15

16 3 0
                                    

Dua orang wanita jadi-jadian masuk ke dalam Khao Soon. Mereka adalah Bayu dan Sook yang menyamar dengan dandanan seadanya hingga terlihat seperti dua gadis yang buruk rupa. Semua orang di bar menertawakan mereka, tapi Sook tetap percaya diri dengan tampilannya. Sementara Bayu harus menahan double malu karena mengikuti rencana Sook.

“Aku pesan Cocktail untukku, dan Mocktail untuk temanku yang udik ini,” pesan Sook pada bartender yang tampak seperti pria, padahal aslinya wanita itu.

Bartender meracik minuman yang Sook pesan, sementara Sook dan Bayu mengamati sekitar mencari sesuatu yang janggal. Tapi sejauh apa pun mereka memandang, itu hanyalah bar biasa tak ada yang mencurigakankan.

Sook mencoba bertanya pada sang bartender tentang gadis yang hilang, tapi bartender itu mengatakan tak pernah melihatnya. Bayu juga sedikit membaur dengan orang-orang di sana untuk mencari informasi, tapi karena bahasa Thai-nya sedikit tak lancar—ia jadi kesusahan mengumpulkan informasi.

Saat Bayu tengah sibuk berbincang dengan seorang waria penghibur, seorang wanita gemuk penuh lemak datang menepuk pundaknya. Bayu menoleh dan terlihat wajah gempal dengan mata sipit tersenyum kepadanya.

“Berhentilah mengganggu pekerjaaan karyawanku, atau aku akan mengusirmu,” ancam wanita itu.

Bayu meminta maaf padanya, dan segera mencari Sook untuk segera pergi dari tempat itu. Ia merasakan firasat buruk tentang wanita gendut barusan, dan ingin memberitahu Sook mengenainya.

“Sook! Sook!” Bayu memanggilnya, tapi tak ada jawaban.

Ia khawatir sesuatu yang buruk terjadi padanya, dan bertanya pada semua orang di Khao Soon. Karena tingkahnya yang mengganggu, Bayu pun diusir oleh keamanan dari bar itu.

Ia menelpon Sook, berkali-kali tapi tak diangkat. Bayu pun menggunakan kekuatannya Aqua Dew untuk memantau sekali lagi ke dalam bar. Aqua Dew bayu kali lebih kuat, ia bisa mengendalikan beberapa gelembung air sekarang berkat latihannya.

Ia mencari setiap sudut ruangan, tapi tetap tak menemukan Sook. Saat ia tengah sibuk mencari, tiba-tiba Sook muncul di depannya. Bayu tak menyadarinya sampai Sook semakin jauh darinya.

“Sook! Sook! Apa yang terjadi padamu!? Kenapa kau tak menjawab panggilanku?”

Bayu memanggilnya, tapi Sook tak menjawab dan terus berjalan dengan tatapan kosong menuju jalan yang penuh lalu lalang mobil.

“SOOK!”

Bayu berteriak saat Sook tak memperhatikan sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arahnya.

BRUUKKK!

Sook tertabrak mobil, Bayu berteriak, dan semua orang menjerit histeris karenanya. Dalam kehebohan tabrak lari itu, seorang wanita gendut tersenyum dengan puas.

*****

Sook terbangun dengan patah tulang di tangan serta kakinya, di sampingnya terdapat Bayu yang setia menunggu. Sook kaget dengan yang terjadi padanya, ia tak mengingat apa pun—dan kenapa ia bisa berakhir seperti itu.

“Yu, aku-aku.... Seberapa ingin ku ingat pun, aku tak mengingat apa pun. Ingatan terakhirku adalah kita yang menyamar sebagai wanita ke bar itu, dan setelahnya akun tak ingat apa pun,” kata Sook sambil memegangi kepalanya.

“Aku tak memaksamu Sook, beristirahatlah sampai lukamu sembuh. Aku bisa menyelidiki sendiri,” ucap Bayu tak ingin membuat Sook khawatir.

Sook terlihat kesal karena kebodohannya, ia terus meminta maaf pada Bayu. Karena tak bisa pergi dari rumah sakit, Sook pun menceritakan semua investigasinya selama satu bulan ini secara rinci pada Bayu.

“Dari yang kuketahui, semua wanita yang hilang itu adalah gadis muda berusia antara 15 – 26 tahun. Mereka hilang setelah pergi ke bar Khao Soon, dan tak ada yang melihatnya. Bukannya ini aneh?”

“Maksutnya orang-orang di bar ada sangkut pautnya dengan hilangnya para gadis?”

“Bisa jadi. Kupikir mereka berbohong, dan tentang wanita gendut yang kuceritakan padamu tadi. Kau tahu siapa dia?”

“Namanya Waan Iemtadanai, pemilik bar. Ia seorang imigran dari Taiwan.”
“Imigran!? Kenapa ia bisa membuka usaha di situ? Siapa yang mengijinkannya?”

“Dari yang kutahu bar itu dulunya merupakan sebuah toko ikan hias. Karena pemiliknya dulu di penjara, usaha ikan hias itu jadi bangrut dan tempat itu disewakan oleh anaknya.”

“Oh ya. Ia pasti sangat kaya hingga bisa memugar sebuah toko ikan menjadi bar semeriah itu. Eh tunggu.... Sepertinya aku melewatkan sesuatu...”

Bayu kembali teringat pada cerita Geraldo dulu. Tentang Teman-temannya yang dijual oleh pedagang budak ke luar negeri. Kejadian itu sama persis yang terjadi pada para gadis yang hilang ini, hal itu membuat Bayu berspekulasi.

“Kita fokuskan penyelidikan kita pada Waan. Kalau firasatku benar, ia adalah dalang di balik semua ini,” kata Bayu dengan yakin.

“Kau pikir Waan adalah seorang pengguna kekuatan!?”

“Kemungkinan besar iya. Aku pernah melihat kekuatan yang mirip dengan—yang mencelakaimu. Itu adalah kekuatan pencuci pikiran, tak kusangka aku akan bertemu dengan kekuatan seperti ini lagi setelah satu tahun.”

“Pe-Pencuci otak!? Kelihatannya mengerikan. Eh!? Kau pernah melawannya!? Aku tak tahu itu, kapan!? Dan di mana!”

Sook penasaran dengan cerita Bayu tentang pengguna kekuatan, dan Bayu pun menceritakannya. Saat Bayu bercerita, tanpa sadar seorang menyadap percakapan mereka dari dalam tubuh Sook.

Sebuah spora kecil hidup dalam otak Sook, saking kecilnya bahkan sampai tak terdeteksi oleh alat ronsen. Spora itu adalah bagian kekuatan dari Waan Iemtadanai, Rafflesia.

Waan mendengar semua percakapan mereka dari jarak yang sangat jauh melalui spora kecilnya. Seorang pria Jepang dengan mata panda terlihat sibuk dengan operasinya saat Waan ingin bicara padanya.

“Mereka Syndicate. Dr. Kazuto, apa yang harus kita lakukan!? Mereka sudah mengendus kita,” kata Waan khawatir.

Dr. Kazuto menghentikan operasinya, dan meninggalkan tubuh tak bernyawa dengan perut terbuka itu untuk bicara pada Waan.

“Itu bisa jadi masalah, suruh Panjang untuk menghabisi mereka!” seru Dr. Kazuto.

“Baik Dokter,” jawab Waan, lalu segera pergi menemui Pan yang tinggal di pinggir kota Bangkok.

Dr. Kazuto kembali lagi pada mayat yang ia operasi, dan menanamkan sebuah tumor pada mayat itu. Setelah selesai ia menutup lukanya, dan membawa mayat itu ke ruang penyimpanan yang berisi ratusan mayat manusia yang diawetkan.

“Tunggu saja Kazuki, aku pasti akan membalasmu!” gumam Kazuto seraya mengambil mayat lain yang belum ia operasi.

Dari balik ruang operasi telah menunggu seorang pemuda Thai dengan rambut dicat kuning. Ia membawa sebuah surat, yang ia katakan berasal dari ayahnya, dan menyuruh Kazuto untuk cepat menyelesaikan penelitiannya.

“Apa ini!? Orang dari Yggdrasil menawari ayahmu!? Apa-apaan ini!?” ucap Kazuto dengan marah, sambil meremas-remas kertas yang dibawa pemuda Thai itu.

“Kalau begitu berusaha lah lebih keras! Ayahku bilang sudah tak ada waktu lagi, ia ingin merealisasikan rencananya secepat mungkin.”

Syndicate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang