22

13 2 0
                                    

Bayu dan Sook bertengkar hebat karena Priya yang mengkristalkan diri. Sokk menuduh Bayu lalai dalam menjaga Priya, sebaliknya Bayu menghormati keputusan Priya—dan ingin segera menolongnya.

“Tak ada yang akan berubah kalau kita terus berkelahi. Sook dengarkan aku!” seru Bayu dalam adu jotos mereka.

“Berisik! Sudah kubilangkan sebelumnya, aku akan menghajarmu kalau Priya sampai tergores sedikit saja! Bayu bertanggung jawablah!” balas Sook garang.

Mereka berdua beradu pukul, tapi Sook tak menggunakan seluruh kemampuannya—supaya Bayu bisa mengimbanginya. Mereka saling hantam, dan penuh lebam karena tak ada yang mau menangkis atau pun menghindari pukulan masing-masing.

Setelah cukup lama bertarung, mereka lelah dengan sendirinya. Mereka saling pandang dan duduk dengan napas tersendat-sendat. Bayu mengambil air minum dalam kemasan di sampingnya, dan meminumnya. Sook yang melihatnya hanya menelan ludah.

“Minum ini!” kata Bayu sembari melempar air minum dalam kemasannya pada Sook.

Sook langsung meminumnya, terlihat sekali kalau ia sangat haus—sampai menghabiskan semuanya.
Mereka berdua berpandangan, lalu tertawa bersama menyadari kebodohan mereka. Ini bukan pertama kalinya Sook dan Bayu berkelahi, sebelumnya mereka sering berkelahi saat masih dalam pelatihan.

“Maaf aku memukulmu Bayu, aku tahu kau yang paling merasa bersalah karena membuat Priya seperti itu,” ucap Sook tulus.

“Aku juga minta maaf. Aku tak bisa menjaga Priya dengan baik. Semua salahku hingga ia seperti itu.” Kata Bayu.

“Yang bisa kita lakukan sekarang adalah mengatasi virus yang ada dalam tubuh Priya. Aku yakin seseorang pasti ada dibalik semua ini.”

“Apa maksudmu!? Kau bilang Kazuto si pembuat zombie sudah mati ‘kan?” Siapa lagi yang terlibat dengan zombie-zombie itu?”

“Seseorang, aku yakin Kazuto pernah menyebutnya. Tapi aku lupa, ugh sial siapa dia!?”

Sook menghela napas, dan melempar botol kosong di tangannya ke keranjang sampah. Saat botol itu masuk ke tong sampah, Sook teringat sesuatu.

“Ah. Benar ternyata dia, pantas saja aku pikir pernah bertemu dengannya.”

Bayu terheran, dan bertanya siapa yang Sook maksud. Sook pun menceritakan pengalamannya menghadapi Ghoul di lembaga permasyarakatan, dan menyebut Ghoul itu ternyata adalah orang yang sama dengan yang ia pukul di Khao Soon tempo hari.

“Kalau tak salah namanya Apicai Ongwisit, kau ingat—pembunuh berantai yang viral itu—dia orangnya,” kata Sook.

Benang merah yang ruwet seakan-akan menjadi satu dan membentuk sebuah jembatan penghubung akan masalah yang Bayu hadapi. Kata Ongwisit membuatnya teringat perkataan terakhir Kazuto tentang orang yang ia bilang menghianatinya.

“Sook, apa Apicai Ongwisit mempunyai seorang ayah?”

Sook berpikir, dan mengingat-ingat data penyelidikannya tentang Khao Soon. Ia seketika merinding ketika sadar akan benaran yang mengerikan itu.

“Yu. Ini mengerikan! Ayahnya Apicai Ongwisit, Chaloemchai Ongwisit juga seorang pembunuh berantai. Ia ditangkap saat Apicai masih remaja, karena membunuh seorang gadis yang memecahkan tangki ikannya. Setelah ia tertangkap, rangkaian kejahatannya selama ini terbongkar, tapi anehnya ia tak dijatuhi hukuman Mati.”

Pernyataan Sook menghubungkan semuanya, Bayu dengan cepat mengambil kesimpulan tentang kasus pertama mereka.

“Chaloemchai, aku yakin dia lah dalang dibalik semua ini. Ia yang menyuruh Kazuto untuk membuat pasukan zombie, dan ia juga yang telah mempengaruhi Apicai untuk menjadi seorang pembunuh berantai. Ia berbahaya! Sook kau tahu di mana dia!?”

“Ia ada di penjara terketat di negara ini. Dia ada di.... Astaga! Kenapa aku tak menyadarinya!? Sial!”

“Apa? Kenapa Sook.”

“Penjara itu... Penjara yang sama dengan terjadinya insiden ghoul. Aku lupa mengecek jumlah korbannya—saat itu semua sangat kacau, banyak mayat di mana-mana, dan....”

Segera saja, Bayu langsung menghubungi salah satu agen Syndicate yang bekerja di rumah sakit tempat otopsi mayat korban ghoul dalam penjara. Sementara Sook menanyakan kepada agen yang bekerja di kepolisian tentang jumlah korban, dan nama-nama mereka.

Dari informasi yang keduanya kumpulkan, tak ada mayat yang menyandang DNA Chaloemchai dari para korban, dan tahanan yang dinyatakan hilang sejak insiden itu—yang belum terkonfirmasi adalah Chaloemchai.
“Sial! Dia kabur, ayah macam apa dia! Memanfaatkan anaknya yang mengamuk untuk mengambil keuntungan.” Kata Bayu, kesal.

*****

Bayu dan Sook 2 hari tak tidur mengumpulkan semua berkas tentang Chaloemchai dari berbagai sumber, agen-agen Syndicate di Thailand dikerahkan untuk mengumpulkan informasi, dan hasilnya puluhan tumpuk laporan memenuhi apartemen Sook.
Semakin mereka mencari tahu, semakin segan mereka dengan sosok Chaloemchai. Semua data dikumpulkan dari orangtua, sampai saudara-saudaranya. Selama 2 hari ini mereka berdua mencari tahu alasan Chaloemchai melakukan pembunuhan, dan menemukan fakta Chaloemchai pernah terlibat suatu kecelakaan maut saat ia kecil.

“Ini aneh, tak ada artikel atau laporan yang menyebutkan tentang kecelakaan itu. Tapi korbannya mencapai 68 orang—masak gak masuk berita,” kata Bayu dengan mata pandanya.

Sook terlihat sangat lelah, ia tak mengubris pertanyaan Bayu dan masih sibuk mencari dalam tumpukan dokomen. Hingga akhirnya ia berhenti, ia membaca suatu dokumen, dan merobeknya tanpa sepengetahuan Bayu yang menguap—ngantuk.

“Yu. Aku keluar dulu, mau beli kopi. Kau mau titip?” tawar Sook seraya mengambil mantelnya.

“Ah aku titip kopi susu, gak pake gula.”
“Baik, aku akan segera kembali.”

Sook keluar dari apatemennya sambil menatap kesunyian malam. Kala itu jam 2 dini hari, dan tak ada seorang pun yang masih berkeliaran di gedung tempatnya tinggal. Sook mengeluarkan dokumen yang ia sobek, dan merobeknya kecil-kecil sampai tak bisa dibaca.

“Sialan! Sialan! Ayah sialan! Kau melakukan sesuatu yang tak bisa dimaafkan! Sialan! Sialan! Kenapa aku harus terlahir sebagai anaknya!” geram Sook sambil membuang dokumen itu ke tempat sampah.

Sook pun membeli kopi, dan kembali ke apartemennya dengan pesanan Bayu. Ia berusaha bersikap baik-baik saja, tapi akhirnya Bayu menemukan fakta yang ingin Sook sembunyikan darinya.

“Sook! Sook! Kau tak akan percaya ini, Chaloemchai dia.... Seorang keluarga kerajaan!”

Sook meremas minuman kaleng ditangannya, dan ekspresinya tampak buruk.

“Chaloemchai dia adalah anak dari salah satu selir raja sebelumnya, tapi entah karena masalah apa—ia diusir dari istana, dan menikah lagi dengan seorang pengusaha.

Dari pernikahannya itu ia memiliki anak lagi, tapi keluarga itu terlihat suatu kecelakaan dahsyat yang melibatkan banyak mobil.

Sebuah mobil hilang kendali karena sopirnya mabuk, dan menabrak pembatas jalan. Di belakangnya truk berisi muatan melintas dengan kecepatan tinggi, dan membanting stirnya—tapi karena terlalu mendadak truknya oleh dan menabrak pembatas jalan. Muatannya terlepas dan jatuh di sebuah mobil di mana Chaloemchai dan keluarganya melaju untuk berlibur.
Orang mabuk yang memicu kecelakaan ini kau pasti tak akan percaya. Dia adalah....”

Sook melempar kaleng kopinya ke lantai, dan berteriak menghentikan Bayu.

“Hentikan Yu! Jangan sebut nama itu di depanku! Dia.... Orang itu.... Aya...”

Bayu benar-benar terkejut, tak menyangka kalau selama ini teman satu kamarnyanya adalah seorang bangsawan.

“Sook.... Kau... Anak Raja Thailand saat ini Karom!?”

“Sudah kubilang jangan sebut nama itu!” Sook benar-benar murka, ia pergi membawa kopi titipan Bayu, dan membanting pintu dengan penuh kekesalan.

Bayu memanggilnya, tapi Sook tak mengubris. Bayu baru tahu fakta tentang Sook adalah keturunan bangsawan. Terlebih lagi fakta menyakitkan, kalau ayah Sook, Karom merupakan orang mabuk yang membuat Chaloemchai kehilangan keluarganya.

Ia tak diadili karena dia adalah putra mahkota saat itu, dan kasus itu ditutup begitu saja—dengan semua kesalahan terlimpah pada supir truk.

Syndicate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang