Usai dilerai beberapa siswa di kelas, akhirnya perkelahian mereka berakhir. Ayyara melepas jas almamaternya yang sudah sangat kotor akibat tindakan gila Azalea. Ayyara yakin jika Azalea memang definisi manusia gila, paling gila di muka bumi ini. Bahkan sampai melebihi gilanya Arzan.
Kini Ayyara berjalan menuju kran di lantai pertama dekat lapangan basket guna membersihkan rambutnya karena di toilet perempuan sedang penuh.
"Orang gila! Nggak bisa mikir."
Ayyara terus mendumel sepanjang jalan tanpa mengindahkan tatapan para siswa di koridor sekolah.
"Awas aja kalau gue udah laporin lo ke guru. Paling juga diem, dasar orang gila!"
Ayyara meletakkan jasnya di bangku dekat pohon. Ia memutar kran sambil sedikit menundukkan badannya supaya kepalanya bisa terkena air yang mengalir.
"Iyuhh, lengket," keluh Ayyara dengan wajah menahan jijik.
Terpaksa Ayyara membasahi seluruh rambutnya agar tidak lengket semuanya. Ia juga membersihkan bagian kemeja putihnya yang ikut terkena bercak kotor jus alpukat.
"Ngapain lo? Mandi?" tanya Arzan di tangga taman. Cowok itu memasukkan dua tangannya di saku celana sembari menghampiri Ayyara.
"Udah tau, nanya."
"Kenapa? Air PDAM di rumah lo mati?"
Ayyara menatap Arzan kesal. Tidak pernah cowok itu membuatnya senang, justru selalu mengajaknya ribut terus-menerus.
"Arzan! Out lo dari bumi."
"Ntar lo kangen, nangis."
"Najis!" sentak Ayyara kembali fokus pada kegiatannya.
Tiba-tiba Arzan mendekat, menutup kran dengan tangan terbuka hingga membuat air muncrat ke wajah Ayyara secara kasar. Ia langsung tertawa melihat wajah cengo Ayyara dengan mulut terbuka lebar.
"NAKAL BANGET SI!"
Tak ingin kalah. Ayyara langsung mengambil selang, menghidupkan air dan mengarahkannya pada Arzan. Alhasil mereka perang air tanpa peduli kondisi mereka yang ke depannya.
"Kyaa!" Ayyara tertawa berbahak-bahak tatkala berhasil menyemprotkan air begitu banyak pada Arzan. Sedangkan Arzan, hanya mampu mencipratkan air dengan dua tangan tertangkup sebagai properti. Jelas Ayyara akan menang.
"Curang lo!" hardik Arzan dengan kemeja basah kuyup.
Ayyara membulatkan matanya saat Arzan mengambil selangnya. Sebelum Arzan mengarahkannya padanya, ia langsung berlari memasuki area koridor kelas.
Arzan mengejar Ayyara, tidak terima jika ia basah kuyup sendirian. Sementara Ayyara hanya basah sedikit saja. Teriakan siswa-siswi yang hampir ia tabrak tidak ia pedulikan. Arzan berlari mengikuti kemana Ayyara akan melarikan diri seperti buronan.
"BERHENTI LO AYYARA!"
Di ambang pintu kelas Arya menggelengkan kepalanya melihat dua remaja yang sudah seperti musuh bebuyutan itu saling kejar. Seperti Ton and Jerry versi manusia. Tiada hari tanpa merusuh.
"WOII AYYARA!" teriak Arzan masih setia mengejar Ayyara.
Di depan, Ayyara menoleh sekilas ke arah Arzan di belakangnya. Tenaganya sudah habis untuk berlari lagi. Terpaksa ia berhenti di dekat tangga.
"Nah, berhenti juga lo."
Arzan menopang badannya dengan tangan yang tertumpu pada lutut. Setelah mengatur napasnya, ia menarik Ayyara.
"Ikut gue, ini nggak adil!"
"Enggak! Nggak mau. Lo yang mulai duluan!" Ayyara meronta-ronta tanpa hasil.