4. Syok

15.3K 1.5K 6
                                    

"Len." Panggil Laras pada anak gadisnya. Yang terlihat rapi saat melewati ruang tengah. Dia terlihat akan pergi.

"Apa sih ma?" Tanya Elena sedikit kesal. Pasalnya mamanya ini, dari semalam tidak berhenti mengganggunya. Ada saja yang di pertanyakannya.

"Kamu mau ke mana?" Tanya Laras. Mulai melancarkan aksi keponya.

Saat melihat anak gadisnya yang terlihat rapi, padahal ini hari libur. Tumben-tumbenan anak gadisnya mau bangun pagi. Biasanya juga, dia akan marah-marah kalau Laras bangunkan sepagi ini di hari liburnya.

Alasannya sih slalu ingin mengistirahatkan tubuhnya yang lelah, karna hampir satu minggu full bekerja. Memang dasar anak gadisnya saja itu yang pemalas.

"Mau jenguk mamanya mbak Hanum." Jawab Elena sambil duduk di sofa samping mamanya, menghadap ke arah tv.

"Kamu belum cerita sih Len sama mama?" Tanya Laras seraya menyodorkan bolu coklat ke arah putrinya. Yang ada di meja depan sofa.

Tumben sih mama baik. Ada maunya ini pasti. Pikir Elena.

Mencomot satu potong bolu. Elena langsung menggigitnya kuat.

Emmh. Tekstur lembut dan manis langsung terasa dilidahnya. Mamanya ini, kalau soal masak memasak memang tidak ada duanya. Apalagi tentang membuat kue, slalu bisa dan terasa luar biasa. Bisa memanjakan lidah pastinya.

"Cerita apa sih ma?" Tanya Elena kalem.

Setelah selesai menelan bolu di mulutnya habis, Elena langsung melirik ke arah wajah mamanya yang menatapnya lurus. Dia ingin tau, apa yang sedang mamanya pikirkan saat ini, perasaan dari tadi senyum-senyum gak jelas menatapnya. Pasti ada banyak maunya ini.

"Itu loh, kamu semalam belum cerita ke mama. Kenapa Dipta. Si adiknya Hanum itu gak jadi nikah?" Tanya Laras.

Semalam Elena marah- marah karna Laras memaksanya cerita. Sangking penasarannya, Laras sampai tidak bisa tidur nyenyak karna penasaran kelanjutan cerita putrinya itu. Tingkat ke kepoan Laras kan sudah masuk ketahap kronis saat ini.

Tuh kan bener. Pikir Elena.

"Mama jangan cerita siapa-siapa tapi ya?" Ucapan Elena memperingati.

"Aman!" Jawab Laras sambil berlagak mengunci mulutnya.

"Tunangannya kabur." Celetuk Elena jujur.

Elena yakin kalau dia tidak jujur, mamanya tidak akan berhenti untuk mengejarnya. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang bisa membuat kepala Elena ingin pecah saat itu juga. Dan itu semua sangat menyebalkan bagi Elena.

"Loh kok bisa?" Tanya Laras penasaran.

"Mana Lena tau." Jawab Elena cuek sambil mencomot satu potong bolu lagi.

"Sayang banget ya? Padahal kan keluarga Isa itu kaya Len. Apa jangan-jangan anak Isa yang cowok itu jelek?"

"Kaya, kalau gak cinta buat apa ma?"
Laras mendengus pelan mendengar jawaban anaknya.

"Cinta itu bakal hadir seiring berjalannya waktu. Tapi anak Isa ganteng gak sih Len?"

"Menurut Lena sih ganteng. Pakek banget malah." Jawab Elena sambil menyilang kan kaki di atas sofa.

"Tu. Apa yang kurang coba, keluarga konglomerat? Iya. Tampang? Ok. Kira-kira apa yang buat dia kabur ya Len?"

"Mana mama tau mama." Jawab Elena gemas.

Laras mendengus kuat mendengar jawaban Elena yang di rasa kurang akurat. "Kamu gak pengen deketin anaknya Isa, Len?"

"Kenapa harus deketin?" Jawab Elena dengan santainya.

Bukan Salah Nikah! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang