"Dek, pulang ya?"
"Gak mau."
"Sama bunda mau?"
"Mau, aku mau sama bunda di sini," ucapnya dengan wajah yang bahagia.
"Di sana."
_________"Masih ada yang sakit?" Tanya Kafka kepada Air.
"Tadi gue ketemu Bunda," ucap Air.
"Gue mau tukeran sama Bunda."
"Ngomong apaan sih lo, udah dari pada ngelantur mending tidur." Kafka membenarkan posisi selimut yang menutupi sebagian tubuh Air.
"Gue gak bakal ninggalin lo, gue cuma mau tukeran sama bunda bang, gue udah capek, lo gak bakalan ngerti, lo gak bakalan tau gimana jadi gue,"ucap Air.
"Gue tau, gue gak bakalan bisa ngerasain apa yang lo rasain, tapi gue yakin lo bakalan bisa ngerasain apa yang gue rasain."
"Kapan?"
"Kapan bang? Gue udah capek harus gini terus, gue cuma mau kalian tapi kenapa susah banget."
Kafka di buat diam oleh Air, dia tidak akan pernah menyangkan jika Air akan bicara seperti ini.
Clek
"Selamat siang."
Kafka hanya tersenyum tipis saat seorang suster masuk ke dalam ruangan Air, dia memeriksa semua nya, dan saat dokter masuk tiba-tiba dokter itu langsung membuka infus Air.
"Loh dok kenapa di lepas? Dokter gak liat, Adek saya aja masih lemes gini!"
"Maaf tapi ini perintah tuan Arsares kalo Pasien harus segera di pulangkan sekarang juga," ucap dokter itu.
"Gak, saya gak izinin, pasang lagi!" Kafka menunjuk ke arah suster yang masih membuka semua alat yang menempel di tubuh Air
"Maaf tapi ini perintah tuan Arsares," ucap dokter itu.
"Bisa bangun?" Tanya dokter itu setelah semua alat yang menempel di tubuh Air terlepas, dan kalian tau jawaban Air hanya menggelengkan kepalanya pasrah.
"Di coba dulu, kamu harus ganti baju, gak boleh pake baju ini," dokter itu malah memaksakan tubuh Air yang lemas dengan sedikit paksaan.
"Stop! Jangan di paksa!"
"Tidak tuan, saya hanya menjalankan perintah dari tuan Arsares."
"Biadab!"
______Se panjang perjalanan pulang, Kafka terus memandang wajah pucat Air, hatinya begitu sakit saat melihat Air harus di pulangkan dari rumah sakit di saat kondisinya saja belum benar-benar pulih.
Perlahan tangan Kafka terangkat, mengelus pelan rambut Air yang lepek oleh keringat, dia sedikit meringis saat melihat ada luka di kepala Air yang masih basah, dan juga mata anak itu masih bengkak pasti rasanya sakit sekali.
Kenapa Kafka baru menyadari kesalahannya selama ini, adik nya menderita sejak kecil, di pukuli setiap hari, di caci maki, bahkan tidak di beri makan sama sekali sedangkan Arsares menyuruh Air untuk bekerja setiap hari nya, pantas saja tubuh Air terlihat sangat kecil dan pendek, jauh di banding dengan postur tubuh dirinya.
Tak disadari ternyata mereka sudah sampai di depan rumah Arsares. Air menggeliat kecil dan membuka matanya meskipun rasanya sangat sakit sekali.
"Turun yuk," ajak Kafka.
"Mau di gendong?"
Air hanya menggelengkan kepalanya, takut jika Arsares melihat Air di gendong Kafka nanti Arsares akan murka lagi.
Kafka menuntun Air masuk ke dalam rumahnya dengan kaki yang pincang membuat jalan mereka sangat pelan, tapi saat di dalam Kafka malah berjalan ke arah belakang, sedangkan Kafka menyuruhnya untuk ke kamar Kafka.
"Ke kamar gue dulu," ucap Kafka, dan di balas gelengan oleh Air.
"Ke sana aja," Air menunjuk ke arah belakang rumahnya.
"Nurut dulu sama gue," ucap Kafka.
"Gue capek, pengen istirahat."
"Iya istilah nya di kamar gue aja."
"Kalo gue istirahat di kamar lo, yang ada gue besok di kubur."
"Ya---"
"Abangg!!"
Brakk
"Awwsss."
Tiba-tiba Azka berlari ke Arah Kafka, dan langsung melompat ke punggung Kafka. Kafka yang tidak siap dengan gerakan tiba-tiba dari Azka, Kafka tidak sengaja mendorong tubuh Air sehingga Air jatuh ke lantai sambil meringis karena tangan nya yang di sangga terbentur ke lantai.
"apa-apaan sih lo!" Kafka melepaskan tangan Azka yang melingkar di lehernya.
"Abang ih, Azka kangenn," Azka semakin mengeratkan pelukannya.
"Lepas anjing!" Kafka semakin murka dengan tindakan Azka yang menurutnya sudah lebih dari keterlaluan. Azka melepaskan pelukannya, Kafka langsung membantu Air untuk berdiri.
"Lo gak papa?"
"Sakit," Air melepaskan tangan Kafka yang tak sengaja memegang pundaknya.
"Abang gak usah bantuin dia!" Azka menarik tangan Kafka, namun di tepis oleh Kafka.
"Isshh"
BruggAzka menendang kaki pincang Air karena kesal, kafka tidak meresponnya. Sakit? Tentu saja, bayangin saja gimana kaki yang bengkak tiba-tiba di tendang pasti rasanya sangat linu sekali.
"LO---"
"Apa mau marah? Marah aja marah, aku bilangin sama ayah!" Ancam Azka.
"Pergi lo dari sini!"
Pelan-pelan Air bangkit dan berjalan menyeret sebelah kakinya yang masih sakit, matanya yang perih karena bengkak kini semakin perih karena air mata nya yang keluar begitu saja.
"Dek!" Kafka berniat mengejar Air, tapi tangannya di tahan Azka.
"Kalo Abang ngejar dia, aku aduin Ke ayah!"
Air masuk ke dalam rumah-rumah an yang kecil itu, di dalam sana Air menutup pintu nya, duduk bersandar ke dinding, dan menangis, biarlah orang lain mengejeknya karena menangis, karena mereka tidak tau bagaimana hati Air yang begitu sakit, luka fisiknya saja belum pulih bahkan Air tidak yakin akan sehat kembali, di tambah luka dalam hati nya yang terus di timbun dengan luka luka batin lainnya.
"Bunda sakit..," lirih Air.
"Bunda pulang, Air udah gak kuat bunda."
Air semakin menangis menjadi-jadi, untuk saat ini saja air ingin mengeluh, Air ingin bercerita ke peda siapapun yang mau mendengarkan cerita pilu dari kehidupan seorang Air. Setelah lama menangis akhirnya Air berhenti saat melihat ada beberapa buku yang menumpuk di sudut ruangan ini, dia ambil buku itu membuka lembaran kertas yang kosong, lalu menuliskan semua isi hatinya di dalam buku itu, menceritakan apa yang ingin dia lakukan jika suatu saat nanti Air merasakan hangatnya keluarga, merasakan kasih sayang keluarga yang sebenarnya, dan juga dia menuliskan apa yang sedang dia jalani dia tulis semua di kertas kosong itu.
Semoga saja dengan cara ini Air bisa meluapkan apa yang ada di dalam hatinya selama ini dia pendam sendiri sampai terus tertimbun oleh luka yang baru.
____________________________________
Makasihhh buat kalian yang baca cerita ini ya, gak nyangka loh pembacanya se banyak ini, padahal dulu tuh sama aku sampe ada niatan mau di anpablis aja nih cerita karena gak ada pembaca, entah baru launching atau alurnya yang kurang menarik gitu.
Tapi pas kesini-kesini tuh pembacanya makin rame jadi aku lanjut aja deh ceritanya sebisa aku heheheAku juga baru bisa UP sekarang karena pas kemaren-kemaren tuh aku ada ujian praktek nikah di sekolah, jadi sibuk mempersiapkan ini itu, dan aku jadi pengantin wanitanya, sumpah demi apapun selama acara tuh berlangsung aku nahan ketawa mati-matian sampe nangis:(
Tapi Alhamdulillah sih acaranya selesai dan kelas aku jadi kelas yang paling pertama ujian praktek nikah huhuyy
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR JADI BINTANG
Teen FictionDi jadikan budak oleh keluarganya sendiri? "Gak papa, yang penting gue masih hidup." ___________+__________ Kisah ini menceritakan perjalanan hidup seorang remaja yang di jadikan budak oleh keluarganya sendiri. Selama hidupnya dia hanya MAMPU UNTU...