Di antara semua kebahagiaan, Sakura cuma pengen satu untuk saat ini.
Menikah.
Umurnya sudah pas. Dia sudah bertunangan. Tapi tidak ada kemajuan dalam hal itu. Ditambah lagi....
"Halo Inspektur Hiruzen? Ya. Saya yang ngurus surat kepindahan detektif Sasuke ke Iwa."
Sakura bingung. Kaget. Capek dengan semua hal yang tiba-tiba ini.
Kenapa Sasuke diam? Kenapa gak bilang?
Maka dari itu....
"Kita sendiri-sendiri aja."
Malam itu, dia membuat keputusan besar.
Melepas cinta yang gak pernah dia bayangkan sebelumnya..
......
Sakura boleh sedih. Tapi dunia terus berputar. Meskipun udah nangis semalaman sampai ketiduran, rasa sakit itu masih ada. Ditambah lagi, gak ada pesan dari Sasuke. Bahkan sekadar mengejar pun gak ada.
Sakura kesal, sedih, kecewa. Sekarang di jarinya udah gak ada cincin itu lagi. Udah gak ada yang bisa dia banggakan lagi. Udah gak ada kalimat "Sakura tunangannya Sasuke-kun!" Lagi.
"Pagi Sakura-san."
"Pagi." Mirai bingung sewaktu mendengar balasan Sakura yang lesu. Dia bertanya-tanya, tapi dia sedang ada pekerjaan. Kafe sudah mau buka.
Sakura sampai di bilik kecil yang menjadi kantornya ini. Tiba-tiba dia teringat. Dulu, sewaktu masih kuliah, saat liburan musim panas, Sasuke menyuruhnya membuat bilik ini. Supaya gak campur sama dapur. Di bilik inilah yang sekarang menjadi markas geng Sakura juga.
Terus, kursi yang sering Sakura duduki ini, dibeli sama Sasuke juga. Terlalu banyak kenangan Sasuke. Ditambah lagi, ketika dia memegang ponsel, wallpaper nya masih sama. Foto sewaktu mereka bertunangan.
Sakura jadi mengingat yang kemarin lagi. Parahnya lagi, gak ada pesan dari Sasuke yang menjelaskan apapun. Lagipula, Sakura yang memutuskan bukan?
....
"Mirai. Pesen bagel mushroom bawa ke belakang ya."
"Oh? Gaara-san. Baik. Ditunggu ya."
"Udah jam makan siang, kamu gak istirahat?"
"Eh?" Tangan Mirai yang tadinya lagi memegang monitor mendadak terdiam. Wajahnya merah padam waktu Gaara nanya gitu.
"E-em...nunggu yang ganti jaga."
"Oke baik. Aku ke belakang dulu ya. Sakura di belakang?"
"I-iya." Tanpa meminta ijin, Gaara langsung membuka pintu di belakang Mirai. Terhubung dengan dapur yang sedang bekerja keras di jam makan siang. Menyambung pula dengan dapur khusus roti. Dan di paling belakang, ada bilik Sakura disana. Dari jendela kecil, kepala merah muda Sakura terlihat. Gaara mengetuk pintunya, dan masuk.
"Woi. Udah jam makan siang. Makan gih." Ucap Gaara sambil nyapa.
"Hm." Dan dibalas dengan cuek oleh Sakura. Gaara awalnya pengen jahilin Sakura lagi, tapi cewek itu lagi berkutat sama kertas-kertas yang gak tahu apa isinya. Jadi, Gaara cuma duduk di samping Sakura sambil mainin ponsel. Beberapa menit setelah itu, Mirai datang bawa pesanan Gaara. Sampai detik itu pula, Sakura gak bergeming. Bikin Gaara bertanya-tanya.
"Woi. Makan napa. Makin kurus tuh ntar." Sekali lagi, gak disahutin sama Sakura. Saat itu pula, Gaara merasa ada yang aneh. Sesibuk-sibuknya Sakura, kalau dijahilin, dia pasti ngerespon. Maka, makan siang Gaara yang lagi setengah itu disisihkan dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Didn't Expect! II
RomanceCinta yang gak terduga itu sekarang bersemi indah. Enam tahun berlalu, bagaimana kelanjutan hubungan mereka? (Better buat baca dulu season 1 ya). Naruto belongs Masashi Kishimoto. Warning! Beberapa chapter mungkin akan menggunakan bahasa dewasa yang...