11.

10.7K 637 6
                                    


"Ambilkan makanan untuk kita," ucap sang nyonya besar dari keluarga Arsares, nampaknya dia sangat anggun dan angkuh sekali, di sampingnya ada sang suami yang duduk santai.

Sedangkan di kursi sebelahnya ada dua orang pria dan wanita yang masih terduduk tenang, mereka hanya diam memperhatikan bagaimana sang besan menyuruh ini itu kepada pemuda yang nampaknya kelelahan sekali.

"Selamat menikmati nyonya," Air menaruh mekanan di atas meja setelah itu dia berdiri di belakang kursi bersama maid yang lain, mereka sengaja di tugaskan di sana karena takutnya para tamu membutuhkan sesuatu.

"Kenapa dia mirip sekali dengan anak ku dan menantu ku?"

"Iya, bahkan wajahnya seperti gabungan ke dua anak kita," balas nya, kita sebut saja kakek dan nenek.

"Tunggu apa lagi silahkan di nikmati," ucap sang Oma yang menyuruh besannya memakan makanan yang sudah di hidangkan.

"Hahaha kalian ini kenapa seperti itu, ini rumah anak-anak kita, jadi anggap saja ini rumah kita sendiri," ucap sang opa.

"Bukan begitu, tapi kita masih lelah jadi ya silahkan kalian dulu yang menikmatinya," jawab sang kakek.

"Baiklah," Oma mengambil salah satu makanan yang sudah di sediakan.

Sedangkan nenek terus melirik ke belakang melihat ke arah Air, yang masih setia menundukkan kepalanya.

"Apa Arsares Setega itu? Tidak-tidak mungkin, cucu ku koma bersama ibunya."

Karena melihat banyaknya makanan yang tersaji, hati nenek terasa tersentuh melihat bagaimana tubuh anak itu kecil sekali, beliau mengambil salah satu kue yang tersaji di meja, lalu melangkahkan kakinya ke arah Air.

"Nak, apa kamu mau?" Nenek menyodorkan kue itu.

"Ah, ti-tidak tidak nyonya terimakasih," Air semakin menundukan kepalanya.

"Hai, kenapa kamu menunduk seperti itu, lihat saya."

Dengan keberanian nya Air mengangkat kepalanya menatap ke arah nenek yang sudah berdiri di hadapannya sambil tersenyum.

Deg

"Apa ini?"

"Kamu mau?"

Air menggelengkan kepalanya ribut, tadi hampir saja Arsares marah karena katahuan meminum jus saat di dapur tapi untungnya ada Kafka yang membantunya, tapi sekarang? Air bingung sekali dia harus menerimanya atau menolaknya.

"Saya tau kamu mau ini, buka mulutnya biar nenek suapi," air menatap ke arah nenek, entah perasaan apa yang timbul di dalam hatinya yang membuat Air ingin menangis sekali, begitupun nenek, nenek juga merasakan hal yang sama.

"Ayo di makan," nenek kembali menyodorkan kue itu, dengan ragu Air membuka mulutnya dan menggigit sedikit kue yang ada di tangan nenek.

"Gimana enak kan?" Tanya nenek, Air hanya menganggukkan kepalanya.

"Makannya sambil duduk yuk," nenek menggandeng tangan Air, tapi air malah diam tak berkutik sama sekali.

"Kenapa?"

"Emmm maaf nyonya saya masih ada pekerjaan lain, maaf saya permisi," Air akan membungkukkan badannya sebagai penghormatan nya tapi di tahan oleh nenek. Air semakin gugup dan takut sekarang.

"Anterin nenek ke halaman belakang yuk, nenek udah lama gak jalan-jalan sekitar rumah ini."

"Ya Allah Air harus apa?"

"Yuk," nenek berjalan mengandeng tangan Air, bahkan saat melewati besan dan suaminya dia nampak acuh sekali.

"Ada apa dengan istri mu besan?"

AIR JADI BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang