39 - Rekaman CCTV

744 89 128
                                    

Kapabilitas seorang Arzano Rafatkhan dalam mengotak-atik alat tekhnologi sangat bermanfaat untuk situasi seperti sekarang. Cowok itu akan memberi sebuah bukti axiomatic, membuat Arya dan Ayyara berdecap kagum.

Di dalam sebuah ruangan gelap ini, mereka bertiga berhasil menyentuh komputer berisi rekaman CCTV. Rencana Azalea dalam menonaktifkan sinar inframerah berhasil tanpa lecet sedikit pun.

“Tanggal 24?” tanya Arzan.

Tanggal 24 Agustus, hari di mana debat SMA Angkasa berlangsung. Sekaligus hari saat video mereka disabotase dan mereka menyusup ke ruang kepala sekolah hingga berakhir luka jahitan di tubuh Arzan.

“Iya,” sahut Arya.

Arzan mendesah pelan. Jemarinya memijit pangkal hidungnya. Jantungnya berdegup kencang melihat apa yang mereka cari tidak ada.

“Nggak ada rekaman tanggal dua empat. Tapi, tanggal dua tiga sama dua lima ada.”

“Coba cek dua-duanya,” kata Arya.

Arya dan Ayyara semakin menajamkan penglihatan mereka pada layar komputer. Benar kata Arzan bahwa rekaman tanggal 24 sudah tidak ada.

“Bagaimana bisa rekaman CCTV hilang?”

Itu adalah suara Pak Han di ruang kepala sekolah. Terlihat kepala sekolah SMA Angkasa tersebut sedang memarahi seorang satpam. Satpam yang sudah menorehkan luka pada tubuh Arzan.

“Saya gak mau tahu. Kamu saya pecat. Gak becus kerja, udah dibantu keamanan ruangan masih bisa kebobolan.”

“Sekali lagi saya minta maaf, Pak.”

“Saya gak butuh maaf kamu. Saya butuh janji kamu buat tutup mulut!”

Tubuh Arzan bersandar pada kursi. Dia berdeham pelan, melirik Arya dan Ayyara yang saling pandang.

“Ternyata CCTVnya bocor duluan,” celetuk Arzan.

“Menurut lo siapa?”

“Sstt!”

Arzan meletakkan telunjuknya di depan bibir. Dia buru-buru menutupi layar komputer menggunakan jaketnya. Matanya melirik bayangan yang terlihat melalui celah jendela. Suara tapak kaki itu juga terdengar semakin dekat.
Tanpa sadar, mereka bertiga menahan napasnya. Menatap was-was pada pintu ruang kepala sekolah.

“Gue hapus rekaman CCTV jejak kita tadi. Arya angkat Ayyara buat lepas stiker merah di atas lampu merah alat pendeteksi. Tapi, jangan diaktifkan,” jelas Arzan setelah tapak kaki itu menghilang.

☆☆☆☆

Ayyara melirik jam tangannya. Pukul 21.30, tiga puluh menit setelah mereka berhasil keluar dari SMA Angkasa tanpa membawa hasil pelaku sabotase. Ayyara menyeruput spageti carbonaranya. Di hadapannya, ada Arya dan Arzan yang sibuk memakan makanan mereka.

“Menurut lo berdua, siapa pelakunya?” tanya Ayyara dengan pandangan kosong.

Sontak, Arya menepuk jidat Ayyara agar tidak melamun.

“Gue yakin orang yang sabotase sama hapus rekaman sama,” kata Arzan.

“Bener, gak mungkin kan orang hapus rekaman CCTV tanpa sebab.”

Arya menerawang ke depan. “Berarti orang yang hapus masuk setelah kita, sebelum pagi?”

“Lebih tepatnya sebelum cctv dicek,” imbuh Ayyara.

Jemari Arzan terketuk di atas meja. Dari sorot matanya, terlihat bahwa cowok itu tengah berpikir keras.

“Pagi-pagi pak satpam mau lapor kalau kita nyusup. Tapi, rekaman CCTV hilang,” gumam Arzan.

PYTHAGORAS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang