17

14 3 0
                                    

Priya menyamar sebagai seorang mahasiswa ketika memasuki Khao Soon. Mata semua pria tertuju padanya karena parasnya yang menawan, dan hidungnya yang mancung.  Beberapa kali pria hidung belang menawarinya minum namun ditolaknya, ia menghadap ke bartender, dan minta diketemukan dengan pemilik bar.

“Aku ingin melamar kerja, apakah masih ada yang kosong?” kata Priya dengan muka memohon.

Bartender melihat Priya dengan saksama, atas bawah, dan semua lekukan tubuhnya. Ia pun mengangguk setuju, dan pergi memanggil Waan di ruangannya.

Tak lama berselang bartender kembali, lalu menyuruh Priya mengikutinya masuk ke ruangan Waan. Di sana telah menunggu Waan serta tamunya, seorang pria 24 tahunan. Setelah mengantar Priya, bartender pamit—kembali ke tempatnya.

“Silahkan duduk,” ucap Waan sembari menunjuk kursi di samping tamunya.
Priya duduk, pria itu mempersilahkan.

Waan pun mewawancarai Priya dari mulai pendidikannya, keluarganya, sampai alasan kenapa ia mau bekerja di sana. Priya yang pandai bicara memberikan jawaban yang membuat Waan puas, dan akhirnya menerimanya bekerja di sana.

“Ada satu aturan mutlak kalo kau ingin bekerja di sini; jangan memberitahu apa pun pada tamu.” jelas Waan.

Priya mengangguk, dan dengan begitu ia diterima di Khao Soon. Waan memperkenalkan pria di samping Priya, sebagai Apicai Ongwisit. Apicai adalah sponsor Waan, ia seorang konglomerat dari keluarga terpandang di Bangkok.

*****

Sook meregangkan tangannya, dan menarik napas panjang ketika keluar dari rumah sakit. Ia dirawat sekitar 2 minggu lebih hingga diperbolehkan pulang oleh dokter. Di sampingnya terdapat Bayu yang sibuk memantau rekaman kamera tersembunyi dari HP-nya.

“Kau menemukan sesuatu?” tanya Sook.

“Tak ada. Kupikir orang yang mengincarmu akan datang membunuhmu saat kau dirawat. Ternyata aku salah, tak ada satu pun orang mencurigakan yang terlihat mencarimu,” jawab Bayu.

Mereka berdua naik taksi menuju ke tempat perjanjiannya dengan Priya. Berkat usaha Priya yang menyamar, kini Bayu tahu letak para wanita yang hilang.

“Bagaimana kabar Priya? Dia tak kenapa-napa kan!?”

“Soal itu kau tenang saja. Memang banyak pria hidung belang mendekatinya, tapi ia berhasil menjaga diri.”

Sook tampak kesal, dan menggigit bibirnya membayangkan Priya digoda pria hidung belang.

“Yu. Antar aku ke Khao Soon, akan kutangkap wanita gendut yang kau ceritakan itu,” kata Sook tiba-tiba.

Bayu terkejut, “Apa kau gila? Kau baru saja keluar dari RS, setidaknya beristirahatlah dalam beberapa hari.”

“Tak ada waktu lagi, jika dibiarkan terlalu lama Priya akan lebih tersiksa. Tenang saja Bayu, aku tak akan menahan diri. Tolong hubungi Syndicate pusat, kumohon bantuanmu,” pinta Sook.

Bayu mengerut ketika Sook tak akan menahan diri, ia jadi teringat saat pertama kali melihat kekuatan Sook. Waktu itu kekuatan Sook baru bangkit, dan Bayu hampir mati karena tersedot kekuatan Sook.

“Kau berhutang padaku,” kata Bayu seraya mengirim pesan singkat pada agen Syndicate di Bangkok.

*****

Apicai memanggil Priya ke ruangan Waan, dan mulai Mengombalinya dengan kata-kata manis. Priya terlihat tak nyaman, tapi tetap tak merespon saat Apicai mengombalinya.

‘Liat saja nanti. Kalau saatnya tiba, kuhancurkan burungmu. Dasar fakboi muka penjual gorengan' batin Priya dalam hati, berusaha untuk tidak memukul Apicai.

Apicai makin berani, ia mencoba menjamah Priya tapi selalu ditepis. Priya yang mulai kehabisan kesabaran itu hendak membanting Apicai ketika terjadi keributan di dalam bar.

Terdengar suara orang cekcok, dan teriakan dari meja bartender. Priya dan Apicai keluar bersamaan, dan melihat Sook seorang diri berkelahi dengan para penjaga Khao Soon.

“Apa yang terjadi!? Siapa bajingan itu!?” seru Apicai yang naik pitam, saat melihat para pelancong pergi karena perkelahian mereka.

Sook yang melihat Apicai langsung berbalik arah kearahnya, ia mendaratkan sebuah bogem mentah tepat ke wajah Apicai hingga membuatnya terjatuh.

