24

11 2 0
                                    

Ribuan orang memadati jalan raya, arak-arakan pawai pasukan kerajaan bersama gerombolan gajah-gajah turut serta meriahkan pawai ulang tahun Karom si Raja Thailand. Dibalik bayangan di antara barisan masyrakat yang menyaksikan pawai, orang-orang bermasker kain menunggu kesempatan.

Saat matahari semakin tinggi, sebuah suara dari tempat antah berantah menarik perhatian semua orang. Suara itu seakan menghipnotis setiap orang untuk berpaling ke sumber suara, sampai mereka lupa apa yang mereka jaga.

Bbrrrrrtttttt!

Gajah-gajah yang ikut pawai mulai bertingkag aneh, pawang yang sudah disediakan untuk menenangkannya malah ditendang sampai tak bernyawa. Semua orang panik, saat gajah-gajah itu lepas dari rantai-rantai yang selama ini mengikatnya.

Para gajah menyeruduk, dan menginjak-injak apa pun yang dilewatinya. Ditengah kepanikan pasukan bermasker datang dan menembaki para prajurit Thailand yang tengah menghalau para gajah. Baku tembak pun tak terelakkan, antara prajurit Thailand dan pasukan pemberontak.

“Amankan Raja! Lindungi keluarga kerajaan!” seru salah seorang pengawal sebelum sebuah timah panas bersarang menembus kepalanya.

Raja Karom beserta selir-selirnya digiring menuju mobil barakuda yang telah disediakan, perjalanan mereka sedikit tersendat karena orang-orang yang berlarian—panik menghindar dari amukan puluhan gajah. Beberapa kali pengawal raja menembakkan peluru peringatan untuk membuka jalan, tapi nyatanya peluru peringatan itu malah menjadi bumerang untuknya dan keluarga kerajaan.

“Heheh, ketemu....” gumam seorang pria gondrong berkemeja merah yang telah menunggu di atas sebuah gedung.

Ia mengambil ancang-ancang, dan melompat tanpa pengaman menuju langsung ke arah gerombolan keluarga kerajaan.

“Khan Kluay: Press!”

Pria itu mendarat tepat di atas sang pengawal, menjadikannya pijakan, dan meremukkan tubuhnya hingga hancur berkeping-keping.  Raja Karom berteriak saat menyaksikan anak buahnya mati dengan cara mengerikan seperti itu, dan lebih terkejutnya lagi dia saat tahu sosok pria yang berdiri di atas mayat pengawalnya itu.

“Chai!? Bagaimana bisa kau—“ ucapan Raja Karom terhenti saat dalam sekejab mata, Chai telah berhasil mencengram lehernya.

“Kita punya banyak hal yang harus kita bicarakan, Karom. Tempat ini cukup ramai untuk kita, bagaimana kalau kita pindah ke tempat lain,” kata Chai, seraya menegangkan saraf-saraf di kakinya.

“Kau tak akan pergi ke mana pun! Tidak tanpa raja!”

Selir-selirnya Karom mengeluarkan senjata dari balik pakaiannya dan mengarahkan pada Chai, ia hanya tertawa melihat tingkah selir-selir Karom yang tak tahu cara memilih lawan.

“Khan Kluay: Torn!”

Sebuah tulang runcing keluar dari dalam tanah, dan menembus tubuh para selir raja Karom—seketika mati.

“Ayo ke tempat lain, Karom...”

Chai pun pergi dengan Karom yang ada di cengraman tangannya, ia melompat sangat tinggi dan menciptakan retakan tanah di setiap tanah yang ia pijak. Saat ia ingin lebih jauh lagi sebuah meriam air dari jarak jauh menabraknya, membuat Karom terlepas dari tangannya, dan jatuh.

“Ugh, siapa yang melakukannya!?” seru Chai sambil menyipitkan matanya, melihat seorang pemuda yang tampak mengendalikan air di sekelilingnya.

“Aquamarine; First Form, Aqua Buble!”
Bayu dengan sigap menciptakan gelembung air di tempat jatuhnya Karom, dan menyelamatkannya. Tapi sebelum Bayu sempat mendekatinya, sebuah tinju berkekuatan 1 ton meninju pipinya.

Untungnya Bayu masih sempat menggeser sedikit tubuhnya hingga serangan itu tak kena telak padanya, meski harus menimbulkan luka gores lebar di dagunya.

“Aqua Slasher!”

Bayu membalas dengan serentetan bilah air berkecepatan tinggi, tapi semua itu berhasil dihindari oleh Chai. Seakan satu langkah di depannya, Chai kini tepat berada di atas Bayu—bersiap menendangnya dari arah atas.

“Khan Kluay; Press!”

Chai melesat dengan cepat, Bayu menciptakan tabir air di sekelilingnya, dan memantulkan cahaya matahari. Chai yang fokusnya terganggu membuat serangannya terbelok, dan menghantam sebuah gedung sampai menghancurkannya sebanyak 3 lantai.

“Aquamarine; Flow Dragon!”

Bayu mengeluarkan Flow Dragon, dan ia gunakan menyerang Chai. Flow Dragon dan tinju Chai saling bertubrukan, menimbulkan suara keras, dan memecahkan cermin yang ada di sekitar—keduanya terhempas, baik Chai maupun Flow Dragon.

Bayu yang mulai kehabisan tenaga, mengarahkan Aqua Buble di kakinya ke tempat yang bisa ia pijaki. Dari kejauhan ia melihat Chai bangkit dengan hidung berdarah, tatapannya tampak mengancam.

“Aku tak tahu siapa kau anak muda, tapi kalau kau menghalangiku—kau akan kubunuh,” seru Chai, lalu mengeluarkan sebuah serum suntik dari balik celananya.

Samar-samar dari Aqua Dew yang Bayu sebar, ia bisa membaca nama perusahaan Yggdrasil ada di luar serum yang Chai pegang.

“Sudah kuduga, satu saja tak cukup. Aku butuh lebih, lebih, lebih! Kekuatan! Kekuatan!” racau Chai seraya menyuntikkan serum itu pada dirinya sendiri.

Keanehan terjadi padanya, massa ototnya terus bertambah dan menjadi semakin besar, dan matanya pun memerah. Chai mengaum membuat pecah kaca di sekitar serta gendang telinga Bayu yang tak sempat bereaksi.

Saat Bayu terfokus pada gendang telinganya yang pecah, Chai telah ada  di depannya. Dengan tendangan dari tubuh besar berotot, Bayu tersungkur dan jatuh ke lantai terbawah bangunan.
Bayu berteriak merasa tulang rusuknya patah, Bayu berusaha merubah wujudnya menjadi cair, tapi Chai lebih dulu datang menginjak kakinya.

“Kyyyaaa! Decay! Decayyy! Decayy!”

Bayu terus berusaha merubah wujudnya menjadi cairan namun tak bisa. Sebaliknya, Chai tak memberi Bayu kesempatan—ia terus memukuli wajah Bayu dengan tangan besar berototnya hingga membuat wajahnya tak karuan. Setelah puas ia mencengram kepala Bayu, dan menyuruhnya melihat apa yang terjadi di luar sana.

Sama-sama Bayu melihat kepanikan orang-orang, dan baku tembak antara pemerintah dengan pemberontak. Puluhan mayat dari mulai anak-anak sampai orang dewasa ditinggalkan begitu saja, semua sibuk menyelamatkan dirinya sendiri.

“Kau tau kenapa gajah-gajah dan pasukan bermasker kain itu melakukan ini? Gajah-gajah itu beberapa dari mereka diculik dari tempat tinggalnya dan diperbudak selama masa hidup mereka oleh keluarga kerajaan.

Sementara orang-orang bercadar, mereka itu minoritas yang haknya selalu direndahkan oleh negara ini. Negara ini memperlakukan mereka dengan kejam, mereka tak bisa beribadah dengan tenang, dan orang-orang asli mengucilkan mereka.”

“Aa.. Aaaa.... Aaaa....” Bayu terbata-bata, tak ada kata yang jelas keluar dari mulutnya.

“Negara ini sudah busuk, bahkan sampah sepertiku saja tahu akan hal itu. Semua tak bisa dibiarkan kalau rezim monarki masih ada. Aku akan mengakhiri, dan membuat aturan baru dimana semua etnis bisa hidup berdampingan satu-sama lain.” Tegas Chai.

“O.... Oo... Oomong ko.... Ssooooonngg!” racau Bayu, “Pemm.... Buu.... Nuuu... Hhh... Sseee.... Pppeeee..... Rrr.... Tttiiiii...... Mmmmuuuu.... Tak.... A.... Kaaann... Mu... N.. Gk.... Iiinn”

Chai tertawa, “Hahahha, kau mungkin tak salah. Bisa jadi aku menjadi lebih buruk dari rezim saat ini. Tapi aku khawatir kau tak akan bisa melihatnya."

Chai mencekik leher Bayu, napas Bayu menipis wajahnya memucat. Saat napas terakhir Bayu akan habis, seseorang menendang punggung Chai sampai ia tersungkur dan melepaskan Bayu dari cekikannya.

“Ya ampun, lihat dirimu! Baru kutinggal sebentar saja sudah seperti ini,” kata Sook yang datang entah dari mana dengan sepasang Knuckle di kedua tangannya.



Syndicate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang