9. Nikah

16.2K 1.5K 21
                                    


HUAA..

Gue nervous, terus deg degan juga.. Sumpah ... Demi apa ... Gue bakal nikah hari ini.

Ya Allah. Gue masih gak percaya kalau akhirnya, gue nikah juga. Ini bukan mimpi kan ya, kok gue berasa aneh sih ya? Daa gue masih gak percaya kalau bakal nikah hari ini.

Walau sama  cowok yang gak gue cinta.
Tapi tetep aja bakal jadi laki gue.
Duh Duh, kok gue jadi nervous ya. Gara-gara cowok model Dipta ini pasti, bibit unggul kata mama.

Ck, Elena terkikik geli dengan isi kepalanya.

"Woy Len, lo ke sambet ya? Dari tadi senyum-senyum sendiri." Ucap Hanum menatap Elena horor.

"Sadar woy. Sadar." Ucap Hanum sambil menyentil jidat Elena pelan.

Astagfirullah, nasib punya kakak ipar sange nih. Bikin gue selalu naik darah.

Elena mendelik tidak suka. Menatap kesal pada Hanum yang berdiri di depannya dengan wajah tanpa dosa. "Iss. Apa'an sih lo mbak. Ganggu aja." Omelnya kesal.

"Ya lagian dari tadi lo ngelamun. Mana sambil senyum-senyum sendiri lagi. Bikin gue ngeri bego." Ucap Hanum sinis.

"Ya namanya juga lagi bahagia mbak. Mbak tau enggak, gue itu lagi jadi pengantin yang bahagia. Pe-ngan-tin ba-ru." Ucap Elena mengeja setiap kata yang keluar dari bibirnya lengkap alis naik-turun menggoda Hanum.

Hanum mendengu, tanpa perasaan menonyor kepala Elena pelan. "Norak." Serunya penuh cibiran.

Elena berteriak heboh mendapat perlakuan tak senonoh dari Hanum. Dan langsung mengecek dandananya di depan cermin kecil ditanganya. Membuat Hanum langsung mencibirnya habis-habisan.

"Bukan Norak. Tapi emang dasar mbak aja gak bisa liat gue seneng." Ketus Elena. "Eh, tapi ini acaranya kapan dimulai sih mbak? Kok lama banget. Gue udah gak sabar nih.."

"Loe serius?" Tanya Hanum dengan mata melotot horor ke arah Elena.

Mengerutkan kening bingung. Elena mengangguk khidmat.

"Parah lo Len. Hobi ngelamun lo udah kronis kayaknya." Ucap Hanum sambil menatap Elena dramatis. Lengkap gelengan kepala berlebihan.

"Maksudnya gimana sih mbak?" Tanya Elena semakin bingung.

"Denger-"

"Saya terima nikah dan kawinnya Elena Hayunda Binti Herman Wijaksono dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"BAGAIMANA PARA SAKSI. SAH."

SAH

Alhamdulillah.

"Nah itu. Udah SAH!." Sambung Hanum enteng.

Elena melongo.

SAH?

Apanya yang sah?
Kapan acaranya dimulai, kok gue gak denger apa-apa sih?

Kok udah sah aja? Ini gue beneran udah sah nikah samaa Dipta? Cuman gini aja? Gak ada drama gitu? Kok pernikahan gue kesannya datar-datar aja sih? Gak mengharukan banget?

"Len, lo kenapa?" Tanya Hanum khawatir yang melihat wajah syok Elena.

"Mbak ini beneran udah sah? Kok gue gak sadar ya?" Ucap Elena berkaca-kaca.

"Ya iya lah, orang dari tadi lo ngelamun." Jawab Hanum enteng.

"Mbak gue kehilangan momen berharga dalam dihidup gue?" Ucap Elena semakin menjadi-jadi.

Hanum mengangkat alis heran "Maksud lo?"

"Masa gue gak ada nangis-nangisnya mbak! Minimal mewek dikit gitu. Terharu. Masak udah gini aja sih.."

Bukan Salah Nikah! (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang