Rumah - 16.00.
Aku sampai dirumah sekitar pukul 4 sore. Sepulang kuliah tadi, aku lebih dulu mampir kerumah Sasha untuk santai nan mengobrol biasa. Lebih tepat nya, aku sedang mengidam. Rasa keinginanku untuk pergi kerumah Sasha begitu meningkat. Mungkin janin dalam perut ku ini tau bahwa Sasha adalah teman dekat ku.
Sesampainya dirumah, aku di sambut oleh senyuman lebar Jev. Tak seperti biasanya, ternyata suami ku sudah pulang lebih dulu.
"Tumben kamu pulang sore, biasanya petang baru nyampe rumah." ucapku.
"Aku mengkhawatirkan mu sayang. Duduk lah disini." pungkas suami ku lalu ia menggeret tangan ku dan menyuruh ku untuk duduk di atas sofa.
"T-tunggu, aku belum melepas sepatuku." lontarku, suami ku berjongkok di hadapan ku dan melepas kedua sepatu yang tengah ku pakai itu.
Ku terdiam melihat kelakuan nya. "Mas bantu lepaskan sepatu mu sayang." ucap Jev. Ia juga melepaskan kedua kaos kaki yang ku pakai.
Sekilas ku tersenyum tipis. "Kandungan ku belum cukup besar, aku bisa melepasnya sendiri kok." ujarku.
Jev menggeleng kepala. "Tetap saja itu adalah kewajiban ku untuk membantu mu. Aku tidak mau membuat mu kelelahan sayang. Karna kamu sedang mengandung anak kita."
"Percuma aku ngomong sama kamu." ketusku membalas. Aku mulai merasa kesal.
"Sudah makan sayang?" tanya suami ku.
"Belum." jawab ku.
"Baiklah, ayo makan sama Mas. Mas menunggu mu pulang daritadi." ajak Jev merangkul gemas pundak ku.
Di dapur, Jev menggeret kursi yang akan ku tempati untuk duduk. Aku duduk disana dan Jev lanjut mendorong nya. Kemudian, tiba-tiba saja dia mencium pipi ku membuat bekas kecupan nya itu membekas besar pada area pipi ku. Kecupan yang ia beri tidak hanya satu kali, melainkan berkali-kali.
"Kebiasaan." lontar ku.
"Mas harap kamu tidak mengusap nya."
"Engga kok." balasku.
"Mas suapin ya." kata suami ku. Aku menolak. "Gausa, aku bisa sendiri."
"Tidak ada penolakan, atau ku cium bibir mu." ancam Jev membuat ku refleks melipat atas dan bawah bibir ku. Jev meringis saat ia melihat apa yang ku lakukan.
"Diamlah." ketusku malu. "Haha, maaf sayang. Kamu terlalu lucu. Sekarang buka mulut mu, pesawat akan datang ..." ucap Jev bernada di akhir, ia memegang sendok yang melayang dengan nasi dan lauk di atasnya.
Dan hap, sendok itu masuk kedalam mulutku.
"Mas harap kamu suka masakan mas." ucap nya menatap ku.
"Syukoa kok." balasku dengan mulut penuh. Lagi-lagi Javen merasa gemas padaku, ia mulai kumat mencubiti pipi gembul ku ini.
"Mas masih tidak menyangka bisa mendapatkan seorang wanita seperti mu, wanita yang benar-benar sangat ingin ku miliki." Karna perkataan nya, aku teringat oleh sesuatu.
"Jev, maaf ..." lirih ku setelah menelan.
"Untuk apa minta maaf?" tanya suamiku kebingungan.
"Ee ... a-aku gabisa bales perasaan kamu secara langsung .." ucapku malu-malu.
"Tidak masalah bagiku, yang terpenting kamu milik Mas seutuhnya. Tentang cinta, mungkin tidak lama lagi kamu akan jatuh hati pada ku."
"Maaf ya." ucap ku lagi.
"Mas bilang apa barusan? Itu tidak masalah sayang .." ucapnya mengulang. Senyuman sayu nan tipis muncul pada ekspresi wajahku. Aku sempat berpikir, kira-kira bagaimana perasaan asli Javen ya? Tidak mungkin tidak masalah bagi dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Locked Heart [LENGKAP]
RomanceSelain gagal dalam hal keluarga, Nora juga selalu gagal dalam hal percintaan yang membuat nya susah untuk membuka hati kepada Pria baru. Lalu siapa sangka dia berjodoh dengan CEO tampan yang ternyata selama ini terus meneror nya di pesan chat! Lanta...