Semenjak pertemuannya dengan Sasuke dan Sakura, Naruto jadi gencar buat nyari pasangan. Dia gak segan-segan menanyai satu persatu temannya yang punya kenalan cewe.
"Nar, nih kenalin temanku. Masih mahasiswa, namanya Shion." Mungkin ini adalah perempuan kesepuluh yang dikenalin sama salah satu kenalannya. Malam ini Naruto pergi ke salah satu bar. Soalnya kata temannya, ada satu cewe cantik yang mau dikenalin ke atlet basket ini.
"Hai. Naruto." Naruto mengulurkan tangan lebih dulu pada seseorang yang bernama Shion ini. Gadis itu turut membalasnya.
"Shion." Gadis itu punya rambut pirang panjang dengan poni yang menutupi kening. Matanya bulat besar berwarna lilac. Naruto jadi teringat seseorang, tapi siapa ya?
"Woi! Ngeliatinnya jangan sampai kayak gitu!" Sontak Naruto terkesiap karena temannya itu menepuk bahunya cukup kasar. Dia meringis, dihadiahi tawa oleh teman-temannya yang udah ngumpul dari tadi. Shion menuangkan satu gelas whisky padanya. Naruto menerima itu sambil tersenyum canggung, lalu meneguknya.
"Kamu masih mahasiswa?" Tanyanya basa-basi sementara teman-temannya sudah sibuk sama wanita-wanita yang gak Naruto kenal.
"Iya. Tingkat 3. Aku ambil jurusan politik." Jawabnya yang kembali menuangkan alkohol ke gelas. Lalu menyodorkannya ke Naruto.
"Oh? Makasih." Dengan senang hati dia menerima itu. Di tengah-tengah kegiatannya saat ini, Naruto berpikir lagi. Sepertinya ada salah satu temannya yang juga ambil jurusan politik. Tapi siapa?
"Memikirkan sesuatu ya?" Naruto terkejut lagi. Dia semakin canggung jadinya.
"Oh? Engga. Cuma mengingat-ingat. Kayaknya ada salah satu temanku yang ambil jurusan politik." Ungkapnya jujur. Shion tersenyum sampai buat Naruto agak tersipu. Kalau boleh jujur, Shion ini cantik juga.
"Kirain mikirin apa." Gumamnya. Menyodorkan lagi gelas yang berisi alkohol.
"Maaf. Aku cuma bisa minum 2 gelas aja."
"Oh? Maaf. Aturan timnas ya? Sebagai atlet, pasti kesehatan yang paling utama kan?" Naruto terkekeh. Pintar juga gadis ini, pikirnya.
"Jadi...kamu kebelet pengen punya pacar ya?" Gak disangka tanpa ada tanda-tanda, Shion menanyakan hal yang memalukan bagi Naruto. Pria ini gelagapan. Sikapnya yang kentara bikin Shion tertawa. Naruto alihkan pandangannya ke samping.
"Lucu banget. Bener kata Rion, kamu tuh lucu banget. Pantesan banyak punya teman. Aku jadi suka." Bagaikan serangan, Naruto semakin gak bisa berkutik. Dia tertawa jenaka supaya bisa menetralisir rasa gugupnya.
"Kamu lumayan frontal juga ya."
"Aku anggap itu pujian. Makasih." Balas Shion. Untuk ukuran pertemuan pertama, Naruto menilai bahwa Shion adalah tipikal seperti dirinya. Suka membuka obrolan. Dia juga bukan gadis jaim yang canggung. Naruto jadi bisa luwes saat ngobrol sama cewek ini.
"Em...bentar ya. Aku pusing." Ketika malam semakin larut, tiba-tiba Naruto merasakan kepalanya pusing. Mungkin karena efek lampu yang berkedip-kedip, atau suara musik yang memekakkan telinga. Jujur saja, Naruto itu jarang pergi ke kelab malam atau bar. Mungkin dia belum terbiasa makanya pusing.
"Mau kubantu? Berbaring sebentar mungkin bisa menghilangkan rasa pusing." Samar-samar ia rasakan Shion menyentuh bahunya. Reflek Naruto mengangguk, dan dia bisa merasakan bahwa gadis itu menuntunnya ke ruangan yang jauh dari kerumunan. Memasuki lorong panjang yang tak ada suara apapun selain langkah mereka.
"Shion....shion...kita kemana?" Shion tersenyum segaris. Masih merangkul Naruto untuk menuntunnya berjalan.
"Tidur. Katanya pusing?" Ujarnya. Naruto mengangguk-angguk. Dengan sigap Shion membuka pintu kamar yang ia sewa melalui seorang pelayan. Merubuhkan tubuh Naruto yang berat untuk ia tuntun. Mengunci pintu kamar lalu membuka cardigannya. Kini menyisakan tanktop yang dari tadi bersembunyi di balik cardigan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Didn't Expect! II
RomanceCinta yang gak terduga itu sekarang bersemi indah. Enam tahun berlalu, bagaimana kelanjutan hubungan mereka? (Better buat baca dulu season 1 ya). Naruto belongs Masashi Kishimoto. Warning! Beberapa chapter mungkin akan menggunakan bahasa dewasa yang...