EPILOG

576 43 3
                                    

Sorot mata kehilangan masih terlihat jelas di netra indah Arya. Cowok itu menatap hampa miniatur rumah yang ada di meja belajarnya. Rumah yang ada dalam mimpinya. Hidup bersama Ayyara tanpa kekangan orang tua. Rumah yang dia harapkan hanya ada dia, Ayyara dan segala mimpi.

“Tuhan, kita terlahir bersama. Kenapa tidak dijemput bersama juga?”

“Lo belum bahagia, Ay.”

Pertengkaran Ayyara dan Apin, keributan yang Arya yakini hati Ayyara masih terluka sepenuhnya membuat cowok itu ingin marah.

“KENAPA SEBELUM AYYARA BAHAGIA?” teriak Arya.

Sekali tarikan, Arya menghempaskan miniatur itu hingga separuhnya hancur, berserakan di lantai. Apa lagi yang bisa dia harapkan? Kenapa semesta selalu mempermainkannya? Segala rencana yang gagal menjadi makanannya, selalu.
Tiba-tiba ponselnya berdering. Arzan meneleponnya.

“Lo dapet pesan sandi lagi gak, Ar? Gue dapet.”

Arya segera membuka room chatnya. Ada satu pesan dari nomor yang mengiriminya pesan sandi beberapa menit sebelum mereka menemukan Ayyara.

8192-256. 16:00

Singkat, padat, dan tidak jelas. Arya menatap ponselnya yang masih terhubung panggilan bersama Arzan. Ia melirik jam di meja belajarnya. Sekarang sudah pukul 3 sore.

“CS jam empat sore?” tebaknya.

“Iya, gue jemput sekarang.”

Usai panggilan diakhiri oleh Arzan, Arya buru-buru berganti pakaian. Celana hitam bahan dengan atasan hoodie senada.

Cowok itu menatap tampilannya dari cermin. Kacau, satu kata yang dapat mendeskripsikan dirinya saat ini.

“Gue harus balas dendam buat lo, Ay.”

☆☆☆☆

Dua laki-laki berpakaian hitam menapaki satu per satu tangga menuju rooftop kafe Clouds Sweet sesuai petunjuk pada pesan di ponsel mereka. Mereka tidak takut mati seperti kasus Ayyara yang dijebak pihak sekolah. Jika pun mereka menjadi korban selanjutnya, mereka siap.

Arzan membuka pintu rooftop. Tatapan keduanya langsung terkunci pada punggung laki-laki di tepi rooftop.

“Arya dan Arzan? Sedang berduka?”

Suara itu semakin menarik langkah Arzan untuk masuk, disusul Arya di belakangnya.

“Saya turut berdukacita.”

Arzan menoleh pada Arya yang sama bingungnya. Saat mereka kembali melihat sosok pria itu, pria tersebut bergerak membalikkan badannya. Pergerakannya mengangkat wajah, membuat Arya dan Arzan waswas. Namun, detik berikutnya Arzan memekik kaget.

“PAK?”

Pria tersebut tertawa pelan. “Ingat saya?”

“Yang udah tusuk bahu saya di rooftop.”

Arya membulatkan matanya terkejut. Jadi, laki-laki di hadapan mereka sekarang adalah petugas keamanan SMA Angkasa yang mengejar mereka saat tak sengaja tertangkap infrared.

Pria itu mengangguk membenarkan. Wajahnya yang terlihat masih muda, membuat Arya dan Arzan menaruh curiga.

“Kalian hebat ...”

Jeda beberapa detik sebelum Pak satpam melanjutkan. “... Tapi juga ceroboh.”

“Alarm kebakaran, infrared, sepatu yang kalian lembar dari rooftop, video di debat dan tindakan kecil lainnya. Saya yang udah sabotase video kalian, hapus rekaman CCTV dan bersihin kekacauan kalian sampai pihak sekolah gak tau rencana kalian. Sayangnya, saya gak tau kalau Ayyara udah diincer pihak sekolah sejak pertama kali.”

“Bapak ada di pihak kita?”

“Jangan panggil saya Bapak, saya Albara, hanya empat tahun lebih tua dari kalian.”
Arzan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PYTHAGORAS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang