Chon Buri, Thailand.
18 tahun lalu....
Di daerah pinggiran Chon Buri terdapat pantai Jomtien, di sana tinggal seorang kembang desa bernama Rajini Atitarn, orang biasa memanggilnya Rajini. Kecantikannya sangat terkenal di daerah itu, hingga pria berbondong-bondong datang dari berbagai negeri untuk meminangnya.
Rajini mempunyai seorang nenek yang protektif padanya, ia tak membiarkan seorang lelaki dekat dengan cucunya. Kala itu pada bulan Maret, seorang pria kaya berlibur ke Jomtien. Ia memiliki paras rupawan dengan tampang penuh percaya diri—ia datang jauh-jauh ke tempat itu untuk bertemu dengan Rajini.
Kabar tentang kecantikannya membuta pria itu penasaran terhadapnya. Pria itu adalah Karom, sang putra mahkota yang hobi berpesta dan main perempuan. Ia langsung jatuh cinta pada Rajini sejak pertama kali melihatnya.
Beberapa bulan ia melakukan PDKT pada Rajini, meski tak mudah untuk seorang seperti Karom yang para wanita duluan yang mendekatinya—tapi Rajini lah satu-satunya wanita yang membuatnya berusaha sampai sekeras itu.
Waktu berlalu, dan lama kelamaan hati Rajini mulai luluh pada gombalan-gombalan manis Karom.
“Rajini, aku mencintaimu...” kata Karom sembari memberikan sebuah cincin berlian kepada Rajini.
Rajini yang sudah kesemsem karena perjuangan, dan kegigihan Karom akhirnya menerima cintanya. Mereka berdua resmi berpacaran di bulan October. Hubungan mereka tak mudah, karena Karom harus bolak balik dari Bangkok ke Chon Buri untuk memadu kasih. Hubungan mereka semakin mesra hari demi hari, hingga akhirnya Rajini hamil—buah cintanya dengan Karom—di luar nikah.
“Karom, aku hamil.... Kapan kita akan menikah?” ucap Rajini saat kencan mereka.
Karom sangat terkejut mendengar pernyataan Rajini, tak pernah terpikir olehnya menjadi seorang ayah diusia sebelia ini.
“Rajini... Maaf, aku tak bisa menikahimu untuk saat ini....”
Rajini terkejut, ia menatap Karom dengan tatapan kesal.
“Kenapa Karom? Bukankah kita saling mencintai, dan kau janji akan menikahiku suatu saat nanti. Kenapa Karom? Kenapa?”
“Rajini sadarilah posisiku. Kalau aku menikah sekarang, aku akan kehilangan gelar sebagai putra mahkota.”
“Jadi gelar putra mahkota lebih penting dariku? Karom! Apa hubungan kita ini bukan prioritasmu?”
“Tidak! Tidak! Bukan begitu Rajini. Aku mencintaimu, sangat cinta kamu dari hatiku yang paling dalam. Tapi kalau menikah sekarang aku tak bisa, setidaknya tunggulah beberapa tahun lagi... Saat aku jadi raja, aku akan datang membopongmu sebagai selir.”
“Selir! Karom, kau....”
“Begini saja Rajini, gugurkan kandunganmu... Jika kau melakukannya, kau tak akan menanggung malu dari hamil di luar nik—“
Belum sempat Karom menyelesaikan ucapannya, Rajini mendaratkan sebuah tamparan ke pipinya. Semua pandangan langsung tertuju pada meja Rajini dan Karom.
“Kau bajingan Karom! Biadap! Tak punya hati! Kau menyuruhku membunuh bayi tak berdosa, darah dagingmu sendiri karena tahta? Karom sudah cukup!"
Rajini berdiri dengan penuh amarah, dan pergi meninggalkan Karom yang terkejut karena tindakan Rajini. Setelah kejadian itu, Rajini menghilang dari Jomtien, Karom sudah berusaha mengerahkan orang untuk mencarinya tapi Rajini seakan hilang ditelan ombak.
*****
17 tahun kemudian...
Bangkok, Thailand
Sook yang pulang dari sekolah babak belur karena berkelahi. Ibunya Rajini Menanyainya tentang alasannya berkelahi, tapi Sook tak menjawabnya.
“Ibu, tak usah khawatirkan aku. Kau istirahat saja, ini....” tutur Sook seraya menyerahkan sebuah bungkus obat untuk ibunya.
“Terima kasih Sook, maaf karena membebanimu,” kata Rajini sembari duduk, dan menaruu tongkatnya di sampingnya.
Selama 17 tahun ini, Rajini bekerja sangat keras untuk membesarkan Sook seorang diri. Keluarganya menyuruhnya untuk menggugurkan Sook, tapi Rajini menolak—ia lebih memilih diusir dari keluarga besarnya, dari pada harus mengorbankan anaknya.
Rajini bekerja tanpa kenal lelah, sampai ia kehilangan paras cantik yang selama ini dipuja-puja pria. Ia menggunakan masa mudanya untuk bekerja kasar, dan saat masa tuanya—sekarang ia sakit-sakitan.
Sook bekerja serabutan untuk membeli obat untuk ibunya, dan makan mereka berdua. Sook terus berkelahi dengan orang yang menyebut ibunya sebagai wanita malam—karena melahirkannya. Sook menghajar mereka semua sampai tak bisa bergerak.
“Ibu, sudah saatnya aku tahu siapa ayahku... Aku ingin ia merawat ibu, dan mempertanggung jawabkan semua yang ia lakukan! Bu, tolong beritahu aku...” ucap Sook, dikala ibunya tak bisa bangkit dari tempat tidur.
“Sook, kau lebih baik jangan tahu tentangnya. Kau hanya akan mendapatkan sakit.”
“Tidak, Ibu. Meskipun sakit, aku akan bertahan. Ibu, aku pasti membawanya kehadapanmu, dan menyuruhnya minta maaf.”
“Sook....”
Dengan berat hati Rajini menceritakan semua kisah pahit masa mudanya pada Sook, dan saat mendengar kalau ayahnya adalah Raja Thailand Sook mendapatkan sedikit harapan.
“Ibu, kita masih punya harapan. Ibu bisa sembuh, Ayah pasti akan datang dan membawa ibu berobat di tempat yang layak.” Kata Sook optimis.
Sook pun pergi menemui ayahnya, berbekal google maps yang ia miliki. Tapi ketika ia ingin bertemu, penjaga istana mengusirnya, dan menyebutnya orang aneh.
“Pergi sana! Dasar pengemis!” bentak penjaga istana.
“Pak, tolonglah sekali saja aku ingin bertemu Raja! Tolong katakan anak Rajini datang untuk menemuinya!”
“Pergi!”
Sook terus diusir, tapi ia tak menyerah. Tiap hari ia datang ke tempat itu, dan diusir oleh penjaga. Ia terus mengatakan kata yang sama, hingga akhirnya penjaga istana meneruskan pesannya.
Penjaga istana kembali, ia memberikan sepuncuk surat pada Sook, dan menyuruh ia jangan kembali ke tempat itu.
“Bacalah! Ini dari Raja! Berbangga hatilah, dan jangan pernah kembali ke mari!”
*****
Sook akhirnya bertemu ayah kandungnya, mereka bertemu di sebuah restoran keluarga di pusat kota Bangkok. Tapi bukannya melepas rindu, Karom malah memberikan segepok uang, dan menyuruh Sook untuk pergi dari kehidupannya.
“Ambil ini, dan pergilah! Jangan pernah mengaku lagi sebagai anakku,” tandas Karom dengan tatapan merendahkan.
Sook menerima uang itu dengan penuh rasa hina, dan menatap sosok Karom. Sekilas ia seperti melihat dirinya sendiri pada sosok Karom.
“Aya—“
“Jangan panggil aku Ayah! Aku ini Rajamu, bersikap sopanlah!”
Sook kembali terhina, dengan mata penuh kekesalan ia menatap Karom yang arogan.
“Raja, kumohon. Untuk sekali saja, tolong temui ibuku... Kumohon, ibuku sakit-sakitan ia membesarkanku dengan semua yang ia punya. Setidaknya aku ingin membuatnya merasa bahagia bertemu lagi denganmu.”
Sook tahu, ibunya itu masih menyimpan rasa pada pria arogan di depannya itu. Buktinya selama bertahun-tahun dalam kesendiriannya ia tak pernah mencari pria lain, berharap Karom akan datang menjemputnya kembali.
“Buang-buang waktu. Apa uangnya kurang? Kalau kurang aku bisa memberimu cek.”
Sook tak dapat lagi menahan emosinya, sudah cukup ia direndahkan. Saat ia ingin memukul Karom, ia dihentikan oleh pengawal pribadinya yang sejak tadi telah bersiaga di sana. Mereka memukuli Sook, dan menginjak-injaknya.Setelah puas, mereka menghamburkan uang yang diberi Karom disekitarnya.
Sook yang tak berdaya melihat orang-orang berdatangan mendekatinya, bukan untuk menolongnya—tapi memungut uang yang dihamburkan oleh penjaga Karom.
Sook berteriak memaki mereka yang mengambil uang yang akan ia gunakan untuk membeli obat yang lebih manjur untuk ibunya. Ia hanya bisa menangis melihat keserakahan semua orang mengambil apa yang bukan haknya.
Sook pulang dengan hati hancur, dan penuh dendam. Seakan belum cukup kesialannya hari itu, Sook mendapat kabar dari tetangganya tentang ibunya yang koma.
Sook langsung menangis sejadi-jadinya saat tahu ibunya koma tanpa bisa melakukan apa-apa. Perasaannya campur aduk, pikirannya kacau dan sat itulah kekuatannya muncul.
Kekuatan Sook muncul, dan lepas kendali hingga membuat pemukiman tempatnya di besarkan menghilang dari peta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syndicate [END]
Science FictionBayu terlahir dengan kekuatan super mengendalikan air, tapi dia mengalami lupa ingatan dan harus bergabung ke sebuah grup pemilik kekuatan super untuk mengembalikan ingatannya.