Nulis itu gak gampang, jadi gak bisa cepet-cepet update huhu. Bahkan tiap nulis mau publish part lanjutannya aja selalu takut kalo gak seru atau bikin kalian bosen:(
Jangan bosen-bosen ya woyyy!!! Muachhh
"Woy, Gara mau traktir kita semua makan di kafenya Nathan!" ujar Alan dengan semangat membuat Alin, Davin dan Fero berbinar senang.
"Seriusan? Ada apaan, tumben."
"Ngerayain karena Sasa lolos SNMPTN Kedokteran UI." jawab Gara dengan senyum miring membuat Sasa geleng-geleng kepala.
"Ahay, asoy geboy!" Fero langsung merapikan buku-buku ke dalam tasnya. Sedangkan Alin tersenyum lebar kemudian bersiap untuk segera pergi.
"Asik, Sasa calon Bu Dokter ini." ucap Alan sambil nyengir.
"Belum, Lan. Masuk kuliah aja belum." jawab Sasa sambil terkekeh.
Fero terkekeh geli sambil menyenggol lengan Gara. "Gimana Bang, cewek lo udah calon Dokter nih. Lo sendiri gimana ntar kuliahnya?"
"Tenang, optimis teknik sipil. Sasa bakal gue bangunin rumah sakit." jawab Gara dengan santai membuat yang lain ikut tertawa.
"Biasanya mahasiswa Kedokteran itu lebih menggoda loh, Gar. Gimana nihh?" sahut Alin ikut mengompori.
Alan mengangguk setuju. "Putih bersih pasti karena di AC terus. Kalo teknik sipil ntar lo panas-panasan, Gar. Hayo, gimana nihh."
Gara sontak langsung melirik Alan dan Alin dengan tatapan tajam. "Anjing, gak jadi gue traktir ya, mau?"
"Haha, santai bro. Spek kayak Ibu negara kan setia." jawab Alan sambil tersenyum jahil kepada Sasa.
Sasa terkekeh geli sambil menggelengkan kepala. "Udah-udah, kalian ngeributin hal yang gak jelas."
"Ahay, Gara langsung overthinking coy!" seru Fero dengan tawa puas diikuti kekehan dari Nathan.
"Diem lo, bangs—"
"Ehh, Gar! Udah ah, ngomongnya..." peringat Sasa kemudian.
Setelah itu Sasa, cewek berponi tipis itu tersenyum simpul lalu mendekat ke bangku Jenny dimana cewek berambut sebahu itu sedang merapikan buku-bukunya.
"Jen, ikut yuk?"
"Lo mau kan ikut makan-makan sama kita?" sahut Gara kemudian.
Jenny mengerjap pelan mendapat ajakan tersebut, lalu ia memandangi satu persatu teman-temannya yang ikut memandanginya juga. Hingga tatapan Jenny berakhir kepada Alin, cewek mungil berambut kecoklatan itu ikut menatapnya. Jenny menghela napas pelan, rasanya masih tidak pantas.
"Enggak dulu deh, Sa. Gue mau ada les abis ini." jawab Jenny dengan senyum singkat lalu keluar kelas.
Mau bagaimana lagi, mereka juga tidak bisa memaksa Jenny. Mereka sadar jika Alin dan Jenny masih butuh ruang dan waktu untuk sadar dan saling memaafkan. Mereka juga sadar jika Jenny mungkin masih tidak enak hati dan butuh waktu untuk sendiri.
"Yaudah, langsung berangkat yuk?" ajak Fero yang dijawab anggukan dari teman-temannya.
Disisi lain, Jenny menyusuri koridor dengan langkah lambat. Ia menghela napas pelan sambil berjalan menuju parkiran sekolah. Parkiran sekolah yang tinggal berjarak sekitar 5 meter menjadi terasa jauh karena langkahnya yang lambat dan sendirian.
Murid-murid SMA Angkasa sudah banyak yang keluar dari parkiran, kini parkiran mobil sekolah sudah lumayan sepi. Tanpa disangka, tatapan matanya bertemu dengan cowok berjaket denim yang mengendarai motor KLX tersebut. Tatapan keduanya bertemu, sekitar beberapa detik baru lah Jenny memutuskan eyes contact tersebut dengan perasaan tak karuan. Ia langsung melangkah cepat dan segera pergi membuat Regan mengerjap pelan lalu menancap gas motornya pergi dari area sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selebgram [end]
Teen Fiction-Angkasa Series 3 "Gue gak suka sama cewek yang kebanyakan gaya!" Selain selebgram, profesi Alin di sekolah sebagai admin akun gosipnya Angkasa membuatnya semakin populer. Alin juga tidak segan-segan memberi pelajaran kepada siapa pun yang berani me...