Akhir (?)

406 76 23
                                    

"Lucu banget. Matanya biru!" Seru Ino waktu ngeliat mata si bayi terbuka. Sontak aja orang-orang ikut melihat bayi Naruto-Hinata yang ada di dalam boks khusus itu. Memang benar, si bayi itu punya bola mata yang warnanya biru. Cerah banget kayak bapaknya, gitu sih kata Naruto.

"Mirip Naruto banget njir!" Celetuk Kiba. Sampai hari ini dia gak nyangka kalau Naruto bener-bener jadi ayah. Padahal baru aja kemarin mereka masih seragaman SMA. Waktu secepat ini ternyata.

"Hehehe. Siapa dulu dong." Tentu aja Naruto bangga. Terus, gak tahunya si Boruto, begitu kata Naruto waktu ditanya nama anaknya, langsung nangis kenceng. Gede banget suaranya.

Naruto panik, tapi Hinata dengan telaten menenangkan Boruto. Mereka itu perpaduan yang pas kan? Satunya bar-bar, panikan, satunya lagi kalem. Begitulah yang bisa Sakura lihat waktu dia baru aja sampai ke rumah sakit tempat Hinata bersalin. Dia baru datang karena harus ngurus sesuatu. Matanya berlanjut melihat Tenten yang cuma bisa duduk di usia kehamilan 5 bulan. Ditemenin sama suaminya, si Neji. Terus Ino dan Sai juga yang baru aja menikah awal tahun lalu.

Ini cuma dia aja yang masih nungguin lamaran Sasuke?

Gimana mau ngelamar? Si rambut hitam sibuk mulu! Ah! Kan Sakura jadi ingat lagi!

"Ra? Ngapain disana?" Orang pertama yang menyadari kedatangan si Pinky adalah Gaara. Pas banget waktu Gaara ngomong gitu, orang-orang lain yang tadinya sibuk sama bayi Boruto langsung beralih ke Sakura.

"Hai! Sakura bawain roti sama cemilan yang enak nih!" Katanya ceria sambil mengangkat kantung-kantung yang ada banyak itu. Kantung-kantung itu langsung disambar Ino, Tenten, Kiba, dan Chouji. Bestie biasanya emang gak kenal malu sih.

"Itu kamu bawa sendirian?" Tanya Gaara. Sakura ngangguk.

"Kenapa gak telpon? Kan bisa bantu bawain. Bisa minta tolong Kiba atau Chouji juga."

"Engga apa kok. Sakura kan setrong." Balasnya sambil nyengir. Iyain aja deh Gar.

"Ya ya." Meskipun spelling Sakura belepotan sih...

"Minggir dong Gaara. Sakura kesini kan mau lihat bayi. Bukan lihat Gaara. Sakura mah udah bosen lihat Gaara mulu."

"Dih!"

"Minggir!" Tangannya yang kecil itu menggeser badan Gaara yang besar. Tapi Gaara lagi iseng. Kekeh buat gak geserin badan.

"Gaara! Jangan iseng deh! Sakura gigit nih." Ancamnya. Tapi ancaman dari Sakura itu malah bikin Gaara menjadi-jadi. Keisengannya nambah berkali-kali lipat.

"Gigit aja--aw!" Orang-orang pada kaget. Lantas ngeliatin Gaara yang ngusap-ngusap lengannya dan Sakura yang tersenyum lebar nyamperin si bayi.

"Bayinya lucu banget. Namanya siapa?"

"Boruto, bibi." Sahut Hinata ke Sakura. Sakura tersenyum melihat bayi Boruto yang imut banget menurutnya. Kalau dia nikah sama Sasuke nanti, anak mereka bakal punya rambut hitam atau pink ya?

"Sakura sendirian?" Tanya Sai di suatu kesempatan.

"Iya. Sakura sendiri."

"Loh? Sasuke mana?"

"Si teme udah kesini tadi pagi." Sahut Naruto yang membuat alis Sakura bertaut.

"Tapi bentar doang. Cepet-cepet dia. Ada kerjaan katanya. Ya kan Sakura-chan?" Sambung Naruto lagi. Selama beberapa detik, orang-orang menatap Sakura, dan gadis itu sedang mencerna. Sampai akhirnya dia bilang... "Oh...iya! Dia lagi sibuk banget. Hehe. Maklumin aja ya. Heheheee."

Lalu Sakura tersenyum lagi. Tanpa disadari orang-orang, bahwa Sakura sekarang sedang bertanya-tanya.

Sasuke datang duluan tanpa memberi kabar?

Didn't Expect! IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang