Setelah selesai dengan pembicaraan itu, Marcella dan Alzan memutuskan untuk pergi kedapur guna menyiapkan makan siang, sedangkan Aaron memilih untuk melihat cucu perempuannya.
Dulu saat Gabriello masih kecil, Aaron sangat menginginkan anak perempuan dan tepat ketika ulang tahun Gabriello yang ke tiga, Alzan dikabarkan tengah mengandung, ia sangat senang mendengarnya dan berharap bahwa itu adalah anak perempuan.
Namun naas, ketika usia kandungan Alzan yang memasuki bulan ke 6, mereka harus menerima kenyataan karena waktu itu Alzan mengalami kecelakaan dan sebab itu ia dinyatakan keguguran dan paling parahnya, ia dikabarkan tidak bisa mengandung lagi.
Aaron yang mendengarnya sangat hancur, tapi sebisa mungkin ia tidak memperlihatkannya didepan Alzan dan Gabriello yang sedang berduka.
Aaron yang mengingat kejadian itu menjadi sedih bila mengingatnya, namun dengan segera ia melangkahkan kakinya menuju kamar Eliseo.
Saat membuka pintu kamar Eliseo, ia disuguhkan dengan pemandangan indah, dimana Eliseo yang tengah berbaring memeluk Grizz yang tengah tertidur.
Aaron berjalan mendekat dan mengusap surai panjang Grizz lembut.
"Eunghh" lenguh Grizz yang merasa terganggu.
Aaron yang melihat itu menjadi kelimpungan sendiri, tapi sebisa mungkin ia tetap tenang dan menepuk pelan pantat Grizz.
Awalnya berhasil, namun setelah itu mata Grizz terbuka, Aaron jadi merasa gelisah sendiri.
"Emm.... Siapa..? " tanya Grizz yang mencoba untuk mengumpulkan nyawanya.
"Aabaaaaangggg" ucap Grizz sambil menepuk pelan pipi Eliseo untuk membangunkan sang empunya.
Eliseo yang merasa terganggu segera membuka matanya.
"Kenapa? " tanya Eliseo.
"Sia.. Pa? " tanya Grizz sambil menunjuk Aaron yang berada dibelakangnya.
Eliseo melihat arah yang ditunjukkan oleh Grizz.
"Api ngapain disini? " tanya Eliseo.
Belum sempat Aaron membalasnya sudah dipotong oleh jawaban Eliseo.
"Mengganggu saja" balas Eliseo yang kembali memejamkan mata dan mendorong tubuh Grizz supaya kembali tidur dan memeluknya erat, seakan Grizz adalah bantal guling.
"Abang lengannya bisa dipindahin tidak? " tanya Grizz yang merasa sesak dengan lengan Eliseo yang berada tepat di lehernya.
"Boy, kamu mau membunuh adikmu sendiri? " tanya Aaron dengan raut wajah datar dan suara dinginnya.
Eliseo yang mendengar itu melihat posisi lengannya, dan ia melotot kan matanya kaget.
"Astaghfirullah, maaf Dek, nggak sengaja" ucapnya sambil melepaskan lengannya yang berada di leher Grizz.
Grizz dengan sekuat tenaga menghirup napas dengan tersengal-sengal.
"Huufftt, Abang mau bunuh Adek? " tanya Grizz dengan mata berkaca-kaca siap mengeluarkan tangisnya.
"Eh... E-enggak gitu, nggak sengaja sumpah, maaf ya" ucap Eliseo menenangkan.
Karena memang Grizz sedang lelah ia tidak memperpanjang urusannya dan hanya mengangguk saja sambil membersihkan sisa air matanya yang menetes.
Lama terjadi keheningan dan hanya terdengar suara Grizz yang sesegukan, mereka dikagetkan dengan Grizz yang memukul paha Eliseo, sedangkan sang empu yang dipukul hanya berjengit kaget.
"Astaghfirullah lupa" ucapnya.
"Kenapa? " tanya Aaron dengan wajah paniknya.
"Hehe... Tadi Bee bilang sama Dedda akan hubungi lagi, tapi Bee lupa" balas Grizz dengan cengengesan.
"Dadd nggak akan balas kalau di jam-jam segini, nanti malam aja ya" ucap Eliseo sambil mengelus pahanya yang terasa nyut-nyutan.
"Heeemmm okey" balas Grizz lesu.
Aaron yang melihat mimik wajah Grizz yang berubah menjadi sendu, tanpa babibu lagi, ia mencari nomor Gabriello dan melefonnya.
Tidak lama setelah itu, terdapat tanda bahwa Gabriello sudah mengangkatnya.
"Kenapa? " tanya Gabriello dingin, setelah berhasil mengontrol emosinya.
Grizz yang tidak sengaja mendengar suara sang Ayah dari arah Aaron, hanya memandang Aaron dengan mata berbinar dan Aaron yang mengerti itu dengan sigap menyerahkan ponselnya pada Grizz.
"Deddaaa" balas Grizz bersemangat.
Gabriello yang awalnya tengah emosi karena karyawannya, ditambah mengingat hubungannya dengan Aaron tidak baik semakin menambah mood nya yang sedang buruk, namun ketika mendengar suara sang anak, ntah kemana mood nya yang buruk, kini hanya ada Gabriello yang tengah tersenyum, sedangkan Aksel, sekretaris Gabriello hanya memandang bosnya itu dengan tatapan aneh.
"Kenapa sayang? " ucapnya dengan nada yang lembut, sedangkan Aksel yang berada disebelah Gabriello, terkejut dengan nada lembut Gabriello, bahkan saat berbicara dengan Eliseo nada bicara Gabriello tidak selembut dan sehangat ini, pikirnya bingung.
"Nggak papa hehe, kan tadi Bee janji, bakalan telpon kalau udah sampai dirumah Una sama Api, tapi maaf ya, Bee baru bisa hubungi sekarang, soalnya tadi Bee ketiduran" balas Grizz.
Sedangkan diseberang sana Gabriello masih sama, menampilkan senyumnya yang jarang terlihat dan semakin membuat Aksel yang berada disampingnya merinding dengan tingkah bosnya ini.
"Abang, Adek, Api turun makan siang dulu yuk" terdengar teriakan Alzan yang menyuruh mereka untuk turun guna melaksanakan makan siang mereka.
"Udah dulu ya Dadd, Assalamu'alaikum" ucap Grizz mengakhiri telepon.
Sebenarnya Gabriello masih ingin berbincang-bincang terlebih dahulu dengan Grizz, namun mengingat ia harus menyelesaikan urusannya disini dengan cepat dan bisa bertemu dengan anak-anak nya dengan cepat, ia hanya membalas salam Grizz lalu menutupnya.
"Wa'alaikumussalam" balas Gabriello.
Gabriello pov
Selesai putriku menghubungiku melewati Daddy ku, aku sudah membulatkan tekat ku untuk menyelesaikan urusan ku disini dengan cepat.
Tidak terasa juga, aku berada disini sudah selama satu bulan.
Benar, aku harus dengan segera menyelesaikan urusan ku disini, setelah itu mengadakan piknik dengan, keluarga kecilku.
Mm, ntahlah apakah masih bisa ku sebut mereka keluarga kecilku?.
Sudahlah mari kita selesaikan ini dan kembali secepatnya.
Gabriello pov end
Makan siang dikeluarga Narendra sangatlah sunyi, hanya terdengar dentingan garpu dan sendok saja yang saling berdentingan, karena aturan yang diberikan oleh sang kepala keluarga.
Selesai mereka melakukan makan siang, saat ini mereka tengah berada di ruang keluarga, dengan kondisi Grizz dan Eliseo yang tengah mengusli Aaron, sedangkan Marcella dan Alzan hanya tertawa melihat kelakuan ketiganya.
Grizz dan Eliseo memilih permainan gunting batu kertas dan ketika seorang yang kalah harus dilumuri oleh bedak di wajahnya.
Sekarang wajah Aaron sudah penuh dengan bedak, sedangkan wajah Eliseo masih 4 lapis bedak, untuk Grizz sendiri masih 2 lapis.
"Ayo lagi, gunting batu kertaaas" ucap Grizz semangat.
Sekarang yang kalah adalah Grizz, karena Eliseo dan Aaron sama-sama mengeluarkan batu, sedangkan Grizz mengeluarkan gunting.
"Ayok adek sini, deketan sini" ucap Aaron, karena saat Aaron mendekati Grizz dengan tangan kanan yang sudah penuh dengan bedak siap untuk mengusapkannya pada muka Grizz, namun Grizz berjalan kebelakang untuk bersembunyi diantara Marcella dan Alzan yang tengah terkekeh.
"Adek sini" ucap Aaron kembali.
"TIDAK MAU AAAAAA" teriak Grizz menolak.
"Adek siniiii" ucap Aaron kembali.
Ya siang sampai selesai makan malam di mansion Narendra ramai karena canda tawa Eliseo, Grizz dan Aaron.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grizzelle [Sudah Dibukukan]
AléatoireHanya berisi cerita random antara Grizz dan Abang-abangnya. Setiap part berbeda-beda, ada yang panjang, ada yang pendek. Maaf kalau ada typonya 😊🙏 Lagi proses penerbitan, sementara hiatus dahulu :) Ingin melihat spoiler novel? cek ig @aprrhijau...