Bayu berhasil sampai di pelabuhan dengan napas terengah-engah. Pakaiannya yang basah tercampur oleh keringat, ia mendapat sandang itu dari jemuran seseorang. Tanpa pikir panjang Bayu langsung mengenakan jemuran yang belum kering itu untuk menutupi tubuhnya, dan bergegas ke pelabuhan.
Tak ada kapal pengantar yang beroperasi saat malam tiba, tapi Bayu membutuhkannya untuk kembali ke rumahnya Ayu yang terletak di seberang laut sana. Ia mencari, dan berkeliling ke seluruh pelabuhan mencari kapten kapal yang biasa mengantar orang menyebrangi laut, dan menemukannya sedang mabuk.
"Pak Ketut, kumohon antar aku kembali!" seru Bayu memanggil orang mabuk itu.
"Hahhh.... Bayu!? Kenapa kau masih di sini!?" tanya Ketut dengan kepala berputar-putar karena pengaruh minuman beralkohol.
Bayu pun menjelaskan, ia beralasan kalau mendapat tugas dari gurunya hingga larut malam. Penuh harap ia meminta Ketut untuk mengantarnya kembali, tapi langsung ditolak mentah-mentah.
"Jangan gila, berlayar di malam hari dengan perahu kecil sangat berbahaya! Menyerahlah Bayu, kau bisa kembali besok."
Bayu bersikeras, ia sangat khawatir tentang Ayu dan Reza di seberang sana. Orang dari Dewata mengincar mereka, dan kalau dugaan Bayu benar—yang mengingat mereka adalah seorang pengguna kekuatan.
"Ayolah Pak, kumohon sekali ini saja. Aku harus ke seberang sana, kumohon padamu... Untuk kali ini saja, aku mohon..." kata Bayu sembari bersujud rmemohon pada Ketut.
Bayu yang terus merengek itu tak membuat Ketut luluh, malah sebaliknya semakin marah padanya. Ia menyuruh Bayu pergi, dan menunggu keesokan paginya untuk menyebrang.
Bayu yang putus asa mencari penyewa kapal yang lain, tapi jawabannya tetap sama—mereka tak main mengambil risiko. Saat ia tengah sibuk merengek pada pemilik kapal, Lucy melihatnya.
Lucy penasaran dengan pakaian Bayu yang tampak tak sesuai ukuran tubuhnya, dan mendekatinya. Tak sengaja ia mendengar percekcokan antara Bayu dengan pemilik kapal.
"Kalau kubilang tak bisa. Ya tidak bisa! Jangan memaksa!"
"Kumohon! Tolong kali ini saja kumohon!"
"Tidak! Tak akan pernah!"
Lucy yang penasaran bertanya pada pemilik kapal. Pemilik kapal terlihat segan pada Lucy menjelaskan tentang keinginan Bayu untuk menyebrang.
"Kenapa kau begitu ingin kembali? Apa yang membuatmu sampai berusaha sekeras ini?" tanya Lucy pada Bayu.
"Aku-aku..." Bayu menjawab dengan gemetaran, suaranya sudah habis.
Lucy menggeleng, lalu merogoh saku celananya mengeluarkan segepok uang tunai ratusan ribu. Ia berikan uang itu pada pemilik kapal, dan menyuruhnya mengantar Bayu.
"Segini cukup? Antarkan pemuda ini ke sebrang sana," ucap Lucy.
Pemilik kapal yang semula ogah, berubah menjadi sangat bersemangat kala menerima segepok uang itu. Sifatnya langsung berubah, menjadi lembut dan memperlakukan Bayu seperti tamu penting untuknya.
"Boleh-boleh. Aku akan menyiapkan kapal, kita menyebrang sekarang, " jawabnya.
Bayu sangat berterima kasih pada Lucy, ternyata masih ada orang baik di dunia ini. Ia berkali-kali mengucapkan kata Terima kasih padanya, sementara pemilik kapal mempersiapkan kapalnya, dan lampu Petronas.
"Jangan berterima kasih padaku, berterimakasihlah pada uang yang membantumu. Uang bisa melakukan apa saja, uang mengendalikan manusia," kata Lucy yang terus berada di sana untuk memastikan pemilik kapal melakukan tugasnya.
"Aku akan mengingatmu, Kak. Kebaikanmu ini pasti akan kubalas suatu saat nanti," ucap Bayu yang sekarang telah naik di atas kapal.
"Aku khawatir kita tak akan bertemu lagi..."
Kapal pun berangkat, Lucy masih terus mengamatinya dari dermaga. Bayu memandang pria itu dari atas kapal, sosoknya semakin jauh darinya hingga tak terlihat lagi. Kapal semakin melaju meninggalkan dermaga, saat Bayu tersadar akan sesuatu.
"Ah, aku lupa menanyakan nama orang baik itu..."
*****
Ayu berteriak keras saat peluru menembus kepala ayahnya. Ia terus berteriak, dan memanggil ayahnya yang tak bergerak dengan kepala bersimbah darah. Teriakannya sangat keras hingga terdengar sangat jauh.
"AYAH! AYAH! AYAH!!!"
Nico menendangnya, tapi Ayu masih terus berteriak memanggil ayahnya. Suara begitu keras memecah keheningan malam, tak mau menyebabkan masalah—Nico menghajar Ayu yang terus berteriak.
Ayu tetap mamanggil ayahnya meski badannya bonyok, lecet, dan penuh lebam. Ia berusaha menyadarkan ayahnya yang dari tadi tak bergerak. Nico yang merasa sia-sia menghajar Ayu, lalu menggunakan kekuatannya untuk membekap mulut Ayu.
Cairan hitam menutup mulutnya, tapi Ayu tetap memaksa berteriak hingga terdengar bunyi retak dari mulutnya. Nico mengidik ngeri melihat usaha Ayu, ia sangat kagum pada kegigihan Ayu.
"Luar biasa! Kegigihan itu... Aku menyukainya! Aku jadi jatuh cinta padamu!" kata Nico yang selanjutnya memanggul Ayu yang badannya terikat.
Saat tengah memanggul Ayu menuju ke suatu kamar, sebuah kilauan cahaya datang dari balik bayangan, dan menyerangnya. Ayu jatuh dari tangannya, dan langsung ditangkap oleh sesosok wanita berambut pendek dengan mata ungu berkilau.
Wanita itu menatap Ayu dengan iba, dan membawanya ke samping mayat Ayahnya. Ia memotong benda hitam yang mengikat Ayu dengan pisau di tangannya, dan menangis tanpa air mata melihat Ayu mendekap tubuh ayahnya yang telah dingin.
Ia meminta maaf, "Maaf Ayu, aku datang terlambat."
Alice sangat menyesal dengan keterlambatannya, ia lalu berbalik dan menatap Nico yang tampak waspada dengan kehadirannya.
"Kau!? TAK AKAN KUAMPUNI!" seru Alice lalu bersiap mengambil combat knife dari balik punggungnya.
Nico terheran melihat Alice yang berhasil melewati penjagaan makhluk ciptaannya, dan menyerangnya dari arah tak terduga.
"Bisa apa seorang gadis kecil untuk menghentikanku! Aku tak terkalahkan! Kau ingin bermain pisau? Biar aku mengajarimu cara melakukannya," tegas Nico dengan arogan.
"Bloody Mary; Step Up!"
Alice menghilang, dan muncul di hadapan Nico dengan pisau yang siap menyobek lehernya. Nico kaget, tapi benda hitam cair melindungi tubuhnya, dan mengubah arah lintasan pisau. Alice yang merasa serangannya gagal, bergerak sebelum Nico sempat bereaksi, dan melancarkan serangan bertubi-tubi padanya.
"Aaarrrrggghhh!"
Nico menjerit saat cairan hitamnya tak bisa mengikuti kecepatan serang Alice. Ia gunakan kekuatannya untuk memanggil tangan raksasa, dan menghempaskan Alice dari bawah.
Alice yang lincah berhasil menghindari tangan itu, dan memotongnya dengan cepat seperti tahu. Nico terkejut, tak percaya menyaksikan kekuatan gadis kecil yang ia remehkan.
Ia bergerak mundur dengan pakaian compang-camping, dan luka gores di sekukur tubuh.
"Kau! Siapa kau sebernarnya!"
Alice tersenyum, ia mengambil ancang-ancang untuk menyerang Nico kembali.
"No. 6 Alice Knight dari Syndicate," kata Alice sebelum kembali menghilang, dan menyerang Nico dari berbagai arah.
Nico tak bisa mengimbangi Alice, kecepatannya di luar nalar—tak seperti manusia biasa. Meski ia sudah memusatkan Signature untuk bertahan, tapi Alice dengan mudah menembusnya. Nico dibuat tak berdaya oleh Alice, dan penuh luka sayatan.
'Ada apa dengan gadis ini!? Aku harus kabur, dia bukan lawan yang bisa aku lawan sekarang. Aku harus melaporkannya pada Geraldo.' batin Nico yang sedang memikirkan cara untuk kabur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syndicate [END]
Science FictionBayu terlahir dengan kekuatan super mengendalikan air, tapi dia mengalami lupa ingatan dan harus bergabung ke sebuah grup pemilik kekuatan super untuk mengembalikan ingatannya.