Ini tentang mereka yang terlalu sibuk pada pikiran masing-masing.
KLINING!
"Selamat datang." Sambut Mirai seperti biasa. Cewek yang berpenampilan tomboy itu sudah selesai kuliah dan dia lagi menjalani tugasnya sebagai karyawan part time.
Seorang wanita dengan rambut hitam panjang tersenyum. Meskipun ada sedikit kerutan, dia masih cantik.
"Latte satu ya." Ucapnya.
"Baik. Ada tambahan lain?" Sosok itu memberi isyarat 'cukup itu saja' lalu memberikan selembaran uang setelah Mirai menyebutkan nominal.
"Minum disini atau bungkus?"
"Ah. Minum disini ya. Sakura-chan ada gak?" Mirai memandang wanita ini dengan pandangan bertanya.
"Sakura...Haruno Sakura-san? Maaf, anda siapa ya?" Wanita itu tersenyum lembut.
"Saya calon mertuanya." Detik itu juga Mirai terkejut sampai dia menutup mulut.
"Ya ampun. Maafkan saya. Saya baru disini, jadi tidak tahu." Mikoto terkekeh lagi. Berujar 'tidak apa' berulang kali.
"Saya akan mengembalikan uang anda, nyonya."
"Ya ampun. Sudah gak apa. Jangan panggil nyonya juga. Panggil bibi Mikoto saja. Hehe. Oh ya. Bisa panggilkan Sakura-chan gak? Bilang kalau aku menunggu disana ya." Dia menunjuk salah 1 meja, kemudian Mirai segera bergegas ke belakang untuk memanggil Sakura.
"Sakura-san, ada yang nyariin tuh. Katanya calon mertua." Sakura tadinya sedang mengamati seorang karyawan baru yang lagi dekor kue. Tetapi karena Mirai bilang ada 'calon mertua', dia agak terkejut juga. Siapa? Fugaku atau Mikoto?
"Sakura titip dia ya. Ajarin dekor." Titahnya pada salah satu karyawan senior. Lalu melepas apron dan berjalan ke depan. Benar saja. Mirai tidak bohong. Ada calon mertuanya yang sedang menyesap minuman.
"Bibi, mampir kesini? Kok gak bilang?" Wanita itu tersenyum. Menggenggam tangan Sakura dan menuntunnya untuk duduk.
"Iya nih. Iseng aja. Tadi habis dari supermarket dekat sini. Katanya ada diskon gede-gedean. Tadinya mau ngajak Izumi-chan, tapi Inami-chan lagi rewel banget. Tadi pagi dia demam, jadi gak masuk sekolah deh." Dia merasa sedih karena pergi sendirian. Soalnya kegiatan belanja gini kan enaknya memang harus ada yang nemenin.
"Kenapa gak bilang ke Sakura atau ibu aja? Kan bisa nemenin." Kepala nyonya Uchiha itu menggeleng. Gak mau ngerepotin Sakura atau Mebuki. Mereka kan sibuk.
"Kalian kan sibuk. Gak enak lah. Oh iya. Ini latte nya enak. Bibi baru pertama kali sih kesini. Kenapa gak dari dulu aja ya." Soalnya tempatnya anak muda banget. Mikoto berasa kembali muda kalau nongkrong disini. Terus dia baru pertama kali kesini karena memang kafenya cukup jauh dari rumah. Sedangkan Mikoto kan harus ngurus rumah.
"Inami-chan sakit ya bi? Nanti Sakura ke rumah deh. Udah lama juga gak kesana. Biasanya juga kan Sasuke-kun yang ke rumah Sakura. Hehe."
"Iya nih. Sakura-chan jarang ke rumah sekarang ya. Tapi kan Sakura-chan sibuk. Engga apa kok, bibi maklumin. Cuma kalau nanti mau ke rumah, pintu rumah terbuka lebar buat calon mantu." Sakura tersipu. Meskipun bertahun-tahun kenal dengan Mikoto, dia tetap saja malu kalau dipuji atau dipanggil 'calon mantu' sama Mikoto.
"Bibi beli apa aja?" Dia melihat kantong belanjaan Mikoto yang banyak banget. Kalau begini banyaknya sih lebih baik pakai taksi kan daripada naik bus atau kereta?
"Bibi beli minyak goreng, terus beli tomat, sayur, beras juga, bumbu masak, sabun cuci, banyak banget."
"Barang sebanyak ini, untuk keperluan sebulan?" Tanya Sakura kepo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Didn't Expect! II
RomanceCinta yang gak terduga itu sekarang bersemi indah. Enam tahun berlalu, bagaimana kelanjutan hubungan mereka? (Better buat baca dulu season 1 ya). Naruto belongs Masashi Kishimoto. Warning! Beberapa chapter mungkin akan menggunakan bahasa dewasa yang...