10. Belum apa-apa udah buat darah tinggi.

17.7K 1.6K 13
                                    

Elena berjalan malas ke arah kamar mandi. Rasanya badannya remuk karna berdiri berjam-jam tadi.

Badanya benar-benar butuh istrahat saat ini.

Mandi secepat yang dia bisa agar bisa langsung istirahat. Elena tidak peduli lagi dengan apa pun selain ingin cepat istirahat.

Melihat kasur empuk yang serasa memanggil- manggilnya membuat dia tidak sabar untuk membaringkan tubuhnya.

Berbaring di atas kasur dengan tak sabaran. "Ahhhh. Akhirnya gue bisa lurusin badan juga." Ucapnya terdengar senang.

Kasur ini benar-benar empuk. Pelan-pelan mata Elena bahkan terasa berat, dia sudah siap berlayar ke alam mimpi indahnya. Sama sekali tak peduli dengan pria yang kini menatapnya dari sofa, menggeleng-gelengkan kepalanya geli.

**

Mengerjap-ngerjapkan mata pelan. Pipi Elena terasa di toel-toel sesuatu.

Emak gue gak bisa apa, gak ganggu hidup gue sebentar aja. Heran deh punya emak gini amat sih. Batin Elena kesal.

"Mama ih. Lena itu masih ngantuk tau. Masih capek badanya." Gumamnya kesal. Tanpa menoleh ke siapa pelakunya. Seolah lupa di mana dia saat ini.

"Lena, ini udah siang, ayo bangun. Keluarga kamu mau pamit pulang." Ucap Dipta pelan. Terus berusaha membangunkan istrinya yang masih memejamkan mata.

Dipta tau Elena masih capek pasti, mengingat acara semalam sangat melelahkan. Tapi tadi Laras, mama mertuanya memberitahu. Jika keluarga besar istrinya mau pamit pulang. Semua keluarga besar Dipta dan Elena memang menginap dihotel ini. Sengaja dia siapkan, agar keluarga bisa langsung istirhat saat selesai acara.

Kok suara mama beda.

Membuka mata pelan. Mata Elena langsung melotot begitu melihat Dipta di sampingnya yang membungkuk ke arahnya, berusaha membangunkan nya. Bukan Laras, mamanya seperti biasa.

Membuka mulut. Elena siap meluncurkan teriakannya.

"Jangan teriak, kita udah nikah" Potong Dipta cepat sambil menunjukkan jari manisnya yang terdapat cincin pernikahan mereka. Begitu melihat Elena akan berteriak.

Serius gue udah nikah?

"Aaaaa...." Teriak Elena kuat.

Dipta langsung membekap mulut Elena begitu mendengar teriakan kuat istrinya.

"Saya bilang jangan teriak Elena! Kenapa teriak?" Decak Dipta kesal.

Melepaskan tangan Dipta dari mulutnya secara paksa. Elen menatap serius ke arah pria itu. "Semalam bukan mimpi?" Tanyanya terdengar heran.

Dipta mendengus kuat mendengar pertanyaan aneh istrinya, tak habis fikir dengan jalan fikiran istrinya.

"Sana mandi, siap-siap! Keluarga besar kamu mau pamit pulang."

"Pulang tinggal pulang aja, kenapa repot banget sih. Segala pakai pamit lagi. Tumben amat." Gerutu Elena pelan. Yang masih bisa di dengar oleh Dipta. Pria itu langsung menoleh ke arahnya penuh peringatan.

"Elena Cepet!" Perintahnya yang mendengar gerutuan istrinya.

Meski dengan wajah kesal, Elena langsung turun dari kasur. "Iya- iya gue mandi ni." Ketusnya sedikit tidak ikhlas.

***

Eliana memandang telapak tangannya prihati.

Kalau pengantin barukan, biasanya kalau keluar kamar gandengan.

Setelah itu memandang punggung Dipta yang menjauh, berjalan lebih dulu meninggalkannya.

Lah gue. Jangankan gandengan, jalan bareng aja enggak. Miris banget sih hidup lo, Len.

Bukan Salah Nikah! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang