Seperti pagi biasanya, Merlin tampak sibuk menyiapkan sarapan untuk Bagas. Meski rasa lelah semalam belum hilang, dia tetap melaksanakan kewajibannya sebagai istri.
Bagas yang baru selesai mandi, menghampiri Merlin di meja makan. Dia celingak-celinguk mencari Junianto. “Jun belum bangun, Ma?”
“Aku udah panggil dia berkali-kali, tapi dia tetap nggak nyahut. Mungkin masih capek.” Merlin meletakkan piring di tempat Bagas, kemudian duduk sembari membuka stoples berisi selai cokelat.
Bagas duduk di dekat istrinya. “Jam berapa dia pulang semalam? Kita udah sampai di rumah, tapi dia belum pulang juga.”
Merlin mengoles dua potong roti dengan selai cokelat untuk Bagas. “Aku nggak tahu. Kan, kita langsung masuk kamar.” Setelah menjawab, Bik Mia datang membawa dua gelas teh hangat untuk mereka.
“Bik, jam berapa Jun pulang semalam?” tanya Bagas.
“Maaf, Pak. Saya nggak tahu, tapi saya ada dengar suara orang nutup pintu pas bangun jam tiga pagi. Arah suaranya, sih, dari kamar Mas Jun,” sahut Bik Mia, sontak membuat kedua majikannya membelalak.
“Hah, jam tiga pagi baru pulang? Dia pergi ke mana?” Emosi Bagas serasa sudah naik ke ubun-ubun. Dia langsung pergi ke kamar Junianto dan menggerakkan kenop pintu. Namun, pintu itu terkunci. Akhirnya, dia menggedor sambil berseru lantang memanggil Junianto.
Tidak ada jawaban.
Merlin bergegas menyusul Bagas, takut terjadi sesuatu dengan Junianto. Ternyata, Junianto tidak keluar dari kamar. “Kita tunggu sampai dia bangun, baru kita tanyain dia. Percuma kamu teriak-teriak manggil dia, sampai suara kamu habis juga belum tentu dia keluar,” ujarnya sembari mengusap lengan Bagas.
Bagas mendengkus kesal. Dadanya naik turun, menetralkan emosinya yang hampir meletup. Dia kembali ke meja makan untuk menenangkan hatinya.
Sementara itu, Merlin menelepon Sharin dan teman-teman Junianto, lalu menanyakan apakah tahu ke mana anaknya pergi semalam. Jawaban mereka sama, tidak ada yang tahu. Saat memikirkan tempat-tempat yang kemungkinan Junianto singgahi, terlintas satu tempat. Rumah Naywena.
***
Naywena tidak habis pikir dengan Junianto semalam. Setelah resmi bertunangan dengan Sharin, Junianto malah datang ke rumahnya untuk meminta maaf dan mengajaknya pacaran lagi seperti dulu. Pemuda itu berbicara seakan-akan tidak pernah berbuat salah.
Tentu saja, Naywena menolaknya dengan tegas karena tidak mau terluka untuk yang kedua kalinya, apalagi disebut-sebut sebagai perusak kebahagiaan orang lain.
Junianto yang terlihat sangat frustrasi, memohon-mohon hingga berlutut di hadapan Naywena agar bersedia memberinya kesempatan kedua. Dia juga mengungkapkan bahwa dia masih mencintai Naywena dan terpaksa bertunangan karena dijodohkan orang tuanya, bukan karena murni dari keinginannya.
Keputusan Naywena masih saja sama. Dia tetap menolak dan meminta Junianto untuk melupakannya.
Salim benar-benar geram dengan tingkah laku Junianto. Dia tidak segan-segan menampar dan mengusir Junianto karena tidak terima dengan sikap Junianto yang sudah mencampakkan dan menyakiti hati putrinya.
Situasi di rumah itu jadi ricuh dengan perdebatan Naywena, Salim, dan Junianto, sedangkan Vina dan Niko hanya diam sebagai penonton.
Junianto yang merasa kalah debat, akhirnya mengalah dan pergi meninggalkan rumah Naywena dengan perasaan kacau balau.
Gara-gara kericuhan tersebut, Naywena tidak bisa tidur nyenyak. Dia memijat keningnya yang berdenyut, bahkan tidak sanggup menatap layar komputer terlalu lama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Belenggu Cinta Palsu
Romans[JUARA 5 EDITOR CHOICE: AUTHOR GOT TALENT 2022] Junianto terpaksa mengakhiri hubungan rahasianya dengan Naywena-yang sudah terjalin selama enam tahun-demi menerima perjodohan dari orang tuanya. Ketika Naywena mulai dekat dengan pria lain, Junianto b...