Priya menepuk jidat karena perbuatan Sook, ia melihat Apicai yang jatuh, dan bukannya menolongnya—Priya malah menginkak dua telur di antara pahanya dengan sepatu hak tingginya.

“AAAAAAAAAAAAAA!”

Apicai berteriak saat merasakan kedua bolanya pecah, dan tak sadarkan diri untuk sementara waktu.

“Oughh. Pasti menyakitkan,” gumam Sook saat melihat Apicai yang langsung pingsan. Ia melirik ke arah Priya yang tampak kehilangan mood-nya.

“Kenapa kau ke sini!? Bukannya kau di RS, kau mengacaukan semuanya.” Kata Priya dengan kesal.

Saat Priya tengah mengomel, Waan datang bersama Pan yang tangannya buntung di perban. Waan kaget saat mengetahui Priya adalah komplotan Sook yang ia kira lumpuh akibat tabrakan itu.

“Priya! Kurang ajar! Kau penghianat!” seru Waan seraya menggunakan kekuatannya. “Rafflesia; Tendril!”

Sulur raksasa keluar dari tanah, dan menyerang Priya bersama Sook. Mereka berhasil menghindar, tapi gerakan sulur-sulur itu dari tanah membuat seisi bar menjadi retak. Semua orang dengan panik melarikan diri, saat melihat secara langsung kekuatan Rafflesia milik Waan.

“Kau mau membantu, atau diam disitu Pan! Bantu aku menghabisi bocah-bocah ini!” seru Waan saat mengetahui Priya dan Sook bergerak lincah menghindari serangan sulurnya.

Tak ada pilihan, Pan kembali menggunakan Spirit Killer untuk menciptakan bor raksasa—menutupi tangannya yang buntung. Kali ini ia lebih berhati-hati, dan tak meremehkan Sook serta Priya yang bergerak lincah di setiap celah sulur yang muncul dari tanah.

“Spirit Killer; eksoskeleton armor!” Pan memperkuat tulang-tulangnya, dan menghantam Priya dengan seluruh tenanganya.

Tapi Pan salah mengira bisa menjatuhkan Priya terlebih dahulu, Pria melompat dengan tumit kakinya, dan menyentuh tepat ke tulang belakang Pan. Pan berteriak saat merasa tulang belakangnya seperti terbakar.

“Hymn Paradise; Hot!” ucap Priya seraya menyentuh semua sendi yang bisa ia raih dari tubuh Pan.

Pan berteriak kepanasan saat tubuhnya terasa terbakar, air di tubuhnya menguap karena panas tak normal yang melanda tubuhnya, dan kucuran keringat panas terus mengalir dari kulitnya. Tulang yang ia bentuk menjadi rapuh karena panas dari tubuhnya hingga berhasil dihancurkan Sook meski tanpa tenaga kuat.

“Sial! Kau juga seorang pengguna kekuatan, Priya!!!” Waan berteriak, mencoba menyelamatkan Pan.
Tapi Sook dengan berani menghadangnya dan mengaktifkan kekuatannya.

“SuckSeed; Vacuum Cleaner! ”

Udara kencang ditarik ke arah tubuh Sook yang bercahaya. Semua benda di bar itu berterbangan dan ditarik oleh tubuh Sook, lalu menghilang sebelum menyentuh kulitnya.

SuckSeed adalah kekuatan yang dapat mengihisap apa pun yang diinginkan penggunanya. Daya hidupnya cukup kuat hingga dapat menyedot sebuah danau hingga kering kerontang.

Waan tertarik ke arah Sook, yang sudah siap melayangkan tinjuanya itu. Waan sudah mencoba mengikat tubuhnya pada sulur yang ia ciptakan, namun saya hisap SuckSeed terlalu kuat hingga membuat sulur yang ia ciptakan tercabut.

Waan terhempas ke arah Sook yang sudah menunggu untuk melayangkan pukulan ke wajahnya. Pukulannya kena telak, sebelum akhirnya sosok Waan menghilang bersama barang-barang yang disedot Sook.

Priya merasa ada yang salah karena Sook tak kunjung menghentikan kekuatannya, dia menggenggam kuat sebuah pipa besi, dan ia tancapkan ke lantai sambil berjalan pelan ke arah Sook.

“Sook! Hentikan sekarang! Apa kau ingin menghisap seisi bar ini!?”

“Tak bisa! Tolong! Tak bisa kuhentikan!”

Priya sadar kalah Sook kehilangan kendali, segera ia menyentuh Sook menggunakan tongkat besinya, dan menggunakan Hymn Paradise sekali lagi.

“Hymn Paradise; Cold!”

Priya mengubah suhu tubuh Sook menjadi dingin, membuat SuckSeed terhenti karena Sook yang kedinginan. Sook berterima kasih pada Priya yang telah menghentikannya, dan meminta selimut hangat karena tubuhnya sangat dingin.

Syndicate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang