04. MAINAN

60.4K 2.9K 24
                                    

Jam istirahat sebentar lagi habis, Callista mengelilingi sekolah untuk mencari ruang musik, lebih tepatnya biola

Callista adalah anak yang memiliki bakat seni dari lahir, umur 6 tahun Callista sudah belajar memainkan biola. Ia juga sudah tampil solo beberapa kali, terbilang sering malah

Callista bisa saja bertanya kepada Reya dan Nayra masalahnya ia lupa untuk bertanya, dan sekarang temannya itu entah pergi ke mana

"Mana sihh ruangannya? kok nggak ketemu-ketemu, pegel nih" keluh Callista yang sudah dari tadi keliling

Sekolah ini memiliki tiga lantai yang setiap lantainya luas dengan ruangan dan kelas-kelas

"Apa ini ya? kayaknya ruangannya luas" beo Callista ketika berdiri di depan ruangan yang terbilang mewah

Callista mulai membuka pintu dan jrenggggg semua mata yang ada di ruangan itu melihat ke arahnya tak terkecuali 'singa' SMA SKY

"Lah ngapain lo?" Liam bertanya kepada gadis yang sedang terdiam di ambang pintu sangking terkejutnya

"I..tu...tadii"

"Itu apa?" sekarang Albern yang bertanya dengan dingin

"Aku lagi nyari ruang musik, tapi malah ke sini hehehe" Callista hanya bisa cengengesan padahal jantungnya hampir copot

Baru dibilang sama temannya jangan deket-deket Albern, sekarang malah diulangi

"Maaf kak" niat Callista untuk pergi urung karena mendengar suara berat yang ia kenali

"Siapa yang nyuruh lo pergi?" Albern iya Albern yang bertanya

Callista hanya menunduk tak tau harus bagaimana

"Lo semua keluar, kecuali Callista elena light" perintah Albern kepada kelima temannya itu, ya ruangan itu berisi anggota inti Craneo walapun tempat itu khusus untuk anggota Craneo, tapi kebetulan sekarang hanya ada anggota
inti

"Lah gue lagi duduk anteng juga"protes Edric yang ngakunya duduk anteng padahal jalan mondar-mandir entah ngapain

"Nurut aja ngape sih" Riko menarik kerah baju Edric untuk keluar

"Jangan ditarik goblok"

"Bye bye dedek cantik" siapa lagi kalau bukan Daren yang selalu menggoda wanita

Sekarang sudah tidak ada siapa-siapa lagi kecuali Callista dan Albern, jantung Callista rasanya mau jatuh, dirinya sangat takut terjadi sesuatu apalgi setelah mendengar cerita temannya tadi

Aku masih mau hidup..... hanya itu yang ada dipikiran Callista saat ini dengan wajah menunduk dan air mata yang siap meluncur

"Gue bukan hantu yang harus nunduk setiap nengok gue" ucap Albern yang kini sudah berada dihadapan Callista

"Maaf kak" dan yak air mata itu pun lolos

"Kok nangis lagi hmm? cengeng bener" tanya Albern dengan telunjuk yang sudah mengangkat wajah Callista

"Maaf kak" Callista menangis dengan menatap Albern, memang cengeng dia ini

"Emang tampang gue marah sampai lo nangis" tatap Albern ke wajah Callista, entah apa yang dipikirannya saat ini, author saja pusing

"Bukan gitu kak"

"Lo tau nggak kalau ini ruangan Craneo?" tanya Albern dengan telunjuk yang masih di dagu Callista

"Enggak" polos Callista karena dia memang tidak tahu

"Jangan main masuk aja hmm" entah apa yang menyihir Albern sekarang, ia menjadi lemah melihat Callista yang menangis

"Nggak sengaja kak" cicit Callista dengan air mata yang sudah mengering

"Mau ke ruang musik kan?" tanya Albern ketika melihat Callista sudah tenang

"Iya" sendu Callista

"Mau ngapain?"

"Mau main biola"

"Lo pemain biola?"

"Iya" semangat Callista, sepertinya ia lupa kalau yang di depannya ini adalah singa

"Mau gue anter?" whatt seorang Albern menawarkan diri???

"Mauuuuuu" senyum Callista mengembang

"Tapi nanti"

"Ihhh kok gitu?" ngelunjak ni anak

"Bel udah masuk" satu jentikan mendarat di dahi Callista yang membuat si korban meringis

"Ooo iyaa hehehe"

"Ayok gue anter"

"Enggak usah kak, aku bisa sendiri"

"Gue nggak nanya, tapi perintah" Albern menarik tangan Callista untuk mengantarnya

"Lokal lo di mana?" tanya Albern dengan tangan yang memegang pergelangan tangan Callista

"11 IPA 1 kak"

•••••

Di sepanjang koridor semua pasang mata melihat ke arah mereka, mainan baru? itu pikir mereka

Albern memang terkenal kejam sekaligus berengsek mabuk-mabukan di club, gonta-ganti cewek, tetapi bukan sebagai pacar, hanya mainan saja, pelampiasan amarah dan cewek yang pernah dekat dengan dia pun tidak ada yang berani muncul kehadapan Albern lagi karena sifat cowok itu yang kejam, entah dipukul ataupun dibentak

Berbeda dengan Daren yang memang memiliki banyak pacar sekaligus, Albern hanya menjadikan cewek pelampiasan saja

"Makasih kak" senyum Callista ketika sudah di depan kelasnya

"Hmm" Albern melihat gadis itu memasuki kelasnya

"Mainan baru bos?" tanya Dion ketika melihat Albern mengantar Callista

Albern tidak menjawab melainkan hanya menepuk pundak Dion dan pergi dari sana

"Kasihan, mana baru pertama masuk lagi"

•••••

"Gila lo ngapain dengan kak Albern?" heboh Reya ketika temannya itu duduk

"Enggak sengaja ketemu tadi"

"Parah sih"

"Lo mainan baru kak Albern ya?" sindir salah satu cewek di sana yang termasuk ke dalam geng cewek centil

"Heh jaga omongan lo" bentak Nayra

"Kan emang bener, setiap cewek yang deket dengan kak Albern pasti mainannya"

"Wah ngajak ribut lo" Reya mulai panas ketika temannya itu dibilang cewek mainan Albern

"Ngapa lo"

"Sini kalau berani"

"Wah nantangin hah"

Kelas menjadi ricuh karena mereka berdua

"Rey udah" tenang Callista

"Dia duluan Call"

"Udah biarin aja" sekarang giliran Nayra yang menenangi temannya yang sudah panas itu

"Lo nggak marah apa dibilangin cewek mainan kak Albern?" emosi Reya yang melihat temannya itu hanya diam

"Biarin aja kan nggak bener, mungkin dia yang jadi cewek mainan atau mungkin cewek...." sindir Callista dengan melihat cewek centil itu yang bernama Zoya

"Heh jaga omongan lo"

"Lu yang jaga omongan!!" bentak Reya







seru nggak?
pesan?
saran?
vote and komen🤗


ALBERNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang