13. Malu

14.4K 1.4K 9
                                    

Canggung, itu lah yang Elena rasakan saat ini. Duduk di atas ranjang hanya berdua dengan Dipta membuat dia nampak kikuk. Berbeda dengan Dipta yang nampak biasa saja karna sibuk dengan gedgetnya.

Hari ini, Elena dan Dipta menginap di rumah orang tua Elena, karna Laras mamanya memaksa mereka untuk menginap.

Elena sih awalnya ok-ok aja, tapi setelah sadar dia akan satu kamar dengan Dipta, membuat dia merutuki kecerobohanya itu. Mana ranjang kamarnya berukuran double bad lagi, membuat dia nyaris bersentuhan dengan badan kekar suaminya. Dan itu semua, membuat jantungnya semakin jingkrak-jingkarak tidak jelas.

Tanpa sadar, Elena sering menahan nafas karna aroma parfum Dipta yang tercium oleh indra penciumannya. Belum lagi, pria itu yang malam ini terlihat berkali-kali lipat lebih tampan dari biasanya. Membuat dia berulang kali menahan nafas. Dengan baju tidur berwarna hitam yang didapat Elena meminjam dari papanya, membuat kadar pesona Dipta menguap ke mana-mana.

Anjrit otak gue jadi ngeres ini, gara-gara sering dicokolin mbak Hanum video mesum.

Berusaha mengalihkan perhatian ke sembarang arah. Elena berusaha mengabaikan pemandangan menggiurkan di depan matanya. Dipta yang berganti posisi berbaring menyamping ke arahnya, berulang kali melirik istrinya yang tidak mau diam, terus bergerak di sampingnya.

Ini kenapa gue yang kayak cacing kepanasan sih. Bukannya seharusnya cowok ya yang begini. Lah ini kenapa jadi gue. Ahhhh mama tolongin Elena, sumpah grogi gue seranjang ama ini orang.

Lama-lama Dipta pun terusik dengan pergerakan istrinya yang tidak mau diam.

Mengangkat alis heran. "Kenapa?" Tanyanya heran.

"Hah?" Tanya Elena yang gagal fokus. Keningnya nampak berkerut samar.

"Ada masalah? Dari tadi kamu kayak gak nyaman gitu. Gerak terus gak mau diam? Kenapa?"

"Oh itu, gue kepanasan. Iya. Hehe iya cuman kepanasan." Cengirnya salah tingkah. Ditatap begitu intens oleh Dipta membuat dia salah tingkah sendiri.

Mengangkat sebelah alisnya, Dipta memperhatikan penampilan istrinya dari atas sampai bawah. Baju tidur panjang berwarna pink dengan gambar pororo besar di depannya. Benar-benar lucu di matanya.

Merasa diperhatikan sebegitu lekat oleh Dipta, membuat Elena menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Kamu bisa nurunin suhu AC." Datar. Itulah ucap Dipta.

"Gue keluar aja deh cari angin." Jawab Elena mencari aman.

Membuka selimut yang menutup kakinya sebatas pinggang, dia pun langsung turun dari ranjang dengan cepat dan melangkah keluar kamarnya.

Gue gak bakal kuat lama-lama duduk di sampingnya. Di liatin doang aja bikin jantung gue jingkrak-jingkrak, gimana kalau dia peluk gue, bisa rontok ini jantung dari tempatnya.

Melangkah keluar, pandangan Elena langsung tertuju pada pintu depan yang terbuka lebar. Melirik jam dinding di samping kiri Elena. Jam sudah menunjukan jam 9 malam.

Siapa yang buka pintu jam segini. Pikir Elena.

Menuruti rasa penasaran, dia pun melangkah ke arah pintu keluar. Di sana, Herman papanya sedang duduk di kursi teras dengan gadget di tangannya.

"Papa belum tidur?" Tanya Elena berjalan mendekat ke arah papanya.

Herman mendongak, anak gadisnya, ah ralat anak perempuannya sedang berjalan ke arahnya. "Belum bisa tidur. Kenapa?"

Menarik kursi, Elena ikut duduk di sebrang meja Herman. "Sama, Elena juga gak bisa tidur."

"Kenapa? ditinggal suami tidur duluan?" Goda Herman dengan senyuman jail. Yang dibalas Elena mengangkat bahu cuek.

Bukan Salah Nikah! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang