Satu bulan penuh mereka melewati hari-harinya dengan penuh dengan konflik, yah karena semenjak Arsares bertemu dengan Kafka dia jadi sering menemuinya dan memaksa Kafka untuk pulang, tapi Kafka tetap tidak mau apalagi harus meninggalkan Air di rumah sakit bersama kakek dan nenek nya. Arsares juga sering memberikan Kafka ancaman-ancaman yang sangat tidak masuk akal, dan kemarin pun Arsares kembali menemui Kafka dan mengancam akan membunuh Air jika Kafka tidak mau pulang juga.Akhirnya karena Kafka tidak ingin itu terjadi, Kafka memutuskan untuk pulang ke rumahnya hanya sebentar yang penting dia menemui bunda nya bukan untuk kembali satu atap bersama mereka sebelum Air sembuh.
Kafka berjalan pelan memasuki rumahnya, yang membuatnya terkejut dan heran itu karena rumahnya sudah seperti kapal pecah apalagi dengan banyak mainan yang ber ceceran di lantai bahkan Kaka saja bingung harus menginjak lantai sebelah mana sangking berantakannya.
"AZKA MAINANNYA JANGAN DI BERANTAKIN TERUS SAYANG, BUNDA CAPEK LOH BERESINNYA!" Teriak Davina.
"Biarin ini juga mainan Azka," ucap Azka kepada Davina.
"Berani banget si sialan ngomong gitu sama bunda," batin Kafka spontan langsung berbicara seperti itu.
"Az---" ucapan Davina terhenti saat dia baru menyadari ada seseorang yang berdiri di sana selain mereka.
"Kafka?" Davina bangkit, dia berjalan pelan ke arah Kafka dan memeluknya dengan erat, sungguh demi apapun Davina sangat rindu dengan anaknya.
"Bunda," Kafka membalas pelukan Davina dengan hangat, Kafka juga sama rindu nya dengan Davina, ada secuil rasa bersalah nya karena saat bundanya sadar Kafka tidak ada di sampingnya.
"Kamu kemana aja sayang Hem? Bunda kangen banget sama kamu, kamu gak kangen sama bunda?" Davina melepaskan pelukannya dan memegang kedua pundak Kafka.
"Maafin Kafka ya bund, Kafka baru pulang sekarang, kemarin-kemarin Kafka ada urusan yang pentiiiing banget," ucap Kafka.
"Ya sudah tak apa, yang penting bunda udah tau kamu baik-baik aja bunda seneng banget," ucap Davina.
"Bunda mah gitu, sama Azka suka marah-marah giliran sama Abang baik banget," ucap Azka sambil melemparkan mainan yang dia pegang, hal tersebut sudah menjadi hal biasa bagi Davina dia hanya bisa menghela nafasnya pasrah, sedangkan Kafka berusaha sekuat tenaga menahan emosinya supaya tidak membeludak di hadapan bunda nya.
"Ya kan bunda baru ketemu sama bang Kafka."
"Tap---"
"Kenapa? Iri lo? Dia juga bunda gue," ucap sinis Kafka, tapi menurut Davina itu hal wajar saja selagi tidak membuat mereka saling bermusuhan dan melukai satu sama lain.
"Bunda abangnya," Azka menunjuk Kafka.
"Ssttt udah-udah jangan pada berantem gini mending sekarang kita makan yuk?" Ajak Davina.
"Maaf bunda, tapi Kafka masih banyak urusan, maaf bund."
"Urusan apa?" Bukan, bukan Davina yang bertanya, itu adalah Arsares yang baru saja datang menghampiri mereka semua.
"Mas."
"Ayah tidak menerima alasan kamu keluar dari rumah ini, sekarang kita ke meja makan semuanya," ucap Arsares tegas.
"Kafka gak bisa," ucap Kafka menatap Arsares tajam.
"Kamu tidak dengar apa yang ayah bilang barusan?" Arsares menatap Kafka.
"Mas udah, Kafka, Azka sekarang kita makan bersama yuk, bunda udah siapin makanan kesukaan kalian berdua."
_____________"Gue mau pulang sebentar, tapi gak tau jalan pulangnya ke mana." Ucapnya entah kepada siapa dia bertanya yang perlu kalian ketahui jika sekarang dia hanya terduduk sendirian, tidak ada satu orang pun di sana, dia benar-benar sendirian, tapi tidak kesepian.
"Pulang lah."
