semoga kalian suka."

Naywena tersentak dengan suara Junianto. Dia pikir pemuda itu terlambat lagi. Ternyata, dugaannya salah dan kekasihnya sedang duduk sambil memangku gitar di atas panggung.

Alunan lagu mulai terdengar seiring dengan petikan senar. Semua pengunjung tampak terkesima dengan penampilan Junianto. Sorotan mata pemuda itu pun begitu cerah menatap Naywena yang sedang duduk sendirian dan balik menatapnya.

Usai lagu itu dinyanyikan, riuh tepuk tangan menggema di dalam ruangan. Junianto turun dari panggung dan menghampiri meja tiga puluh. "Gimana kejutannya? Suka?"

Naywena menyunggingkan senyum lebar. "Kamu selalu bisa membuat aku tersenyum. Makasih, ya. Aku suka."

Junianto duduk berhadapan dengan Naywena. "Kamu pasti mikir aku datang telat, kan?"

Naywena mengangguk. "Soalnya, meja ini masih kosong pas aku datang tadi."

"Aku nggak mungkin mangkir dan lupa dengan janji kita. Mungkin pas kamu datang, aku lagi ngobrol bareng anggota band di belakang panggung." Junianto melirik meja itu, belum ada apa-apa. "Kamu nggak mesen minuman dulu, Nay?"

"Belum. Aku nungguin kamu dulu, baru mesen."

Junianto mengangkat tangan kanannya, lalu menjentikkan jari sebagai isyarat memanggil pelayan.

Saat pelayan menghampiri mereka dan menyodorkan buku menu, Junianto memesan makanan dan minuman yang berbeda. Setelah mencatat pesanan, pelayan itu pamit.

Obrolan di antara keduanya pun berlanjut, sampai akhirnya pesanan tiba. Di tengah mengunyah makanan, Naywena tertegun saat mendengar percakapan dua orang yang berada di dekat mereka.

"Orang tua aku udah tahu kita pacaran, Don. Mau nggak mau, kita harus segera akhiri hubungan ini," ujar seorang wanita, lirih.

"Nggak! Aku nggak mau pisah sama kamu, Rin. Beri aku kesempatan lagi untuk dapetin restu orang tua kamu. Aku akan melakukan apa pun demi mempertahankan cinta kita." Terdengar pemuda itu tidak rela pisah dengan kekasihnya.

"Percuma, Don. Usaha kamu nggak akan berhasil. Orang tua aku bakal ngejodohin aku dengan cowok lain. Hubungan kita terpaksa harus berakhir sampai di sini," pungkas si wanita, lalu pergi dari kafe.

Sepenggal percakapan sepasang kekasih itu mengantarkan Naywena ke masa-masa SMK dulu, di mana dia pertama kali bertemu dengan Junianto. Saat itu, mereka masih duduk kelas 2 SMA.

Di hari itu, bertepatan dengan ulang tahun sekolah, SMK Negeri 1 (SKANSA) mengadakan berbagai perlombaan, termasuk pertandingan basket antarsekolah. Salah satu sekolah ternama di Pangkalpinang yang diundang adalah SMA Santo Yosef.

Kedatangan para pemain Yosef Club tidak hanya disambut hangat oleh para pemain SKANSA Club, tetapi juga para murid SKANSA yang sudah memadati area lapangan basket. Riuh tepuk tangan pun meramaikan suasana kala pertandingan sudah dimulai.

Belenggu Cinta PalsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang