“Berhentilah melindunginya, Hudson!” seru Garren.
Hudson sudah kehabisan cara, ia terus berusaha meyakinkan saudaranya tapi mereka mengabaikannya.
“Kenapa kau begitu sayangnya pada bawahanmu, apa sebenarnya hubungan kalian!?” tanya Finn dengan marah.
Hudson tak menjawab, ia berusaha mencari celah untuk kabur dari ketiga saudaranya. Pelan ia bisikan sesuatu pada Louis, dan menyusun rencana untuk melarikan diri.
“Tuan Hudson, kenapa kau....” bisik Louis yang sendirinya juga heran, kenapa Hudson bersikap sejauh ini untuknya.
Hudson menarik napas, dan menyentuh lantai. Saat disentuh lantai tersebut mengeluarkan bunyi yang nyaring, dan keras hingga membuat gaduh seluruh ruangan.
“Starry Night: Resonane!”
Nada-nada tinggi memantul di seluruh ruangan, membuat gendang telinga yang mendengarnya hendak pecah. Memanfaatkan kesempatan itu, Hudson menyuruh Louis untuk menggunakan Ghostriknya pada mereka berdua.
“Ghostrik: Specter!”
Tubuh keduanya menjadi transparan, dan mereka berdua masuk ke dalam lantai. Finn benar-benar murka karena ulah Hudson, hingga ia membelah lantai menjadi 2 hanya menggunakan tangannya. Nama-nama yang diciptakan Hudson terhenti, berganti dengan suasana mencekam yang diciptakan Finn yang tengah marah.
“Perintah kepada seluruh keluarga Morgan, tangkap Hudson!” seru Finn.
*****
Alice mengontak agen Syndicate yang bertemu dengannya tapi tak ada balasan. Agen Syndicate yang lain juga tak bisa dihubungi, hal itu membuat Alice khawatir. Sejauh mana kerajaan Inggris tahu tentang operasi Syndicate di negaranya.
Alice mencoba menghubungi Willbert, tapi sambungannya selalu terganggu. Seolah-olah ada yang menghalanginya untuk menelepon Willbert.
Hanya ada satu orang yang Alice pikir bisa melakukan semua ini, ia adalah Eva Knight bibinya yang sekarang mengepalai keluarga Knight dengan penuh kontroversi.
“Aarrggg! Tidak! Nenek lampir itu, beraninya dia,” gerutu Alice sembari menutup teleponnya.
Mengumpulkan informasi tanpa bantuan agen sangat susah, apalagi di kota besar seperti London ini di mana setiap hari turis datang dari berbagai macam belahan dunia. Penyelidikannya mengalami jalan buntu, Alice hanya bisa mengandalkan berita picisan yang surat kabar beritakan setiap harinya tentang si pembunuh. Kalau begini terus ia tak bisa menyelesaikan tugasnya, akhirnya meski berat hati Alice pun mencoba menghubungi nomor milik bibinya.
‘Alice sayangku, kau akhirnya menelponku.’
Suara wanita dewasa terdengar dari balik telepon, Alice mengenalinya sebagai suara bibinya Eva.
“Nenek lampir, berhentilah mengangguk! Kau ‘kan yang membuatku tak bisa menghubungi agen, dan kau pula yang membocorkan misiku pada Bell. Ngaku, dasar Nenek lampir!” protes Alice.
‘Kasar sekali! Beraninya kau memanggil bibimu yang cantik ini dengan sebutan nenek lampir. Kau perlu diajari sopan santun, apa 3 tahun ini kau salah pergaulan. Hei Alice, pulanglah!’
“Berisik! Aku minta kau berhenti! Jangan ganggu aku lagi, hubunganku dengan keluarga Knight sudah selesai. Aku tak mau terlihat dengan urusan politik kalian.”
‘Bukan kau yang memutuskan Alice, ingatlah bagaimana pun juga kau masih bagian dari kami. Mau bertemu?’
“Hah!? Kenapa aku harus bertemu denganmu. Tidak aku tak mau!”
‘Keras kepala. Kalau kau tak mau, jangan harap kau terhubung dengan informanmu. Ini London, daerah kekuasan keluarga Knight. Alice, jika kau tak mau bertemu denganku, terpaksa aku sendiri yang akan menjemputmu.’
Alice tertawa.
“Hahahah. Jangan pikir kau bisa, yang ada orang-orang lah yang akan pulang dengan luka di tubuhnya.”
‘Kau menjadi sombong sekarang. Bagiku kau hanyalah gadis tengil. Baiklah. Mau bertaruh? Kalau orangku bisa membawamu kepadaku, kau harus menuruti keinginanku.’
“Kenapa kau seenaknya memutuskan. Kau hanya membual, tak mungkin orangmu bisa menangkapku.”
‘Kita lihat saja, sekarang ini dia sudah mengincarmu. Kau pasti akan kembali padaku. Kau tak akan bisa menang melawannya, meskipun kau adalah pengguna kekuatan.’
“Beris—“
Ucapan Alice terpotong saat sebuah peluru tak kasat mata ditembakkan padanya. Untungnya ia berhasil menghindarinya, dan masuk ke dalam cermin. Alice mengamati sekelilingnya, mencari orang yang menyerangnya melalui cermin-cermin yang ada di kota London. Ketika ia menemukan orang itu, napasnya seketika terhenti.
“Arthur Doyle!?” kata Alice ketika melihat seorang pemuda pirang bertubuh pendek dengan kacamata pilot di kepalanya.
*****
Louis terbangun dari mimpi buruknya di sebuah ranjang mewah dengan sebuah borgol tanpa rantai di pergelangan tangannya. Ia ingat terakhir kali Hudson dan ia kabur dari penghakiman keluar Morgan, dan pergi dari London malam itu juga.
Ia adalah bawahan Hudson sekaligus muridnya. Ia sudah menganggap Hudson seperti kakaknya sendiri, begitu pun sebaliknya hingga ia sangat malu saat Hudson tahu tentang perbuatan jahatnya.
“Kau sudah bangun, Louis.” sapa Hudson yang datang membawakan sarapan untuknya.
Begitu melihat Hudson, seketika Louis langsung sujud meminta maaf sembari menangis.
“Maaf... Maaaf... Maaaf.... Aku membuatmu kecewa Tuan... Maaf.... Aku bawahan yang gagal... Maaf...” isak Louis dengan mata berlinang air mata, dan rasa bersalah yang sangat dalam.
Hudson duduk di kursi tempat rias, dan meletakkan makanan itu di meja rias. Ia menatap Louis dengan tatapan kecewa sekaligus sedih.
“Louis, kenapa.... Kenapa kau membunuh wanita-wanita itu. Apa yang membuatmu sampai berbuat sejauh ini.”
Louis terisak, meski agak ragu ia pun menceritakan alasannya membunuh wanita-wanita itu pada Hudson.
“Tuan Hudson. Aku mengalami mimpi buruk. Mimpi itu terus berulang, dan membuatku gila. Setiap malam aku tak bisa tidur karena mimpi burukku. Mimpi itu mempengaruhiku, aku tak tahu kenapa tapi mimpi itu terasa sangat nyata.”
“Kau membunuh karena mimpi!? Apa kau membodohiku?”
“Tidak, Tuan. Aku bersungguh-sungguh. Itu mimpi tentang Ibuku. Ia terus mencoba membunuhku dalam mimpi. Aku tak bisa melakukan apa pun, mimpi itu membuat kebencianku semakin dalam padanya.”
Hudson terlihat tak puas dengan jawaban Louis, ia pun mengambil makaroni yang ada di samping meja, dan memakannya—untuk membuatnya lebih tenang.
“Louis, aku sudah berjanji pada guruku untuk membimbingmu. Alasanku menolongmu adalah karena guruku, terlebih lagi kau adalah anak buahku. Jika kau tertangkap posisiku akan jatuh.”
“Tuan.”
Hudson mengacak-acak rambutnya, tak menyangka ia akan terlihat masalah karena janjinya dengan mendiang gurunya.
“Louis kita ke Bristol besok. Kita tinggalkan negara ini!”
Louis terkejut.
“Tidak! Tuan jangan lakukan itu, kalau kau pergi kau akan dianggap penghianat oleh keluarga Morgan. Kumohon pikirkanlah baik-baik.”
“Tidak ada cara lain lagi. Untuk membuatmu tetap hidup adalah dengan pergi dari negara ini. Tenang saja, aku kenal dengan seorang pengguna kekuatan yang akan melindungi kita dari kejaran pengguna kekuatan keluarga Morgan.”
Hudson menyuruh Louis untuk berkemas, dan melakukan hal sama dengan pengikut setianya. Totalnya ada lebih dari 40 orang yang akan pergi ke Bristol untuk melindunginya.
“Guru.... Kau selalu membuatku dalam masalah. Bahkan anakmu juga membawa masalah untukku....” gumam Hudson yang teringat dengan mendiang gurunya yang telah tiada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syndicate [END]
Science FictionBayu terlahir dengan kekuatan super mengendalikan air, tapi dia mengalami lupa ingatan dan harus bergabung ke sebuah grup pemilik kekuatan super untuk mengembalikan ingatannya.