Ketika sang fajar mulai menyingsing. Embun-embun menguap. Kala kabut pagi membawa rasa seperti di atas awan. Dan ketika ayam-ayam berkokok. Semua aktivitas dimulai. Seperti anak tangga, hari ini baru saja memijak pada tangga yang lebih tinggi dan hari kemarin menjadi tangga di bawahnya yang harus ditinggalkan.
Seseorang yang takut pada ketinggian tidak akan berani melihat tangga bawah lagi. Mereka akan fokus naik pada tangga berikutnya. Analogi yang pas dengan manusia yang takut masalalu. Mereka selalu terluka jika harus menoleh ke belakang.
"Pinjem bolpoin," pinta Apin.
Ayyara mengulurkan tempat pensilnya. Membuat beberapa lembar kertas terlihat.
"Ini soal apa?"
"Oh iya! Bantu kerjain dong, Kapin. Itu soal dari Arzan."
Apin membaca soal-soal itu. Sepertinya ada yang aneh.
"Itu gue hitung kan, 464, tapi kata Arzan salah. Gue gak ngerti ini otak gue yang mulai menua atau emang Arzan yang sinting."
"Gue bawa ya?"
"Iya, iya. Bawa aja Kapin. Nanti kalau udah ketemu jawabannya kasih tau gue."
Apin mengangguk. Ia memasukkan kertas Ayyara ke dalam sakunya. Lalu, segera menulis isi mosi yang perlu mereka sampaikan ke beberapa kelas.
"Arzan sendirian?" tanya Ayyara.
Arya baru saja membagi tugas tentang mosi. Menyuruh siswa-siswi memilih mosi unggulan.Ayyara dan Apin di kelas 12, Arya dan Jo kelas 11 dan Arzan kelas 10.
"Sans, gue bisa."
Setelah itu, mereka semua turun dari rooftop tempat yang tadi mereka gunakan diskusi. Mereka memutar arah. Bersiap menjalankan misi masing-masing.
Apin dan Ayyara memasuki XII IPA O1.
"Hallo, gue punya pengumuman!" kata Ayyara.
"Mau sebar undangan?" tanya Azalea jail.
"Sebar jimat anti Azalea."
A
pin mengangkat tangannya, mengomando teman-temannya agar diam terlebih dahulu.
"Berkaitan dengan debat tahunan SMA Angkasa yang akan diselenggarakan enam hari lagi. Gue di sini mau minta tolong ke kalian supaya isi request mosi dengan Adanya unggulan hanya membuat siswa merasa tidak mendapat keadilan dan unggulan perlu dihapuskan karena mengganggu proses perkembangan siswa."
Azalea mengangkat tangannya.
"Kenapa gitu?"
"Supaya unggulan dihapus. Kita nggak butuh unggulan."
"Tapi gue butuh!" Kalila di barisan belakang mengangkat tinggi-tinggi tangannya.
Apin dan Ayyara saling pandang. Sepertinya mereka salah ranah. Mereka langsung bergegas keluar kelas. Mencari Arzan, Arya dan Jo untuk menghindari kelas unggulan.
☆☆☆☆
Lima tubuh manusia tergeletak di lantai basket. Menatap langit jingga yang begitu indah dan hangat. Melenyapkan semua rasa lelah mereka dalam sekejap. Mereka berlima baru saja selesai melakukan misi mereka.
"Gue yakin gak 100% bakal isi mosi unggulan. Pasti ada yang ngisi lain," celetuk Jo.
"Arzan 'kan, jago hacking-"
"Loh iya?" sela Jo.
Arzan bergumam pelan dengan mata terpejam. Dia memang suka sesuatu yang berbau teknologi. Apalagi jika sudah berurusan dengan coding atau hacking. Seru sekali.