3-Kontrakan gang 9

1.9K 265 105
                                    


Ini kenapa ya abis di publish ada spasinya random gitu🤧





"Terimakasih Pak Antoni dan Bu Sella sudah baik sama kami selama ini." ucap Mbak Era, salah satu asisten rumah tangga mereka.

"Iya, sama-sama." jawab Mami dengan senyum tipis.

"Pak, Bu... sebenarnya kami tidak perlu dikasih uang pesangon. Bapak kan lagi kena musibah." sahut Pak Herman, si satpam rumah.

"Iya, ini jumlahnya banyak lagi." sambung Pak Budi, si tukang kebun.

"Gak papa. Malah saya yang minta maaf gak bisa kasih full seperti gaji kalian." jawab Papa.

"Kita pamit dulu ya, maaf kalo ada salah atau Alin sama Chika ngerepotin selama ini." ujar Mami, sebagai salam perpisahan.

Alin pun meneteskan airmatanya, lalu menoleh lagi menatap rumah megah dan mewah yang sudah menjadi tempat tinggal selama 17 tahun ini.

"Hati-hati Pak, Bu. Semoga bisa kembali lagi." seru seluruh asisten rumah tangga dengan isakan tangis.

Alin hanya diam sambil bersender di kaca mobil, terus memandangi seluruh asisten rumah tangganya yang pergi satu persatu dan meninggalkan rumahnya.


🎭🎭🎭

"Harusnya mobil aku aja tadi yang dibawa mereka. Jangan mobil Papa." kata Alin, merasa kasihan tiga mobil keluarganya yang ikut disita.

"Gak papa. Kasihan, nanti kamu sekolah pakek apa. Ini kan mobil hadiah dari Papa buat kamu." jawab Papa, sabar.

"Bi, makasih ya udah mau bantu kami cari tempat tinggal baru." kata Mami pada Bi Mirna yang duduk di belakang.

"Iya, Bu. Maaf saya nggak bisa bantu banyak."

"Ini belok kiri ya, Bi?" tanya Papa saat mobil mereka berada di depan sebuah gang.

"Kita mau tinggal dimana, Pah?" tanya Chika, bocah itu matanya sembab.

"Kita liat aja dulu nanti, Dek."

"Iya, Pak belok kiri. Ini gang 9 namanya." kata Bi Mirna.

Mobil warna merah dengan plat B 4 LIN itu memasuki sebuah gang sempit yang jalanannya banyak bocah bermain bola serta sepedah. Hingga tak sengaja sebuah bola mengenai mobilnya.

"Ishh, bocah bandel banget ya." gerutu Alin lirih.

"Maaf, Om kami nggak sengaja." kata bocah itu sambil menunduk.

Papa membuka kaca mobilnya lalu tersenyum, "Mainnya jangan dijalan ya."

"Iya, Om." jawab mereka serempak.

Bi Mirna pun menunjukkan arahnya. Sementara Alin yang duduk di dekat jendela hanya bisa bernapas pasrah sambil melihat jalanan luar yang sedikit kumuh itu.

"Nah, udah sampai. Ini rumah yang saya bicarakan tadi."  Kata Bi Mirna.

"Yaudah, ayo turun." ajak Papa.

Sepatu cantik berwarna putih dengan tali pink milik Alin menginjakkan kaki di halaman rumah sederhana yang depannya ada pohon rambutan. Alin mengerjap pelan sambil memandangi rumah sederhana dan minimalis itu. Berpikir sebentar apakah benar mereka akan tinggal disini.

Alin merangkul Chika dan Mami untuk duduk di teras. Sedangkan Papa membantu Bi Mirna mengeluarkan barang-barang dari pick up dan motor scoppy kesayangan Alin.

Selebgram [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang