14 - Moonlight battle

824 98 4
                                    

Seluruh murid SMA Angkasa kembali ke rumah masing-masing, menyisakan suasana sepi di pekarangan sekolah tersebut. Hanya beberapa siswa terlabeli sebagai siswa unggulan yang tampak wira-wiri. Usai melakukan ibadah solat Maghrib bagi yang menjalankan, mereka segera kembali ke kelas. Mereka semua berkomplementer guna menghadapi battle yang dimulai 30 menit selanjutnya.

Tegang adalah kata yang paling cocok untuk menggambarkan bagaimana perasaan siswa-siswi saat ini. Terlebih bagi murid unggulan sama sekali belum pernah bergabung dalam battle sebelumnya.

Jo mengambil tempat di depan. Mengkoordinasikan seluruh temannya agar menempatkan diri dengan baik.

"Duduk di tempat masing-masing," perintah Jo di depan kelas.

Lantas, semua murid IPA 1 segera menempatkan diri di bangku masing-masing. Waktu sudah menunjukkan pukul 18.30 artinya semua siswa seharusnya sudah berada di kelas sesuai perintah Jo kemarin.

Cowok berkacamata itu membagikan id card murid-murid di kelas.

"Masukin ke saku, kartu ini bisa buat akses semua ruangan di sekolah."

Ketika sampai di bangku Ayyara, cowok itu tidak menemukan pemilik bangku.

Masalah.

"Shit," umpatnya pelan.

"Ayyara mana?" tanyanya membuat semua murid menoleh. Fanny menggeleng sebagai jawaban. Ayyara belum menampakkan batang hidungnya sejak tadi.

Buru-buru Jonathan menghubungi nomor Ayyara, berharap gadis menjawab panggilannya. Tangan Jo meraup wajah, cemas. Jo tidak bisa berpikir jernih sekarang. Propagandanya untuk meminimalisir kejadian seperti ini ternyata tidak begitu efektif. Buktinya masih ada satu siswi yang entah sengaja menyepelekan atau benar-benar ceroboh.

Detik jam seolah memutar dengan begitu cepat. Hitungan menit terlalu cepat berlalu.

Nasib kelas IPA 1 ditangguhkan atas kedatangan Ayyara.

"Sampai ada yang absen, status kita semua udah bukan lagi top student," ucap Jo.

"Maksud lo?" bingung Azalea semakin tidak mengerti.

"Kemarin Bu Dewi bilang. Kalau sampai ada yang absen seluruh siswa kelasnya bakal dihilangkan datanya dari daftar top student. Bukan cuma dari top student tapi dari daftar murid Angkasa. Bayangin aja kalau kita sekolah tapi status kita ghoib. Jalan satu-satunya pindah sekolah."

Azalea tidak bisa menerka apakah itu hanya kalimat kosong, atau benar adanya. Azalea tidak tahu apakah para guru akan setega itu menghilangkan mereka.

"Ayyara bangsat!" umpat Azalea menjambak rambutnya sendiri.

"Ini nggak ada yang bisa hubungin Ayyara?"

Jo menatap semua temannya di balas gelengan kepala pertanda tidak. Mereka hanya memiliki nomor Ayyara seperti Jo.

"Arya!" celetuk Azalea dengan wajah berbinar.

"Bentar-bentar gue hubungin Arya."

Gadis itu tergopoh-gopoh mengambil ponselnya dan berusaha menghubungi Arya. Untung saja ia menyimpan nomor anggota top student 11'22 itu.

Sementara, di bangkunya Apin berusaha berpikir keras. Lagi, lagi asma Arya disebut. Ia tahu cowok itu mantan anak unggulan. Yang menjadi pertanyaan di benaknya sekarang, siapa Arya di kehidupan Ayyara?

"Halo, Ar. Lagi sama Ayyara nggak? Gue minta tolong suruh Ayyara ke sekolah sekarang. Battle mau dimulai jam tujuh, cuma dia yang belum hadir."

"Iya, tolong banget ya suruh ke sekolah sekarang. Nasib kita semua di tangan Ayyara."

PYTHAGORAS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang