9

20 2 0
                                    

Nico terus mencoba lari dari kejaran Alice sampai ke ruang kerja Reza, ia menatap Alice dengan penuh kengerian saat mata ungunya ingin menghabisinya.

Alice memasuki ruangan itu, dan terdiam mengamati ruangan yang acak-acakan serta bercak darah di tembok. Ia melihat kertas putih yang berserakan di setiap penjuru ruangan, dan bersiaga dengan pisau di kedua tangannya.

"Pergi! Dasar gadis gila!" seru Nico sembari mengumpulkankan material kekuatannya.

Alice berjalan mendekatinya, puluhan benda hitam runcing keluar dari tubuh Nico dan terbang ke arahnya, tapi Alice menangkis semuanya. Alice berencana melakukan serangan terakhirnya pada Nico yang terpojok, tapi sosok Nico lebih dulu berubah menjadi makhluk hitam beraroma menyangat Nico menyerang Alice dengan tubuh hitamnya, Alice menghindar, dan menyerangnya hingga membuat benda hitam yang melapisi tubuhnya muncrat ke tubuhnya. Alice merasa sesak, saat cipratan benda hitam di tubuhnya melilitnya dengan kencang.

"Begitu rupanya, benda ini adalah tinta. Pengerasannya cukup kuat hingga sekeras besi. Tapi tak akan berguna dihadapan Bloody Mary-ku," analisis Alice.

Tubuh Alice lenyap dari pandangan Nico, sebuah kilauan cahaya memantul dari berbagai arah layaknya peluru.

Nico melihat Alice yang di dalam kilauan itu, ia memusatkan kekuatannya untuk bertahan. Tapi tinta tetaplah tinta, meski ia menebalkan lapisan pelindungnya beberapa kali pun, Alice selalu berhasil mencabiknya.

"Bloody Mary: Execution!"

Alice muncul dari balik jendela, bersiap melancarkan serangan terakhirnya.

Nico mengerahkan semua tinta di tubuhnya untuk melindungi organ vital sekaligus memperkeras kulitnya, ia akan meninju Alice saat ia menyerang. Nico cukup yakin dengan pukulannya bisa merobohkan Alice dalam satu serangan, hanya saja kelincahan Alice membuatnya susah melakukannya. Sekarang adalah waktunya, Nico bertaruh pada keberuntungannya.

Tapi Bloody Mary: Execution milik Alice tak sesederhana itu, itu adalah teknik yang memecah konsentrasi lawan dengan pecahan cermin yang meledak di depannya, dan perpindahan cepat Alice di antara pecahan cermin.

Alhasil dalam sekejab, Nico telah dikalahkan tubuhnya lalu masuk ke dunia cermin seperti yang terjadi pada Coyo.

Alice memandang sekelilingnya lagi setelah mengalahkan Nico, ia kembali teringat dengan masa lalunya.

"Lagi-lagi aku gagal menyelamatkan seseorang ... Kakak, apa aku bisa lebih kuat lagi...." gumam Alice.

*****

Saat Bayu datang, rumah Ayu telah dipenuhi oleh para pelayat. Padahal pukul 2 dini hari, tapi orang-orang saling bahu membahu mengurus kematian tetangganya.

Bayu panik. Ia segera masuk ke dalam, dan mencari Ayu serta Pak Reza. Langkahnya dihentikan oleh Alice yang terlihat sudah menunggunya, ia menarik Bayu dan membawanya untuk bicara.

"Ke mana saja kau!? Aku seharian mencarimu!?"

"A-Alice apa yang terjadi!? Siap-siapa yang mati!?"

Raut muka Alice berubah sedih, pandangannya tertunduk.

"Pak Pak Pak Reza... Ia dibunuh oleh pengguna kekuatan dari Dewata," jelas Alice.

Bayu tak kuasa menahan air matanya, lututnya goyah dan ia terduduk dalam penyesalan. Kalau saja ia tak mengikuti Wira mungkin ia bisa berada di sana untuk menolong Reza dari pengguna kekuatan Dewata.

"Ayu... Bagaimana dengannya!?"

"Ia baik-baik saja. Tapi... Mentalnya tidak."

"Di mana dia sekarang!?"

Alice tak menjawab ia segera mengantar Bayu ke ruang kerja Reza di mana Ayu dengan  pandangan kosong telah menunggunya. Ayu duduk di meja kerja ayahnya seperti ikan mati, ia menatap Bayu dan tersenyum tipis kepadanya.

"Ah, Bayu kau kembali... Kupikir kau tak akan kembali lagi," kata Alice lirih.
"A-Ayu... Aku minta maaf! Maaf! Maaf!" ucap Bayu sembari bersujud dengan mata berair.

Ayu berdiri dari kursi ayahnya, dan mendekati Bayu yang bersujud.
"Kenapa kau minta maaf? Bukan kau yang membunuh ayahku. Kenapa kau minta maaf. Kenapa kau minta maaf."

Bayu mendongak, dan kaget melihat wajah Ayu yang seperti ikan mati menatapnya. Ia tak mengenali Ayu yang berdiri di depannya ini, sosok Ayu yang selama ini ia kenal telah hilang.

"Alice... Di mana orang itu? Kau membunuhnya 'kan!? Hei jawab aku! Kenapa kau terus menghindar dariku? Alice hei! JAWAB BANGSAT!"

Bayu tercengang baru kali ini ia mendengar Ayu berkata kasar.

"Tak akan kuberi tahu. Mau kau apa kan dia? Aku tak mau membuatmu lebih jatuh lagi," kata Alice.

Tiba-tiba Ayu tertawa dengan nada melengking. Hal itu tentu saja membuat berdiri bulu kuduk Bayu, dan semua pelayat di dalam rumah.

"Begitu ya.... Hahaha Hahahahha Hahahahha. Benar, aku hanyalah manusia biasa tidak seperti kalian yang punya kekuatan spesial. Tuhan benar-benar tak adil, ia memberikan kekuatan pada manusia untuk mencelakakan orang lain. Kenapa ia harus melakukannya? Kenapa ayahku harus jadi korban!?"

Ayu putus asa, ia menatap Alice dan Bayu dengan penuh permusuhan.

"PERGI! PERGI KALIAN DARI RUMAH KAMI! KALIAN PENGGUNAN KEKUATAN HANYA MENIMBULKAN MALAPETAKA!"

Malam itu juga, Ayu menendang keluar Bayu serta Alice. Bayu sedih, bukan karena ditendang dari tempat numpangnya—namun sedih karena melihat keadaan Ayu. Ia percaya untuk saat ini lebih baik membiarkannya sendiri.

Bayu yang tak punya tempat tujuan itu ditawari Alice untuk menginap di tempatnya—tapi ia menolak, dan lebih memilih bermalam di workshop milik Reza.

Malam itu ia tidur di sana, ingatan tentang Reza menghantui mimpinya—membuat ia menangis dalam tidurnya.

*****

Geraldo ketar-ketir menanti kabar dari Nico yang tak kunjung datang. Tak biasanya Nico sangat lama dalam menyelesaikan tugasnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 4 pagi, saat seorang bawahannya datang mengabarkan berita buruk untuknya.

"Bos! Bos! Gawat gudang kita.... Semuanya dibakar!"

Geraldo terperanjat, "Apa!? Bagaimana bisa!?"

"Orang-Orang dari geng baru itu semalam menyerang kita. Mereka membakar semuanya, pabrik kita, gudang, serta kebun kita. Semuanya hilang dalam semalam...."

Geraldo terduduk lemas, dan mengutuk orang yang membocorkan informasi itu pada musuhnya.

"Penghianat sialan! Akan kucari mereka, dan kukebiri," tegas Aldo yang penuh dengan kemarahan. "Panggil anak-anak! Juga panggil Jessi. Mereka, tak bisa didiamkan. Kita tunjukkan kekuatan Dewata pada mereka!"

"Apa itunya kita berperang melawan mereka!? Tapi Bos mereka...."

"Tak peduli siapa pun mereka. Kalau mereka ingin menghancurkan kita, habisi."

Bawahannya pun pergi, mengumpulkan semua orang yang ia bisa, dan senjata. Akan terjadi pertumpahan darah pagi itu, geng Dewata melawan geng boneka ciptaan Lucy dari Yggdrasil. Banyak orang yang akan terlibat dalam pertarungan itu, dan akan banyak pula orang yang tahu tentang pengguna kekuatan.

Di sisi lain, Lucy yang membuat geng itu meminta Evan atasannya untuk memanggil seorang pengguna kekuatan berambur putih panjang dengan jenggot putih. Orang itu dikatakan adalah seorang pengguna kekuatan terkuat di dunia. Ia  bekerja di bawah Yggdrasil, dan menjadi pemberes masalah untuk perusahaan itu.

Nama orang itu adalah Ibrahim, anjing setia Yggdrasil yang selalu menuruti permintaan para petinggi Yggdrasil.

Syndicate [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang