Junianto melangkah cepat memasuki area kantor. Kekesalan terhadap Nella sudah mendominasi dirinya, hingga mengabaikan sapaan orang-orang di sekitarnya. Sesampai di ruangannya, Junianto meraih kertas HVS dan menuliskan sesuatu. Setelah selesai, dia menelepon Jody.
"Baik, Pak." Jody menutup telepon dan menatap Nella yang sedang berdandan. "Nel, kamu disuruh Pak Junianto ke ruangannya sekarang."
"Ngapain bos manggil aku?" tanya Nella tanpa menatap lawan bicaranya. Dia sedang fokus menatap cermin bulat sembari memoles lipstik merah di bibirnya.
Jody membenarkan posisi kacamatanya. "Aku nggak tahu. Pak Junianto cuma bilang gitu. Mending cepetan kamu ke sana daripada kena omel."
Nella menghela napas kasar. Kegiatannya berdandan terpaksa berhenti gara-gara panggilan dari Junianto. Setelah merapikan rambut dan alat make up-nya yang berserakan di meja, dia berjalan keluar mengarah ke ruangan Junianto.
Di balik layar komputer, Naywena mendengar percakapan mereka sambil membatin, Apa Jun manggil Nella karena ada hubungannya dengan foto itu? Kira-kira, Jun bakal nembak Nella langsung dengan bukti itu atau akan pura-pura nggak tahu?
"Kayaknya, si Mulut Cabe bakal diomelin sama bos, deh," ujar Santi dengan suara pelan. Dia takut Prama atau Jody mendengar obrolan mereka meski sebenarnya suaranya masih bisa terdengar karena suasana yang hening.
Naywena mengangkat bahu. "Mungkin Pak Junianto butuh laporan stok barang." Dia tetap mengurai alasan yang positif kepada Santi meski hatinya menduga yang lain.
"Aku berharap banget dia dapet omelan biar mulutnya nggak pedes lagi kalau ngomong."
Prama berdeham keras. Obrolan singkat Santi dan Naywena spontan berhenti.
"Ini waktunya kerja, bukan ngobrol! Kalau kalian masih mau lanjut, silakan ke luar!" hardik Prama.
Tidak ada yang bersuara. Semuanya berfokus menatap layar komputer.
Santi merasa tidak enak hati dengan Naywena. Gara-gara dia yang mengajak mengobrol, Naywena jadi ikut-ikutan kena omelan Prama.
Tatapan Naywena beralih ke ponselnya yang bergetar. Ada pesan masuk dari Santi.
Santi: Nay, maafin aku, ya. Kamu kena omel Pak Prama gara-gara aku. Seharusnya, dia pindah tempat kerja di kuburan. Sepi, nggak ada yang ganggu.
Naywena merapatkan bibir karena menahan tawa saat membaca pesan dari Santi. Biarpun dilarang mengobrol di dalam ruangan, mereka masih bisa bertukar pesan. Bahkan, mereka bisa menistakan Prama dengan bebas tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.
Naywena : Nggak apa-apa, San. Aku udah biasa dengan kata-kata Pak Prama. Kayaknya, dia nggak bisa tenang kalau nggak marah-marah sehari aja.
Satu notifikasi pesan masuk ke ponsel Santi. Jemarinya tampak begitu lihai mengetik satu per satu huruf di layar ponselnya.
Ponsel Naywena bergetar lagi.
Santi: Pantesan, dia masih bujangan sampe sekarang. Suka ngomel, kolot lagi. Jangankan jadi istri, jadi pacarnya aja masih harus mikir dua kali.
Satu balasan pesan masuk ke ponsel Santi.
Naywena: Kenapa bukan kamu aja yang jadi istrinya Pak Prama?
Santi memasang ekspresi jijik, seolah-olah enggan berjodoh dengan Prama.
Naywena hanya tersenyum, lalu kembali fokus bekerja. Obrolan pesan keduanya pun berakhir dengan perasaan senang.
***
Sesampai Nella di dalam ruangan Junianto, mendadak suasana terasa menakutkan. Jantungnya berpacu lebih kencang daripada biasanya, seolah-olah bakal terjadi sesuatu yang buruk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Belenggu Cinta Palsu
Romance[JUARA 5 EDITOR CHOICE: AUTHOR GOT TALENT 2022] Junianto terpaksa mengakhiri hubungan rahasianya dengan Naywena-yang sudah terjalin selama enam tahun-demi menerima perjodohan dari orang tuanya. Ketika Naywena mulai dekat dengan pria lain, Junianto b...