24 - Presentasi

735 91 15
                                    

Rintik air shower membasahi dari ujung kepala hingga ujung kaki Apin. Cowok bertelanjang dada tersebut melamun, mengepalkan tangannya yang tertumpu pada dinding kamar mandi. Pandangannya menyorot penuh kekosongan. Ada satu hal yang mengganggu pikirannya sejak tadi.

Apa Ayyara sungguhan menganggapnya hanya penasaran?

Apin hanya bermaksud becanda saat menjawab tadi. Ia tidak bermaksud melukai hati gadisnya. Apin juga sadar bahwa ia menyukai Ayyara. Benar-benar menyukai gadis seni itu.

"Jadi gimana? Masih penasaran sama gue?"

Ohh fuck!

Apin memukul dinding kamar mandi dengan segala emosi yang terpendam. Usai mengantar Ayyara pulang, gadis itu sama sekali tidak mengirim pesan padanya. Tidak seperti biasanya yang akan selalu menanyakan apa dia sudah sampai di rumah atau belum. Gadis yang selalu mengirim pesan untuk sekadar mengingatkan makan, menanyakan kondisi mood Apin atau bertanya soal-soal kini jiwanya seolah meninggalkan Apin.

"Lo anggap gue penasaran, Ay?"

"Padahal gue udah jatuh cinta sedalam ini sama lo."

"Lagian ini mulut kenapa nggak punya filter sih, anjing!"

Merasa badannya mulai kedinginan, Apin mematikan air yang membasahinya. Ia melanjutkan ritual mandinya seperti biasa.

Setelah selesai membersihkan diri, Apin keluar dalam kondisi sudah mengenakan pakaian santai. Ia memeriksa ponselnya mengecek sekali lagi apakah Ayyara mengirim pesan.

"Ngambek dia?"

"Telepon jangan, telepon jangan." Apin menimang keputusannya sambil menyisir rambut.

Beberapa detik kemudian sebuah notifikasi membuyarkan lamunannya.

Fanny :
Gue bikin bakpao, mau nggak?

Seketika itu juga wajah Apin berbinar ceria. Melupakan kegalauannya beberapa saat yang lalu. Buru-buru dia menyambar kunci motor serta jaketnya. Bergegas menuju rumah Fanny guna menikmati bakpao buatan gadis itu.

****

Seluruh siswa membenarkan posisi duduk mereka tatkala Bu Dewi memasuki ruang kelas. Seperti rutinitas biasanya bahwa Bu Dewi akan menyapa lalu disusul doa. Usai rutinitas selesai, tanpa basa-basi Bu Dewi mengingatkan tugas kelompok yang sudah beliau perintahkan beberapa hari lalu.

Ayyara menatap layar laptopnya, menampilkan powerpoint berisi materi struktur atom yang akan ditampilkan bersama Jo. Cowok itu menghubungi semalam, berdiskusi ulang hingga akhirnya materi biomolekul tidak jadi menjadi pilihan mereka.

"Sesuai yang Ibu jelaskan. Setiap kelompok berhak memilih satu materi Kimia dari kelas sepuluh sampai duabelas untuk dipresentasikan. Kalau pun ada yang sama, Ibu akan nilai dari cara kalian presentasi."

"Setiap kelompok Ibu beri waktu sepuluh menit untuk menjabarkan materi dan sepuluh menit untuk sesi tanya jawab."

"Kelompok pertama, Fanny Fabriana dan Ravindra Azamelvoz. Silakan ke depan!"

Dua murid berkepribadian introvert tersebut berjalan maju ke depan. Menyambungkan laptop milik Apin hingga terhubung pada layar LED TV.

"Selamat pagi. Saya Ravindra bersama rekan saya Fanny akan membahas tentang kimia koloid yang kita temui di kelas sebelas."

Layar LED TV memperlihatkan pengertian koloid yang sedang Apin terangkan. Semua mata tertuju pada layar tersebut dengan penuh konsentrasi.

"Koloid merupakan jenis campuran heterogen yang terbentuk karena adanya dispersi suatu zat ke dalam zat lain yang dicampurkan,"

PYTHAGORAS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang