Mobil yang di tumpangi oleh Arsares dan Azka melaju dengan kencang membelah jalan menuju ke kediaman Arsares.Selama perjalanan Arsares hanya terdiam melihat ke jendela, dia terlihat sangat cemas dan takut sekali setelah mengangkat telpon dari seseorang, sangking cemasnya dia sampai menggigit kuku tangannya sendiri. Azka, anak itu dari tadi Arsares diamkan saja meskipun terus bertanya kepada Arsares.
"Om, bawa mobilnya pelan pe---"
"DIAM AZKA!"
Azka langsung ciut saat Arsares membentaknya, dia menundukkan kepalanya sambil menangis, sedangkan Arsares tidak peduli dia hanya mengusap wajahnya.
Tak lama kemudian, mobil yang di tumpangi Arsares sampai di depan rumahnya, tanpa bicara dan mengajak Azka Arsares segera berlari ke dalam rumahnya yang udah ramai sekali, bodyguard dan maid yang berlarian ke sana ke sini menambah ketakutan di dalam diri Arsares.
"Tuan," Fahri berlari ke arah Arsares yang mematung di depan pintu sambil menatap para bawahannya yang sedang sibuk.
"Gimana?"
Fahri hanya mengangguk, setelah itu dia berlari lagi di ikuti oleh Arsares di belakangnya.
Clekk
"Sayang!"
"A---akhirnya kamu sadar juga," Arsares langsung berhambur memeluk sang istri yang telah lama dia rindukan sekali, se umur hidup ini baru pertama kali Arsares menangis.
"Makasih, makasih karena kamu sudah sadar," Arsares mengecup kening sang istri yang kini tersenyum manis kepadanya.
"Kenapa kamu baru sadar sekarang Hem? Kenapa kamu membiarkan ku mengurus anak-anak kita sendirian?"
"Aku sungguh merindukan mu," tak henti-hentinya Arsares terus memeluk dan mencium sang istri yang dia rindukan.
"Di mana Kafka? Di mana bayi ku?" Suara lembut nan lirih itu terdengar nyaring di telinga Arsares, sudah lama sekali rasanya Arsares merindukan suara merdu sang istri yang dia cintai.
"Kafka masih sekolah sayang, bayi kita udah besar sayang, namanya -----"
"Ah Fahri panggil Azka sekarang," ujar Arsares kepada Fahmi.
__________Di ruangan lain, para maid dan bodyguard Arsares masih berlarian ke sana dan kemari, bahkan ada yang membawa peralatan selimut dan sebagainya.
"CEPETAN ANJING!"
"Ini tuan," ucap salah satu bodyguard yang memberikan beberapa helai selimut tebal ke Kafka.
"Dek plis bangun," Kafka membungkus badan kecil itu menggunakan tiga selimut sekaligus, tapi wajah Air masih terlihat pucat seperti mayat.
"Dek, kamu denger Abang kan? Plis jawab," Kafka terus menangis sambil mencoba membangunkan Air.
"Bang," Azka duduk bersimpuh di samping Kafka yang masih belum sadarkan diri, Azka juga malah membantu Kafka menyelimuti tubuh Air dari atas kepala sampai ke ujung kaki, kecuali bagian wajahnya.
"CEPETAN SIAPIN MOBIL!"
"Mobil udah siap tuan."
Kafka sedikit mendorong tubuh Azka sampai Azka terduduk di lantai, sepertinya dia sedikit syok karena Kafka tiba-tiba mendorongnya. Entah apa yang membuat Air seperti ini, dia hanya tau saat Kafka memangku tubuh Air yang sudah dingin dan pucat seperti mayat.
__________Di rumah sakit, Kafka tidak bisa diam, dia terus bulak balik di depan pintu salah satu kamar di rumah sakit, saat ini perasaanya sangat campur aduk, entah dia harus bahagia atau sedih. Mungkin bahagia karena sang bunda yang telah terlelap lama kini terbangun kembali, sedangkan jauh di dalam lubuk hatinya, Kafka amat merasa sedih karena sang adik satu-satunya sedang berjuang antara hidup dan mati.
Kafka sangat takut terjadi sesuatu kepada Air, apalagi di saat tadi ada maid yang berteriak dan berlari ke luar karena dia bilang menemukan mayat di freezer room. Karena Kafka khawatir orang itu orang jahat jadi dia inisiatif untuk melihatnya secara langsung, tapi sialnya saat di sana Kafka malah melihat tubuh Air yang tergeletak di lantai dengan keadaan yang sangat memperihatinkan sekali.
Hati Kafka seperti di iris oleh pisau tumpul saat melihat itu semua dengan mata kepalanya sendiri, apalagi saat dia memeluk dan memangku tubuh Air yang sudah kaku.
"Siapa yang ngelakuin ini semua sama lo dek,"
"Gue gak bakal ninggalin lo, gue cuma mau tukeran sama bunda bang, gue udah capek, lo gak bakalan ngerti, lo gak bakalan tau gimana jadi gue."
Di dalam pikiran Kafka Langsung terlintas ucapan Air waktu itu, apa benar ucapan Air waktu itu saat dia mengatakan akan bertukar posisi dengan bunda nya? Tidak, jangan sampai Air menukar nyawanya sendiri hanya untuk melihat keluarga mereka bahagia tanpa anak bungsunya.
Kafka saja tidak bisa membayangkan seberapa sakitnya, menderitanya seorang Air selama ini, sampai dia merasa lelah dengan takdir yang terus mempermainkannya, Air juga manusia bukan? Dia pantas mendapatkan kebahagiaan seperti manusia umunya.
__________"Bunda," Azka terus memeluk sang bunda dari samping.
"Teryata anak bunda cengeng ya," ejeknya.
"Ih bunda mah!" Azka melepaskan pelukannya dan melipatkan tangannya di depan dada dengan wajah yang cemberut.
"Iya, iya maaf ya sayang, sini dong peluk lagi bunda kangen tau."
Azka kembali memeluk sang bunda dengan erat, seolah dia tidak ingin berpisah dari dirinya.
"Kalo bunda kangen, kenapa bunda tidurnya lama?"
"Maafin bunda ya sayang, selama ini bunda gak pernah ngurusin kamu, gak pernah mengawasi tumbuh kembangnya kamu, bunda minta maaf juga karena bunda kamu gak pernah ngerasain kasih sayang seorang Ibu, tapi bunda janji, bunda Janji sama kamu, bunda bakalan kasih itu semua mulai dari sekarang."
"Janji?"
"Iya bunda janji nak."
Ekhemm
"Dari tadi kalian ngobrol terus, ayah sampe di lupain," ternyata di ruangan ini bukan hanya ada mereka berdua saja, tapi ternyata ada Arsares juga yang melihat interaksi keduanya.
"Soalnya ayah gak di ajak, iya kan bunda?" Tanya Azka menatap bundanya.
"Ya udah deh kalo ayah gak di ajak mah, ayah potong uang jajan kamu ya," ucap Arsares.
"Kok gitu sih!"
"Mas?"
"Kenapa sayang?"
"Kafka kemana?"
Arsares seketika terdiam, dia juga tidak tau ke mana perginya anak sulungnya itu.
"Biasanya jam segini Kafka masih ada les tambahan, jadi pulangnya agak malem."
"Aku gak sabar mau ketemu Kafka mas, dia pasti tumbuh menjadi laki-laki yang tampan dan baik hati seperti kamu mas."
____________________________________
Telat 1 hari ges hahaha
Sekarang gak di gantung lagi ya kan?
Soalnya aku lagi sed tau, pasti sebagian dari kalian pernah ngerasain di remehin fisik nya? Hem ya aku juga tadi di remehin tau sama saudara sesusu (kalo gak tau kalian cari aja di Gugel), nah kebetulan tadi di jalan kita ketemu, aku juga gak tau dia mau kemana tapi tiba-tiba dia ngajak aku padahal kita tuh jarang banget banget bertegur sapa, kan aku kira dia becanda dan aku pun 'iya in' tapi sambil pergi mau ke warung tapi dia malah bilang "malu kalo bawa Lo mah" jir di situ gue sakit hati banget sumpah.Ya okey lah kalo kita ber papasan muka tapi gak saling sapa, tapi kalo udah nyangkut fisik plis gue gak terima banget gue sakit hati banget :(
Mental gue kena kalo udah nyangkut fisik mah :(Dah ceritanya udah kelewatan panjang, hihi maaf juga aku ceritanya di sini soalnya gak punya temen curhat.
jangan lupa VOTE dan KOMEN pokoknya ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR JADI BINTANG
Teen FictionDi jadikan budak oleh keluarganya sendiri? "Gak papa, yang penting gue masih hidup." ___________+__________ Kisah ini menceritakan perjalanan hidup seorang remaja yang di jadikan budak oleh keluarganya sendiri. Selama hidupnya dia hanya MAMPU UNTU...