"Sa-sakit!!" Sakura merintih. Matanya membelalak. Air liur mengalir di sudut bibir sambil terus berusaha menghirup udara dari bibirnya.
"Sakit? Sakitan mana sama hatiku yang kau permainkan?!!!" Semakin erat cekikan pada leher Sakura. Gadis itu merintih, menangis, menatap tak percaya pada sosok Hinata yang dari tadi menyiksanya meskipun Sakura sudah minta berhenti.
"Sakura-chan, kau tahu sendiri kan kalau aku suka Naruto-kun? Kenapa kamu bersikap bodoh? Gara-gara kau. Naruto-kun jadi membenciku, hiks!" Air mata mengalir di sudut mata Hinata. Tetapi tak lama karena sekarang gadis itu kembali tertawa. Tawa yang nyaring dan memekakkan telinga Sakura.
"Aa...aaaa!!!"
"Hinata. Hentikan!" Suara pria itu berhasil menghentikan aksi Hinata. Gadis itu menoleh pada sumber suara, sedangkan Sakura terbatuk-batuk sampai mengeluarkan air liur.
"Na-naruto! Sakura takut!" Tubuhnya terseok-seok. Menggapai Naruto untuk meminta pertolongan. Pria itu mendekat, menyentuh bahunya dan mengusap air mata gadis itu.
"Sakura-chan. Kau kasihan sekali." Ucapnya dengan nada sendu. Senyum licik terukir di bibirnya setelah itu. Membuat Sakura merinding.
"Tapi karena kau telah membohongiku, kasihannya gak jadi deh." Pupil Sakura melebar. Naruto mengikat tangannya dengan kencang. Kencang sekali sampai Sakura yakin kalau tangannya membiru. Dua orang itu lalu menggotong tubuh Sakura. Melemparnya ke jurang sambil tertawa.
"HAHAHAHAHA!!!!!"
"AAAAA!!!!!!!
"AAAAAAA!!!!!!!!!!" Sakura terbangun. Nafasnya pendek-pendek. Keringat sebesar biji jagung mengalir di dahinya.
"Hahhhh hahhhhh....cuma mimpi." Ketika dia menyadari bahwa apa yang dia rasakan tadi hanyalah mimpi, Sakura cepat-cepat mengambil ponsel. Menghubungi tunangannya tanpa peduli jika jam masih menunjukkan pukul 3.
"Halo."
"Sasuke-kun...hiks."
"Hey, kenapa?" Mendengar isakan Sakura, Sasuke yang tadi setengah sadar juga ikut terjaga. Segera Sakura mengusap air matanya yang meluncur begitu saja.
"Mimpi buruk lagi?" Tanyanya di seberang sana. Kepala merah muda itu mengangguk. Hanya isakan yang terdengar, tetapi Sasuke sudah mengerti, karena belakangan ini Sakura sering begini. Terbangun di dini hari karena mimpi buruk. Anehnya, mimpi itu selalu berkaitan dengan Naruto dan Hinata.
"Hiks. Mimpinya seram banget. Sakura takut." Sakura ingin rambutnya diusap seperti biasa setiap kali Sasuke menenangkannya. Tapi kali ini Sasuke tidak ada di sampingnya. Menyuruh pria itu ke rumahnya sekarang juga tidak bisa. Sasuke juga butuh istirahat.
"Tenang. Itu cuma mimpi. Bunga tidur."
"Hiks. Bunga itu indah. Mana ada bunga tidur. Mimpi Sakura buruk banget. Itu bukan bunga." Oke oke. Terserah Sakura aja lah.
"Jangan terlalu memikirkan mereka. Itu yang membuatmu terbawa mimpi."
"Sasuke-kun, temenin Sakura ke rumah Hinata sama Naruto ya. Hiks! Sakura mau minta maaf ke mereka." Suaranya yang parau begitu membuat Sasuke berpikir bahwa Sakura benar-benar stress karena kejadian beberapa hari yang lalu. Saking kepikiran sampai-sampai terbawa mimpi.
"Iya. Sekarang ayo tidur lagi." Sakura menurut. Membaringkan tubuhnya lalu memeluk guling.
Setelah fajar tiba, Sakura bersikukuh untuk mewujudkan niatnya. Hari ini Sasuke libur. Terus Sakura terpaksa absen ke kafe karena hatinya tak kunjung tenang.
"Eleh. Bilang aja mau dua-duaan sama Sasuke. Pakai bolos segala." Seperti biasa pagi-pagi Sasori sama Yugao sudah ada di kediaman Haruno. Ikut sarapan bersama keluarga kecil itu. Di saat itulah Sakura minta izin ke ibunya dan Sasori kalau dia mau absen ke kafe. Tapi Sasori malah menghujatnya tanpa tahu akar permasalahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Didn't Expect! II
RomanceCinta yang gak terduga itu sekarang bersemi indah. Enam tahun berlalu, bagaimana kelanjutan hubungan mereka? (Better buat baca dulu season 1 ya). Naruto belongs Masashi Kishimoto. Warning! Beberapa chapter mungkin akan menggunakan bahasa dewasa yang...