Dia melihat ke kiri dan ke kanan mencari asal sumber suara itu dari mana, selama ini dia hanya sendirian, tapi kenapa tiba-tiba dia mendengar suara seseorang? Terus kenapa dia menyuruhnya pulang? Apa dia mendengar ucapannya barusan.
Dia mencoba abai dengan suara itu, tapi suara itu kembali lagi membuat rasa penasarannya semakin tinggi. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan pelan, tapi suara itu tidak kembali terdengar lagi, dia kebingungan dan mencari kemana-mana tapi tidak ada siapapun di sana, tapi saat dia membalikan badan tiba-tiba dia melihat cahaya terang yang menyilaukan mata sampai dia pun tidak sanggup untuk melihat nya.
___________Dretttt
Suara nada dering hp terdengar jelas oleh si pemiliknya yang kini tengah tertidur di kamar yang telah lama dia tinggalkan, tidak ada yang berubah hanya saja kamarnya ini berantakan karena ulah Azka, marah? Tentu saja, menurut Kafka kamar adalah privasi nya.
Kafka mengambil hpnya dan mengangkat telponnya.
"Halo nek?"
"........"
"Kafka ke sana sekarang," ucap Kafka sembari bangkit terburu-buru sampai dia lupa membawa jaketnya, padahal di luar sedang turun hujan.
Kafka berlari menuruni tangga, hingga di lantai bawah dia hanya melihat Davina seorang diri yang kini sedang duduk santai di atas sofa.
"Kafka?" Panggil Davina.
"Bun, Kafka mau keluar lagi, buru-buru," Kafka menyalimi tangan Davina.
"Mau kemana?"
"Keluar sebentar."
"Tapi balik lagi kan? Kamu gak ninggalin bunda kan?" Tanya Davina seolah dia takut jika Kafka akan pergi meninggalkannya.
"Iya bund," ucap Kafka.
Setelah mendapat anggukan dari Davina, Kafka berlari keluar rumah, dengan motor nya Kafka membelah jalan ibu kota dengan kecepatan tinggi, tidak peduli dengan pengendara lainnya yang mengumpat karena ulah Kafka yang ugal-ugalan. tiga detik lagi lampu lalu lintas akan berubah menjadi merah.
"Tunggu Abang dek,"
Kafka semakin meningkatkan kecepatan motornya dan satu detik kemudian Kafka berhasil melewati lampu merah.
Arsares yang melihat aksi anaknya itu hanya menggelengkan kepalanya, dia berniat untuk putar arah tapi kini Arsares malah terjebak macet karena lampunya kini sudah berubah menjadi warna merah.
Setelah menunggu, Arsares langsung menjalankan mobilnya untuk pulang, dia sangat penasaran dengan Kafka, apa yang sudah membuatnya seperti itu di jalan.
Clekk
"Davina," panggil Arsares saat melihat Davina ada di ruang santai.
"Mas udah pulang?"
"Kamu tau Kafka pergi ke mana?" Tanya Arsares dan di balas dengan gelengan saja.
"Tadi dia bilang mau keluar ada urusan."
"Keterlaluan anak itu, sudah berani melawan rupanya," dumel Arsares.
"Sabar mas, namanya juga anak muda biarin lah selagi tidak di luar batas, kan dulu kamu juga kaya gitu."
"Keras kepala kaya kamu Davina."
"Kamu kali mas."
"Oh ya, kamu udah dapetin mainan yang Azka mau kan?" Tanya Davina.
"Udah sayang, sebentar lagi datang kok, sekarang Azka nya di mana?"
"Masih di kamar mas, katanya gak mau keluar sebelum mobil-mobilan nya dateng," ucap Davina menjelaskan semuanya, ya memang tadi setelah makan bersama selesai Azka meminta mainan mobil yang bisa di naiki kepada Arsares, tapi Arsares tidak langsung membelikannya karena mainan Azka sudah cukup banyak tapi Azka malah marah-marah dan mengurung dirinya di kamar.
____________________________________
Halo gaiss
Lama banget aku ilang ya udah seminggu aku gak UP karena harus UAS dulu.Gimana kalian UAS nya lancar kan?
Semoga kalian suka sama part nya, jangan lupa VOTE dan KOMEN yang banyak byby
Btw part ini gak di gantung ya
KAMU SEDANG MEMBACA
AIR JADI BINTANG
Teen FictionDi jadikan budak oleh keluarganya sendiri? "Gak papa, yang penting gue masih hidup." ___________+__________ Kisah ini menceritakan perjalanan hidup seorang remaja yang di jadikan budak oleh keluarganya sendiri. Selama hidupnya dia hanya MAMPU UNTU...