Tidak perlu dipertanyakan lagi apa yang memancing para murid berdecap kesal. Kegagalan dalam menemukan jawaban dari clue di babak ke tiga. Hingga serotonin Ayyara terpenuhi, soal clue masih belum bisa dipecahkan.
"Keburu waktunya habis," ujar Lea menilik sekilas jam digitalnya.
"Juara satu bisa yok, bisa!" desak Aldev pada Apin.
Apin menoleh ke cowok itu. Baru saja ia rampung menyalin jawaban trigonometri. Ia belum sempat melihat soal apa yang ada di babak tiga.
"Apa soalnya?"
"Banyak yang mengatakan aku keras kepala dan ku akui aku cukup mudah untuk ditangkap, salah satu dari keluargaku memiliki 100 mata dan dia satu-satunya yang dapat berkeliaran dengan bebas."
Wajah berpikir Apin menjadi jawaban sementara untuk teman-temannya. Apin mengusap dahinya sebagai peralihan supaya suasana yang ia terima tidak terlalu tegang.
"Belangkas? Belangkas berkerabat sama keluarga Arachnida. Make sense sama kata keluarga?"
"Tapi, belangkas cuma punya sepuluh mata," sanggah Jo.
"Kalau dilihat dari segi keras kepala di soal gue mikirnya kura-kura kalau nggak siput," cetus Della.
"Gue tadi udah search sama Jo, mata mereka nggak sampai seratus."
Di bangku belakang Dira memutar malas matanya. Jujur, ia mempunyai sebuah masukan dari pengalaman pribadinya. Sayangnya, perasaan kesal akibat perilaku Lea masih membuat hatinya berkabut.
Namun, jika dipikir lagi. Ini tidak akan menemukan jalan keluar apabila ia tetap diam.
"Fan, lo bilang gih sama mereka kalau lo dulu pernah makan scallop. Dia punya mata sekitar limapuluh sampai duaratus," bisik Dira.
"Gue nggak mau berurusan sama Lea lagi," sambungnya.
Fanny mengangguk setuju. Saat akan membuka suara, ia menutup kembali bibirnya. "Gue nggak berani."
Seketika itu juga Dira menepuk jidatnya. Capek deh. Ia melupakan fakta bahwa gadis di sebelahnya jauh dari kata pemberani. Gadis kutubuku yang selalu menjadi sasaran mulut lemes Azalea.
"Gue bilang Ayyara aja."
Selepasnya, Fanny menghampiri Ayyara membuat Jo, Lea, Trio R menoleh bingung. Fanny membisikkan jawaban dari Dira pada telinga Ayyara.
"Ngomong langsung aja gapapa loh," kekeh Ayyara merasa geli mendengar jawaban dari Dira yang dibisikkan Fanny.
"Fanny punya jawaban tuh," ujar Ayyara bermaksud agar Fanny berani berujar tanpa perantara dirinya.
"Ngomong langsung aja, Fan. Ngapain juga pakai ngomong ke Ayyara? Takut?" tanya Jo.
"Mending jelasin secara eksplisit daripada kayak gitu. Bikin kelihatan freak karena aura ketakutan lo menguar," gertak Azalea di hadiahi cubitan pelan dari Jo.
"PD aja, Fan. Kita nggak bakal makan lo hidup-hidup juga," tambah Garza.
Mereka tidak bermaksud lebih. Hanya memberitahu Fanny secara implisit bahwa percaya diri itu perlu dan tidak ada salahnya berpendapat.