32. Kebersamaan (2)

531 45 76
                                        

SHALOM SEMUANYA!!❤AAAA FINALLY PUJI TUHAN CERITA INI UPDATEEE😭💘💘Maaffff yaa kelamaan, maaff updatenya ditunda dan dicancel dlu sebelum"nya, huhuu maaff

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SHALOM SEMUANYA!!❤
AAAA FINALLY PUJI TUHAN CERITA INI UPDATEEE😭💘💘
Maaffff yaa kelamaan, maaff updatenya ditunda dan dicancel dlu sebelum"nya, huhuu maaff.

TAPI SKRG UDH UPDATE YEY!!!
KANGEN GAK KANGEN GAK?
RAMEIN LAPAKNYA DENGAN VOMENTNYA YUGGGG😍😍


♪ Sungguh Indah ♪

Enjoy ya!

HAPPY READING!🌈

Daniel masuk kerumahnya. Seperti biasa, setiap memasuki pintu rumahnya bukan kehangatan yang ia dapati lebih dulu, tapi ketakutan padahal ia tidak melakukan kesalahan apa-apa.

Daniel menginjakkan kakinya dirumahnya. Memasuki ruang tamu lebih dulu, tidak ada ayahnya disana.

Daniel melanjutkan langkahnya, pergi kearah dapur untuk minum, dirinya haus banget saat ini. Mama dan papanya sedang minum teh dimeja makan, bertiga dengan adik perempuannya.

Adik perempuannya menoleh kearahnya — Kalen — kalau kalian lupa, orang pertama yang peka dengan kehadirannya. "Kak Daniel!!" Bocah itu berteriak lalu memeluk Daniel.

Daniel berjongkok, menyamakan tingginya dengan adiknya. "Muka kakak kenapa? Sakitt yaa?" Tanyanya sambil memegang pelan luka Daniel karena pukulan Andre.

Daniel tersenyum kecil. "Enggaklah. Kakakmu ini strongg, kuat luar dalam anti banting," katanya sambil menunjukkan ototnya pada Kalen.

"Berantam lagi kamu?" Tanya papanya setelah menyeruput tehnya.

"Iya, pa."

"Sama siapa lagi kali ini? Tawuran lagi?"

"Bukan," jawab Daniel.

Ayahnya menghela napas, seperti sudah lelah membilangin putranya. Dalam hati Daniel cowok itu membatin, "gara-gara lo ni bang. Dah gue bilang jangan nonjok muka lo tonjok muka gue. Emang asem bener lo bang. Gelud lagi siniii."

"Kamu ini kapan berubahnya sih?" Ayahnya meletakkan cangkir teh dimeja, memandang putranya yang sedang berada didekat Kalen.

"Kamu mau jadi preman berantam terus?"

"Lihat abang kamu. Walaupun dia jago bela diri, dia gak lakui itu buat hal-hal yang gak berguna."

"Gak berguna katanya? Anakmu ini nolongin anak orang. Kurang baik budiman apalagi coba gue?"

"Lihat nilai-nilai—"

"Daniel pamit keatas dulu, pa," sela Daniel, malas mendengar lebih lanjut omongan ayahnya. Pasti dibanding-bandingkan lagi. Halah, Daniel sudah bisa menebak sejak awal.

Hah, padahal Daniel sedang haus banget, tapi ia sudah malas luan untuk mengambil minum dan lebih memilih keatas masuk kekamarnya.

"Kau ini..." ayahnya menggumam geram. Istrinya langsung mengelus pundaknya dengan lembut, menenangkan suaminya. Iya, Daniel tidak sopan memotong pembicaraan orang tua begitu saja dan langsung pamit keatas. Tapi ini juga demi keamanan emosional Daniel. Jika hanya untuk dibanding-bandingkan dan membuat mentalnya menjadi tidak baik-baik saja nantinya, untuk apa didengarkan?

SEIMAN [KRISTEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang