Bayu pulang dari rumah sakit dengan berjalan kaki, meski bisa menyewa ojek—Bayu lebih memilih berjalan sambil menikmati pemandangan kota Bangkok yang mengingatkannya dengan Indonesia. Orang Thai memiliki kemiripan dengan orang Indo dari segi rupa, dari budaya pun sedikit mirip dengan Indonesia.
Saat Bayu berjalan seorang diri, sebuah montor melaju dengan kecepatan tinggi ke arahnya. Montor itu berusaha menabrakkan diri pada Bayu, tapi Bayu berhasil menghindarinya. Orang yang menaiki montor terpental saat menabrak bahu jalan, dan montor yang dikendarainya terbakar.
“Siapa kau!?” seru Bayu saat melihat penunggang montor berdiri, meski sendinya terbalik.
Orang itu bergemeretak, sendi-sendi yang bengkok di tubuhnya perlahan-lahan kembali normal. Sebuah tulang runcing keluar dari jaketnya, dan bergemeretak.
“Spirit Killer, Eskoleton Armor!” seru Pan, pria penunggang montor.
Bayu sigap menggunakan Aquamarine untuk menciptakan perisai, ia menghindar dari setiap pukulan, dan tendangan Pan sambil sesekali menyerang. Secara fisik, Bayu kalah jauh dari Pan... Karenanya ia harus menjaga jarak, dan menyerang menggunakan Aqua Slashernya dari jarak jauh.
Pan mengarahkan Bayu ke sebuah gang sempit dengan serangannya. Bayu terus berusaha mencari celah, tapi Pan adalah seorang petarung yang tak memberi celah Bayu untuk melakukan counter.
“Aquamarine; Second Form, Aqua Cannon!”
Kali ini Bayu menggunakan meriam air untuk menjauhkan Pan, meriam itu beberapa kali menghantam tubuhnya. Pan terus bangkit seperti zombie saat ia jatuh, meski rusuknya patah—ia terus bangkit, dan menyangga tubuhnya dengan tulang baru.
“Spirit Killer; Drill!”
Tulang runcing melingkar mentup kedua tangan Pan, tulang-tulang itu membentuk sebuah bor yang terus berputar diikuti gemeretak tulang milik Pan.
Bor itu cukup kuat untuk menembus perisai air milik Bayu, dan melukainya. Bayu sekarang terdesak, Pan telah ada di depannya—bersiap menghabisinya.
Tiba-tiba Bayu teringat tentang latihannya di Belanda, Tisya instrukturnya selalu menghajarnya tanpa kenal ampun. Ia tak punya celah, meski Bayu berusaha mencarinya—fakta bahwa Tisya meluluskannya—sebenarnya masih tak ia percaya.
‘Tempatmu bukan di sini, pergilah keluar sana, dan cari pengalaman!’ kata Tisya saat Bayu menanyakan alasan kenapa ia meluluskannya.
‘Kenapa baru sekarang!? Apa kau mengasihaniku. Karena didahului semua angkatanku.’
Tisya menoleh, dan menepuk pundak Bayu dengan mata melotot.
‘Apa kau pikir aku meluluskanmu karena kasihan!? Kau pikir siapa aku!?’
Bayu merasa takut, bayangan tentang Tisya yang terus menghajarnya membuatnya trauma.
‘Kekuatanmu itu langka, hanya ada beberapa orang di dunia ini yang diberkahi kekuatan elemental sepertimu. Karena langka, kekuatan itu juga sangat kuat. Kau mungkin bisa menjadi seperti Alan—atau bahkan melebihinya.’
‘Aku.... Kuat?’ gumam Bayu—masih meragukan dirinya.
‘Kau harus mengikuti elementalmu. Dari yang kulihat, kau dan elementalmu tak sejalan. Kuharap dengan meluluskanmu, kekuatan sejatimu akan muncul.’
Kata-kata Tisya saat itu membuat Bayu tersadar akan kekuatannya, ia dianugerahi kekuatan elemental elemen air. Ia harus tenang seperti air, dan selaras seperti arus.
Krett! Kreet! Kreeet!
Bor di tangan Pan bergerak ke arah Bayu, tapi Bayu malah menutup mata. Saat bor itu hanya berjarak 2 centi dari kepalanya—bor itu terpotong bersama tangan Pan.
“Aaaaaaaaaaaaaargggg..... Aaaaaaaaggrrrrrr.... Aaaaaaaa!”
Pan berteriak saat kedua tangannya putus oleh sebuah arus air yang membentuk seekor ular. Arus air itu mengelilingi Bayu yang tengah berkonsentrasi.
“Aquamarine; Second Form, Flow Dragon!”
Bayu mengerakkan tangannya dengan cepat, dan memukul tepat ke arah tengkuk Pan. Ia kehilangan keseimbangan menerima serangan Bayu yang ternyata cukup kuat untuk menahan rahangnya.
Bayu menggerakkan naga air itu bersama tinjunya, seperti ahli silat di film-film china ia menghajar Pan dengan teknik Flow Dragon miliknya. Flow Dragon memiliki arus yang lebih kuat dari Aqua Slasher, dengan menambah massa air dan menggerakkannya dengan kecepatan tinggi—teknik itu cukup kuat untuk menghancurkan tulang-tulang milik manusia.
Tak menyangka Bayu akan sekuat ini, Pan berencana untuk mundur. Tapi Bayu menghentikannya dengan menghancurkan kakinya. Meski tulang baru tumbuh, tapi Pan telah kehilangan kesempatan terakhirnya untuk kabur.
“Flow Dragon; Aqua Burst!”
Naga air yang dikendalikan Bayu membuka mulutnya, dan menembakkan sebuah cahaya menyilaukan yang mengguncang kesadaran Pan.
Yang dikeluarkan Flow Dragon bukanlah meriam, melainkan suara tubrukan dua aliran air yang saling berlawanan. Keduanya bertubrukan dan menciptakan sebuah suara yang dapat menyerang otak manusia, dan membuatnya pingsan.
Saat Bayu ingin mengikat Pan, tiba-tiba polisi datang dan menyergapnya. Polisi itu menyeretnya bersama Pan masuk ke mobilnya, dan membawa mereka berdua ke kantor polisi.
Bayu berkali-kali menjelaskan, tapi polisi Thailand tak mengerti dengan apa yang ia ucapkan. Bayu pun di tahan untuk sementara ke kantor polisi, sementara Pan yang tak sadarkan diri di bawa ke rumah sakit.
*****
Sook benar-benar merasa kecewa pada dirinya sendiri. Ia menghabiskan semua waktunya dengan menonton berita membosankan yang disetel perawat di ruangannya.
“Aaaah, kenapa tak ada Suster-suster cantik seperti yang ada di film-film. Kenapa semua suster di sini—semuanya Ibu-ibu...” gumam Sook.
Ia terus mengganti dari satu chanel ke chanel yang lain. Dan berhentilah dia di sebuah berita tentang persiapan parade untuk memperingati hari lahir raja Thailand. Ia menatap foto Karom, sang raja Thailand dengan ekspresi datar. .
Seseorang membuka pintu kamarnya, dan seorang wanita berambut panjang lurus dengan hidung mancung muncul dengan sebuah parcel di tangannya. Begitu melihat wanita itu semua kebosanan Sook seketika sirna, ia berusaha tampil baik-baik saja di depan wanita itu.
“Lagi-lagi kau terluka. Kenapa kau hobi sekali masuk rumah sakit,” kata Priya sembari menaruh parcel di tangannya di atas meja.
****
Bayu berhasil bebas ketika orang suruhan dari Yggdrasil menebusnya, polisi meminta maaf padanya—karena telah salah paham. Bayu memakluminya, dan menanyakan pada mereka letak rumah sakit di mana Pan di rawat.
Setelah mendapat alamat, Bayu bergegas ke sana. Tapi sebelum ia pergi handphonenya berbunyi, ia mengangkatnya—terdengar suara Priya.
“Bayu! Bahaya! Mereka tahu rencana kita, segeralah kembali!” peringat Priya.
Bayu menjelaskan tentang Pan yang menyerangnya, dan berkata agar Priya tak mengkhawatirkannya.
“Musuh kita pengguna kekuatan. Ia menempelkan spora kecil ke tubuh Sook untuk mengawasi kita, aku sudah menghilangkannya dengan Hymn Paradise-ku. Tapi tetap berhati-hati lah Bayu.”
Bayu mengangguk, dan menutup teleponnya. Ia sudah sampai di rumah sakit tempat Pan dirawat. Ketika ia masuk tengah terjadi keributan di depan rumah sakit, Bayu memberanikan diri bertanya pada salah seorang warga yang berkerumun.
“Seorang pasien kabur, ia melukai dokter dan perawat yang merawatnya,” jelas warga yang berkerumun.
Bayu menjadi ketar-ketir, segera ia menuju ke resepsionis dan bertanya mengenai Pan. Dan benar saja, Pan yang kabur dan melukai perawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syndicate [END]
Science FictionBayu terlahir dengan kekuatan super mengendalikan air, tapi dia mengalami lupa ingatan dan harus bergabung ke sebuah grup pemilik kekuatan super untuk mengembalikan ingatannya.