"YAH JAWAB AKU! DI MANA AIR!"PLAKK
"Sekali lagi kamu bicara dengan nada tinggi, ayah pastikan dia akan mati dengan cepat," ancam Arsares.
"Ayah tega, ayah bener-bener tega, yah kemarin, kemarin dia ngalamin kritis di rumah sakit dan malamnya di maksa pulang karena dia takut sama ayah, dia takut dia akan di marahin lagi sama ayah, dan sekarang apa? Ayah bener-bener mau membunuh darah daging ayah sendiri?"
"Yah, ayah tau batin seorang ibu gak pernah salah, gimana kalo nanti bunda bangun, tiba-tiba dia nanyain anaknya hah? Ayah bakalan bilang kalo Azka anak bunda? Apa ayah yakin bunda bakalan langsung percaya? Gak yah, aku yakin kalo bunda pasti lebih kenal dengan anak nya sendiri," ucap Kafka.
"Gak usah bahas yang gak penting lagi Kafka, sekarang kamu masuk ke kamar."
"Gak penting? Yah mungkin gak penting buat ayah, tapi buat aku, aku seorang kakak dan aku gak tega liat Adek aku di perlakukan seperti itu sama ayah nya sendiri, hati aku sakit yah."
"Permisi, maaf tuan, tuan muda Azka ingin tidur bersama dengan anda," ucap Fahri si asisten yang selalu hambelabel dalam segala hal.
"Baik lah," Arsares melangkah kan kakinya untuk ke kamar Azka, sedangkan Kafka dia kelihatan sangat stres dengan kelakuan Arsares, bagaimana jika mimpi tadi jadi kenyataan?
"Aaarrghhh," Kafka menjambak rambutnya frustasi.
Drettttt
"Apa?"
"Hemm gue ke sana sekarang," Kafka mematikan sambungan telpon nya, dan langsung bergegas menemui sahabatnya yang menyuruh ke kafe tempat nongkrong yang tidak jauh dari rumah Kafka.
Setelah sampai, Kafka langsung menghampiri teman-teman nya, rupanya mereka sudah memesan makanan dan mengobrol sambil menunggu dirinya.
"Kemana aja Lo?"
"Tapa."
"Eh bener Adek Lo udah sadar dari koma nya?" Tanya Jerry.
"Hemm."
"Kenapa Lo kaya sedih gitu, harusnya seneng dong Adek Lo udah sadar," ucap Jerry.
"Gak gue gak seneng, lebih baik dia mati aja sekalian," ucap Kafka.
"Jaga ucapan lo ya kang!"
"Dah lah males, gue mau pulang."
_____________Dor
Dor
Dor"Kamu tunggu di sini sama bunda ya, jagain bunda nya," ucap Arsares.
Sedangkan Azka, dia masih menangis karena syok saat tertidur dia mendengar suara tembakan yang saling bersahutan.
"Ayah cepet ke sini," ucap Azka.
"Iya ayah pasti bakalan pulang secepatnya,"
Arsares langsung meninggalkan Azka, dia ingin menemui musuhnya yang terobsesi sekali dengan bisnis dan uang, tadi siang Arsares berhasil mengambil alih salah satu perusahaan dia, jadi kemungkinan besar dia berani menyusup ke rumahnya karena dia ingin mengambil hak nya lagi.
"Ada apa anda kemari?"
"Kembalikan salah satu perusahaan ku yang sudah kau ambil!"
"Kalo kalah, ngaku saja kalah bodoh!"
"Dari dulu sifat sombong mu memang tidak pernah hilang Arsares," ucap orang itu.
"Yah, dan kau tau sendiri, jadi dari pada anda saya bunuh di sini, lebih baik anda pergi dari sini, bawa semua pasukan mu yang hidup maupun mati," ucap Arsares.
Drettttt
Orang itu mengambil hp yang bergetar di dalam saku jas nya, dia langsung mengangkat telponnya dan mematikan nya tanpa mengucapkan satu patah kata pun.
"Terimakasih sudah mau menukar peliharaan mu dengan peliharaan ku," ucap orang itu sambil membalikan badan dan pergi meninggalkan rumah Arsares.
Arsares tersenyum tanda kemenangan, dia berhasil mengusir tikus liar itu tanpa membuang tenaga.
"Ada apa ini?" Tanya Kafka yang baru saja masuk ke dalam rumahnya yang sudah di suguhkan dengan keadaan rumah yang berantakan dan juga banyak sekali darah di lantai maupun tembok rumahnya.
"Dari mana kamu?" Tanya Arsares.
"Darah," dumel Devan.
"Om, om, om kok kaya gini sih? Ada apa?" Tanya Fahmi.
"Tidak ada apa-apa, ini hanya gincu bekas main Azka," ucap Arsares.
"Owalah gincu, tapi kenapa kok mau anyir gini?" Tanya lagi Fahmi.
"Bau? Emang iya? Nggak ah ini parfum keluaran terbaru yang perusahaan om buat," elak Arsares.
"Kalian tanyain aja sama dia, gue mau ke kamar," ucap Kafka meninggalkan teman-teman nya, yah tadi mereka memaksa ikut Kafka karena mereka ingin melihat kondisi Azka yang katanya sudah sadar. Dan hari ini niatnya mereka akan mengajak main Azka sampai puas.
"Azka di mana om?" Tanya Jerry.
"Dia sedang bersama bunda nya, memangnya ada apa?"
"Kita mau ajak main Azka boleh gak om?"
"Boleh, kebetulan tadi dia lagi nangis, kalian tunggu saja si lantai dua, nanti saya ke sana bersama Azka."
"Okey om,"
____________"Bagaimana?"
"Sudah tuan."
"Bagus, ini balasan untuk dia karena sudah berani mengambil salah satu perusahaan ku."
"Tapi bagaimana dengan mereka tuan?"
"Kumpulkan mereka di tempat yang sudah saya sediakan," ucap orang itu.
"Baik tuan."
____________"Bang Fahmi kaya domba hahaha," suara gelak tawa Azka begitu memenuhi isi ruangan ini, dia bermain berbagai macam mainan yang Arsares siapkan, dia tertawa begitu lepas saat teman-teman Kafka melontarkan candaan yang lucu.
"Gak, Abang kaya babi ngok ngok ngok," ucap Fahmi sambil memperagakan suara babi yang pernah dia dengan.
"Kaya setan pertigaan rumah lo deh kayaknya mi," ucap Jerry.
Meninggalkan mereka ber tiga, di sofa ada Kafka dan Devan yang dari tadi hanya memperhatikan mereka, kalo Defan sih sebenarnya susah bergaul, susah beradaptasi dengan orang baru hal seperti ini jadi hal wajar bagi Kafka yang duduk di sebelahnya.
"Lo gak ikutan main?" Tanya Devan.
"Gak."
________________"APA BAGAIMANA BISA?!"
"Maafkan saya tuan, waktu di ruang bawah tanah kami di serang secara tiba-tiba," ucap salah satu bodyguard yang selamat dari maut, ya karena semua bodyguard yang bertugas di ruang bawah tanah telah di bunuh, kecuali dirinya.
"Semuanya?"
"Ya tuan."
"Dia?"
____________________________________
Haiii
Yuhuuuu SELAMAT di part ini gak ada sed sed an.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR JADI BINTANG
Teen FictionDi jadikan budak oleh keluarganya sendiri? "Gak papa, yang penting gue masih hidup." ___________+__________ Kisah ini menceritakan perjalanan hidup seorang remaja yang di jadikan budak oleh keluarganya sendiri. Selama hidupnya dia hanya MAMPU UNTU...