Hawa dingin dini hari semakin menusuk begitu dalam hingga tulang-tulang para murid. Mengikat pergerakan mereka semua, seolah membekukan aliran darah dalam organ tubuh. Kondisi letih serta hembusan angin yang jauh dari kata hangat membuat beberapa siswa menguap, memeluk badan masing-masing.
"Seorang siswa tidak sengaja menjatuhkan sebuah pensil dengan barcode TL1S1TL3BL2S3TG3U1TL3 yang terjatuh dalam jangkauan 2π radian."
"Menjatuhkan, gue mikir ini di rooftop. Tempat di mana apa pun itu bisa jatuh," ujar Jo.
Aldev menyandarkan di dinding, menatap lamat Jo. Otaknya lelah berpikir, tenaganya sudah habis dikerahkan dan efek dari mandi gratis tadi membuatnya semakin berat membuka mata. Di dalam otaknya hanya ada kasur di rumah tidak yang lainnya.
"Babak lima nggak semudah itu," lirihnya.
"Gue rasa itu arah mata angin," ujar Apin sembari memonitor soal yang Lea tuliskan pada lembar kertas. "TL untuk timur laut, S untuk selatan, BL untuk barat laut?"
"Dua pi radian sama dengan tigaratus enam puluh derajat, kan?"
Apin menganggu, pertanda bahwa kalimat ragu Jo benar jawabnya. Otaknya ia putar, mengingat bagian-bagian sekolah yang berhubungan dengan clue tersebut.
Ayyara meletakkan kepalanya di atas lipatan tangan yang tertumpu di atas meja. Ia sudah tidak sanggup berpikir lagi. Clue tersebut jelas ditolak secara mentah-mentah oleh otaknya. Stimulus yang ia terima dari angin dingin membuatnya bereaksi lemah. Memejamkan mata dan hanyut dalam mimpi.
"Patokan mata anginnya dari lapangan basket? Di sana ada garis lingkaran 360 derajat."
Jo berseru sambil menjentikkan jarinya. "Bisa jadi."
"Oke, gue gambarin."
Apin mengambil bukunya di dekat Ayyara yang sudah terlelap. Menggambar posisi lapangan basket yang diperkirakan patokan utama bentuk lingkaran dari clue 2π radian. Lalu, mencari gedung yang sesuai dengan arah mata angin tertera.
TL1S1TL3BL2S3TG3U1TL3
Pada Timur Laut lapangan basket terdapat laboratorium IPA. Tepatnya lagi laboratorium Kimia.
"Bentar, terus angkanya ini?" Apin menujukkan sebuah angka 1 di belakang huruf TL.
"Pengecoh? Biar terkesan kayak barcode beneran?"
Mengangguk paham. Rasanya penjelasan Jo memang masuk akal. Apin kembali berkutat dengan coretannya.
"Sebelah selatan lab. Bio ruang ibadah, terus sebelah Timut Laut ruang ibadah ada kantin."
Dengan tekun dan cermat Apin menyusuri kode mata angin dalam beberapa menit. Menghiraukan rasa penatnya demi nasib seluruh anggota kelas.
"Jawabannya kantin satu," kata Apin.
Jo segera mengabsen teman-temannya agar segera mempersiapkan diri. Tujuh siswa dipelopori oleh Azalea langsung melakukan aksi mereka.
Sepeninggalan tim 5, Apin menghela napasnya panjang. Ia turut meletakkan kepalanya di meja, menatap wajah tertutupi surai hitam Ayyara. Tatapan cowok itu tertuju begitu dalam pada Ayyara. Apin terkesima dengan gadis itu.