Suasana klinik Budi sore ini tidak begitu ramai. Mungkin saja, hari masih sore sehingga baru sedikit pasien yang datang berobat. Setidaknya, hal ini menguntungkan bagi Naywena. Jadi, dia tidak perlu menunggu antrean terlalu lama.
Setelah mendaftar diri, Naywena duduk di kursi panjang bersama Santi. Matanya mengedar ke sekitar, tampak beberapa pasien-yang turut duduk menunggu giliran seperti dirinya-ditemani keluarganya. Mereka sungguh beruntung, tidak seperti dia. Jangankan menemaninya, mengantar pun adiknya tidak mau.
Kalau saja bukan dalam keadaan darurat, Naywena juga tidak mau meminta tolong kepada adiknya. Untung saja, tadi Santi datang pada waktu yang tepat.
Awalnya, kedatangan Santi karena ingin menjenguk Naywena. Saat Naywena keluar dengan wajah yang pucat pasi, Santi langsung menawarkan diri untuk mengantar ke klinik terdekat. Kebetulan, taksi online yang Santi tumpangi belum beranjak jauh sehingga mereka bisa segera berangkat tanpa menunggu tumpangan lain lagi.
Saat di tengah perjalanan, Santi menceritakan kejadian apa saja yang terjadi hari ini di ruangannya dengan antusias. Mulai dari Prama yang ditegur Junianto karena sudah memberi tugas yang banyak sehingga membuat Naywena sakit, Prama yang emosi melihat kinerja bawahan yang lain, sampai dia yang kesepian tidak ada teman bicara. Belum sempat menceritakan tentang Nella, taksi sudah berhenti di depan klinik Budi.
"Oh, iya. Ada satu lagi yang belum aku ceritain ke kamu. Tentang Nella, si Mulut Cabe. Aku geram banget sama dia. Rasanya, tangan aku udah gatel banget pengin iket mulut dia dengan karet rambut. Bisa-bisanya, dia ngefitnah kamu pura-pura sakit ke Pak Prama. Pas aku ajak dia untuk jenguk kamu, dia malah nolak dengan alasan udah punya janji sama pacarnya," adu Santi dengan raut wajah kesal.
Naywena tersenyum tipis di balik rona pucat wajahnya. "Udahlah, San. Biarin dia mau bilang apa tentang aku, aku nggak apa-apa, kok! Lagian, aku emang beneran sakit, bukan pura-pura."
Santi mendengkus kasar. Temannya yang difitnah merespons dengan begitu santai, sedangkan dia yang mendengar fitnah Nella, emosinya sudah sampai ke ubun-ubun.
Melihat ekspresi Santi sekarang, hati Naywena jadi plong. Dia sempat berpikir bahwa tempat kerja yang baru ini tidak akan menyenangkan, seperti tempat kerjanya yang lama. Ternyata, dugaannya salah. Masih ada teman yang baik, seperti Santi yang mau berteman dengannya. Bahkan, reaksi Santi sekarang cukup membuktikan bahwa dia berhati tulus dan bukan sosok teman yang toxic.
"Makasih, ya, San. Kamu udah baik dan perhatian banget sama aku. Padahal, kita baru aja kenal."
Santi berdecak pelan. "Makasih apaan, sih, Nay? Karena kamu nggak fake kayak Nella, makanya aku mau temenan sama kamu. Dari awal aku mulai kerja, aku emang udah nggak respect sama Nella. Dia, tuh, pinter banget cari muka di depan Pak Prama, Pak Bagas, dan Ibu Merlin. Apalagi, sekarang ada Pak Junianto. Dia juga suka mutar-balik fakta. Jadi, aku saranin kamu jangan terlalu dekat sama cewek itu, ya. Bahaya!"
Naywena mengangguk-angguk. "Iya, Ibu Santi. Aku ngerti," ujarnya, dilanjut dengan tawa.
Obrolan mereka pun langsung berhenti dan menoleh saat terdengar suara seorang pria dari samping Santi. "Naywena, kamu beneran sakit?"
Santi mendengkus kesal. Apa seperti itu respons seorang manajer ke bawahannya yang sakit? Sepertinya, pria itu sudah termakan hasutan Nella sehingga sama-sama berasumsi bahwa Naywena hanya pura-pura sakit.
Naywena mengangguk. "Benar, Pak. Makanya, saya enggak masuk kerja hari ini."
Prama hanya diam, tanpa merespons apa pun karena merasa bersalah sudah berprasangka buruk kepada Naywena. Di sisi lain, dia teringat dengan kejadian tadi siang saat dipanggil Junianto ke ruangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Belenggu Cinta Palsu
Storie d'amore[JUARA 5 EDITOR CHOICE: AUTHOR GOT TALENT 2022] Junianto terpaksa mengakhiri hubungan rahasianya dengan Naywena-yang sudah terjalin selama enam tahun-demi menerima perjodohan dari orang tuanya. Ketika Naywena mulai dekat dengan pria lain, Junianto b...