Seperti hari-hari biasanya, Air membereskan rumah ini sendirian karena para maid belum juga kembali kerja, sebenarnya capek sih Air yang harus membereskan rumah ini sendirian, bahkan Air juga sering melewatkan waktu makan, dan istirahat nya supaya rumah ini bersih sebelum sang pemilik rumah kembali."Pagi Bunda." Ucap Air di dalam hati nya, dia menatap pintu berwarna putih itu dengan tatapan yang sedu, mata yang berkaca-kaca.
Tak mau larut dalam kesedihannya, Air langsung berjalan lagi ke kamar yang lain untuk dia bersihkan, yah dari banyaknya ruangan dan kamar di mansion ini hanya satu kamar yang tidak boleh Air bersihkan, bahkan untuk memegang pintu nya saja tidak boleh. Padahal Air ingin sekali sesekali masuk ke dalam kamar itu namun itu semua tidak mungkin.
Air pernah satu kali mencoba untuk membuka pintu itu karena waktu itu kebetulan kunci pintu itu menggantung di sana, namun saat Air membukanya hanya ada lorong lalu di depannya ada pintu lagi, ruangan ini nampak sangat membingungkan bagi Air. Namun saat akan membuka pintu ke dua tiba-tiba dia tarik ke luar dengan kasar lalu di pukuli hingga dia hampir sekarat. Dan semenjak itu dia tidak berani lagi masuk ke dalam.
Tapi setelah kejadian itu Air kembali mendapatkan sebuah siksaan di tubuhnya, bahkan bukan hanya itu saja, yang membuat Air lebih syok saat Arsares mengatakan bahwa ruangan itu adalah ruangan khusus yang di buat untuk sang istri alias ibu kandung Air yang sedang mengalami koma sesudah melahirkan Air, itu berarti sudah enam belas tahun ibunya koma dan Air baru mengetahuinya saat dia berumur empat belas tahunan.
Dan semenjak saat itu, rasa penasaran Air semakin tinggi karena dia ingin sekali masuk ke dalam ruangan itu, Air ingin dia melihat wajah asli sang bunda meskipun hanya sekali.
"Bunda sehat-sehat di dalam."
Sebenarnya hati Air menangis histeris menatap pintu itu, tapi dunia seolah melarang Air untuk mengikuti apa yang ada di hatinya. Dunia memang kejam, tapi ada yang lebih dari kejam, yaitu TAKDIR. Setiap manusia pasti punya yang namanya takdir, tapi dengan skenario yang berbeda-beda, mungkin Tuhan memberikan ujian yang sangat berat ini kepada air karena Tuhan tau bahwa seorang Air itu kuat.
Dan Air tidak pernah menyalahkan takdir, Air tau mungkin Tuhan menguji Air lebih dulu sebelum Air mendapatkan kebahagiaan di suatu saat nanti. Dan air sangat berharap sekali bisa mendapatkan kebahagiaan itu walaupun di akhir hayatnya.
Setelah membereskan ruangan kini Air kembali ke tempat penyetrikaan baju. Sudah tiga jam Air menyetrika baju, tapi baju yang belum di setrika masih numpuk, meskipun peluh membasahi tubuh Air tapi dia sangat berusaha sekali untuk membereskan pekerjaan ya sebelum sang tuan rumah kembali ke rumahnya.
"Akhirnya selesai juga," ucap Air saat pekerjaannya menyetrika baju sudah selesai, kalo kalian kira Air bakalan istirahat? Jawabannya tidak, Air tidak ada waktu untuk yang namanya istirahat barang sebentar pun, pekerjaan setrikanya memang selesai tapi tidak dengan pekerjaan yang lainnya, air masih harus menyapu halaman rumah, membersihkan garasi, mencuci kendaraan yang sudah di pakai, memasak untuk para ajudan tuannya, mencuci piring bekas makan para ajudan itu, dan masih banyak lagi yang harus Air kerjakan.
Jika urusan belanja keperluan memasak dan lain-lainnya Air tidak perlu khawatir karena setiap Minggu pasti ada yang mengantarkan bahan masakan, dan setiap bulan pasti ada yang mengantarkan barang-barang yang perlu di ganti.
Namun saat Air sedang memasak entah kenapa tiba-tiba kepalanya berdenyut dan membuatnya terhuyung ke depan, untungnya ada meja kompor untuk menahan tubuh air biar tidak terjatuh ke lantai.
"Kenapa pusing banget."
"HEH!! KALO MASAK TUH CEPETAN, KITA SEMUA UDAH PADA LAPAR INIH!!" Ucap salah satu bodyguard yang menegur Air.
"I---iya," dengan terpaksa Air melanjutkan acara memasaknya, walaupun kepalanya terasa berputar.
______________Setelah memasak kini Air terduduk di lantai samping meja kompor, matanya menatap lurus ke depan, entah apa yang sedang di pikirkan nya.
"Ngapain lo di sini?"
Mata Air melihat ke arah sumber suara, disana dia melihat Kafka.
"Nggak," jawab Air.
"Kalo gue nanya itu, jawab yang bener tolol!"
"Lagi nungguin sisa makanan mereka," ucap Air dengan jujur.
"Kan lo yang masak?"
"Iya tapi tuan ngelarang Air buat memakan makanan yang ada di rumah ini, perut air udah sakit dari kemarin belum di isi," ucap Air membuat Kafka merasa iba sekali. Di saat dia menghabiskan uangnya sesuka hati, makan enak, dan hidup serba kecukupan ternyata di rumahnya ada yang lebih membutuhkan lagi dan yang lebih parahnya itu adalah adeknya sendiri.
"Mau makan apa lo?" Tanya Kafka. tapi Air hanya menggelengkan kepalanya.
"Cepetan, sebelum gue berubah pikiran."
"Gak punya uang," Air kembali menatap Kafka yang berdiri di hadapannya.
"CK! Gue yang beliin bego."
"Nggak usah, makasih, saya nungguin mereka aja."
"Eh anjing itu hidung lo berdarah," ucap Kafka panik saat tiba-tiba darah keluar dari hidung Air degan deras.
"Bersihin cepet," Kafka menarik tangan Air yang membersihkan hidungnya.
"Nggak usah."
"Banyak bacot banget sih lo! Cepetan sini bersihin," Kafka menarik tangan Air menuju wastafel, menundukkan kepala air sehingga darah yang keluar makin banyak.
Kafka menyalakan keran air supaya darahnya mengalir terbuang bersama air keran. Namun tangan Air malah berusaha mematikan keran nya.
"Kenapa lo matiin goblok."
"Udah jangan buang-buang air, entar tuan marah," ucap Air.
Tanpa memperdulikan ucapan Air, Kafka kembali menyalakan kerannya lagi, bahkan dia menahan tangan Air yang akan mematikan kerannya.
Sudah lima belas menit Kafka membantu Air, namun darah yang keluar dari hidungnya belum juga reda, bahkan tubuh Air juga nampak begitu lemas sekali.
"Kita ke rumah sakit."
"Ja--jangan, biarin aja."
____________________________________
Halo semuanya.....
Hihi aku kembali lagi nih, ada yang kangen aku kah?(٥↼_↼)Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR JADI BINTANG
Teen FictionDi jadikan budak oleh keluarganya sendiri? "Gak papa, yang penting gue masih hidup." ___________+__________ Kisah ini menceritakan perjalanan hidup seorang remaja yang di jadikan budak oleh keluarganya sendiri. Selama hidupnya dia hanya MAMPU UNTU...