6

27 2 0
                                    

Bayu tersadar saat guyuran air es menyerang kepalanya. Di sampingnya terlihat Kudit yang sudah tidak bernyawa dengan ratusan belatung memakan tubuhnya, tapi yang lebih membuat Bayu terkejut adalah fakta bahwa tubuh Kudit telah berubah menjadi setengah tikus.

Ia tak tahu apa yang terjadi, tapi seorang pria dengan tatapan tajam melihatnya penuh kecurigaan. Di sampingnya seorang wanita berambut cepak dengan tato di kepalanya mengunyah sebuah permen karet.

"Siapa kau? Kenapa kau menyusup kemari!?" tanya pria dengan tatapan tajam itu.

Bayu tak menjawab meski pria itu begitu menakutkan. Beberapa orang berdiri di setiap sudut ruangan, pandangan mereka penuh rasa jijik melihat tubuh Kudit yang dimakan belatung.

"Jessi, lakukan hobi anehmu di tempat lain. Kau membuat anak buahku tak nyaman," kata pria bertatapan tajam itu.

"Aldo, sejak kapan kau begitu peduli pada bawahanmu? Semua itu perlu agar tak ada lagi penghianat di antara mereka. Kudit akan menjadi contoh yang bagus karena berani mencuri barang kita, dan bersekongkol dengan geng baru itu," kata Jessica.

"Kau terlalu terburu-buru membunuhnya. Padahal ia bisa jadi mata yang bagus untuk kita. Kita bisa suruh dia untuk mengorek informasi tentang geng baru itu," balas Geraldo.

"Mengorek informasi? Jangan konyol, kita langsung ratakan saja mereka! Dengan Metamorfosis-ku, dan Signature punya Nico. Harusnya sudah cukup untuk membinasakan mereka dari dunia ini," tegas Jessica sembari membuang permen karet yang dikunyahnya.

"Ada yang tidak beres dengan geng itu, orang ku bilang mereka tak menjual narkoba seperti kita. Tapi mereka terus mengorek informasi tentang kita, dan mereka juga bukan berasal dari negara ini. Apa yang membuat mereka jauh-jauh datang ke tempat ini hanya untuk bermain dengan kita."

"Kau terlalu ambil pusing Aldo, ini bisa menjadi waktu yang pas untuk menunjukkan kemampuan kita. Aku yakin suatu saat nanti jaringan kita akan menyebar ke seluruh penjuru dunia. Ayo kita kalahkan mereka, dan tunjukkan kekuatan Dewata pada dunia."

"Jessi, kalau kau ingin menyerang silahkan saja. Aku tak mau ikut campur, tapi jangan bawa nama Dewata saat kau menyerang mereka."

"Seperti biasa ya.... Aldo-Aldo, kau memang pansos seperti biasa. Kau membuat orang lain membereskan masalah untukmu, dan datang mengambil pujian saat semuanya sudah beres. Aku tak masalah dengan itu, karena kuyakin semua itu kau lakukan untuk Dewata. Tapi, jika kau berani menghianati kami... aku sendirilah yang akan membunuhmu."

"Jangan terlalu sering menggunakan kata bunuh. Kita adalah mafia, kita membunuh sebelum sempat mengucapkannya. Sejak awal, kalian sendirilah yang memilihku menjadi ketua. Mana mungkin aku menghianati kalian."

"Oh ya? Dari yang kudengar kau berusaha berkerja sama dengan mafia cina. Sampai-sampai kau repot-repot menyewa tempat untuk pertemuan kalian. Apa kau ingin kita bergabung bersama mereka? Jangan bercanda! Dewata tak akan menjadi Dewata jika menyatu dengan yang lain."

Bayu mendengar perselisihan mereka dengan jelas. Bayu kemudian teringat tentang Reza yang tetap kolot menyewakan kapalnya pada seorang pengusaha, Ciri-ciri yang Reza sebutkan pada Bayu mengingatkannya pada Geraldo. Bukan cuma kebetulan, tapi Bayu merasa kalau Geraldo lah orangnya.

"Di mana Nico? Aku tak melihatnya akhir-akhir ini, apa kau menyingkirkannya?"

"Mana mungkin aku bisa menyingkirkannya, dia yang terkuat di antara kita. Aku hanya menugaskannya untuk mengurus sesuatu."

"Sesuatu? Ah juragan kapal itu ya. Sayang sekali ia harus bertemu Nico. Tapi, kenapa kau begitu terobsesi dengannya? Masih banyak penyewa yang lain, kenapa perlu repot-repot mengirim Nico ke pulau terpencil itu?"

"Dia melihatku...."

"Apa!? Melihatmu? Apa yang dia lihat??"

"Sesuatu yang tak boleh orang tau, akan kuberi tahu kalau saatnya tiba."

"Aku jadi penasaran. Boleh aku cari tahu..."

"Jessi!!!"

Jessica secepat kilat menodongkan tangannya ke leher Geraldo, Buku-buku kecil bertumbuh saat tangannya bersentuhan dengan lehernya. Geraldo menepisnya hingga bulu itu tak semakin menyebar.

"Kau tak akan berani!" seru Geraldo dengan marah.

Bayu tak percaya dengan apa yang dilihatnya, Orang-orang ini adalah pengguna kekuatan sama seperti dirinya. Kalau dugaannya benar, Kudit yang tubuhnya berubah menjadi setengah tikus adalah ulah wanita bernama Jessica ini.

Bayu harus berhati-hati dalam bertindak, meski ia sudah memotonh tali di belakangnya menggunakan air bertekanan tinggi—ia tak bisa seenaknya menyerang mereka berdua. Apalagi ia merasakan firasat buruk tentang Geraldo yang terlalu berhati-hati itu.

Ia sebenarnya khawatir pada Reza dan Ayu, tapi ia yakin Alice pasti akan melindungi mereka. Sekarang yang lebih penting adalah kabur dengan selamat, tanpa menarik perhatian kedua mafia berkekuatan ini.

"Oh iya, aku melupakan dia... Mau kau apakan dia, Do?"

Geraldo menatap Bayu, "Dia tak boleh dibiarkan. Ia sudah mendengar hal yang tak perlu karena kau."

Jessica menyeringai, "Mau dibunuh? Gimana kalau kujadikan dia koleksiku? Aku penasaran akan jadi seperti apa dia jika kurubah dengan kekuatanku."

Bayu terperanjat, ia harus segera kabur dari sana. Ia berkonsentrasi untuk menciptakan serangan kejutan pada mereka. Tapi reaksinya tak lebih cepat dari gerakan Jessica yang seperti serangga.

"Metamorfosis; Change Up"
Jessica menyentuh Bayu, perlahan tubuh Bayu menyusut bersama darah yang keluar semua lubang di tubuhnya. Bulu putih lembut keluar dari kulitnya, wajahnya membengkak, giginya berubah menjadi taring, dan bola matanya berubah berwarna kuning.

Bayu berteriak merasakan transformasi extrem dari tubuhnya, suaranya berubah nyaring bersama batuk darah dari mulutnya. Dalam beberapa menit, Bayu telah berubah menjadi seekor kucing berwarna putih.

"Waaahhhh! Lucunya!? Dia jadi kucing!" seru Jessica sembari menangkap Bayu, dan mengelus-elus bulu lembutnya.

"Kali ini kucing, tak seperti biasanya. Kupikir kau hanya merubah mereka menjadi makhluk menjijikkan," komen Geraldo.

"Metamorfosis mengubah suatu makhluk hidup menjadi makhluk yang lain sesuai jiwa aslinya. Mereka berubah menjadi makhluk menjijikkan karena jiwa mereka memang seperti itu. Dosa telah merubah manusia menjadi seperti binatang, aku hanya membuat metafora mereka menjadi nyata."

"Tapi, bagaimana dengan jiwamu?"

Jessica tersenyum lebar, dan balik menatap Geraldo yang penasaran.

*****

Beberapa jam sebelumnya....

Seorang lelaki paruh baya bermata satu, dan jas laboratorium melihat hamparan pantai yang asri di depannya. Ia adalah Dr. Kazuki, seorang peneliti dari perusahaan yang bernama Yggdrasil. Ia datang ke tempat itu guna menyelidiki buah ajaib yang dicuri dari gudang Yggdrasil oleh seorang wanita bernama Black Swan.

Ada total 12 buah yang wanita itu curi dari Yggdrasil, Dr. Kazuki adalah pengembang buah tersebut, ia ingin menciptakan pengguna kekuatan melalui buah yang terinspirasi dari buah terlarang yang dimakan adam dan hawa. Beberapa dekade ini banyak sekali pengguna kekuatan yang muncul dari berbagai belahan dunia.

Yggdrasil meneliti mereka, dan setelah hampir 60 tahun penelitian itu terciptalah buah ajaib yang hanya berbuah 1 kali dalam setahun. Tentu saja mereka tak akan tinggal diam, saat buah berharga mereka dicuri oleh orang tak dikenal.

"Lucy!!! Bawakan soda!" perintah Dr. Kazuki pada asisten barunya Lucy.

Lucy membawakannya dengan sigap, lalu memberikan sebuah makalah yang berisi tentang penyelidikannya. Dr. Kazuki tertawa senang, mengetahui asisten barunya ini cukup terampil.

"Luar biasa, kau bahkan tau tempat persembunyian mereka. Apa yang kau gunakan hingga dapat informasi sedetail ini?"

"Uang. Aku membuat keributan dengan geng fiktif, dan menyerang wilayah geng mereka. Aku menyogok orang-orang mereka dengan menjanjikan bergabung dengan geng fiktifku, dan semuanya sesuai yang kupikirkan."

"Hahahah! Evan punya mata yang bagus bisa merekrut."

"Aku hanya melakukan yang kubisa, aku bukan pengguna kekuatan sepertimu. Yang bisa kulakukan hanyalah menggunakan uang."

"Itu cukup bagus, bagaimana kalau kita dapat buahnya kuberikan satu padamu. Aku penasaran kekuatan seperti apa yang akan bangkit dari dalam dirimu."

"Kau terlalu berharap, Dr. Kazuki, aku tak sehebat yang kau pikir."

Mereka berdua pun minum soda bersama, sambil mendiskusikan rencana mereka selanjutnya.

Syndicate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang