26.

9.3K 628 32
                                    


Davina dan Azka kini tengah bermain bersama sedangkan Arsares hanya duduk sambil memangku laptopnya. Sudah tiga jam lebih lamanya mereka bermain bersama, berbagai macam permainan mereka mainkan tanpa jeda untuk istirahat sama sekali. Davina sudah mengajak Azka untuk istirahat dulu karena tubuh Davina yang belum sembuh total juga sudah merasa capek sekali, tapi Azka menolak nya dengan alasan Azka belum memainkan semua mainan baru nya.

"Azka udah dulu ya?" Ucap Davina.

"Yahhh... Bunda ih belum selesai!" Ucap Azka dengan sedikit menaikan suaranya.

"Mas?" Tak ada cara lain akhirnya Davina memanggil suaminya yang dari tadi fokus dengan laptopnya.

"Iya sayang, kenapa?" Arsares menyimpan laptopnya.

"Mas bujuk Azka udahan ya, aku udah capek," ucap Davina.

"Azka," Arsares menghampiri Azka.

"Ayah sini ikut main juga, liat mobilnya bagus."

"Azka mainnya udahan ya? Bunda kamu udah capek."

"Bunda kok gitu sih?! Aku kan masih mau main! Bunda gak sayang sama Azka ya?!" Azka berteriak sambil menatap Davina dengan tajam.

Arsares dan Davina saling tatap-tatapan, Azka sangat sulit sekali untuk di bujuk.

"Ya udah kita main sebentar lagi ya sayang, bunda udah capek mau istirahat," ucap Davina.

Akhirnya mereka kembali main bersama lagi, tapi saat Davina akan bangkit tiba-tiba kepalanya terasa berputar dan saat itu juga tubuh Davina ambruk di hadapan sang suami dan anaknya?.

"Bunda/Davina!"
______________

Setelah satu Minggu Kafka tidak masuk sekolah, akhirnya hari Senin dia mulai lagi masuk sekolah karena paksaan dari sang kakek yang mengharuskan Kafka sekolah.

Selama sekolah pun, Kafka seperti tidak punya semangat hidup, selama pembelajaran berlangsung dia hanya melamun memikirkan Air yang masih tertidur di rumah sakit, bahkan saat teman-temannya berbicara kepadanya, Kafka hanya diam saja tak menggubris ocehan mereka.

"Kaf, gue gak mau tau, nanti pulang sekolah lo ikut kumpul sama kita-kita," ucap Jerry.

"Gue gak bisa, sorry."

"Ah elah, gak seru lo," ucap Fahmi.

"Ayo lah Kaf, emang Lo punya kesibukan apa sih sampe nolak nongkrong sama kita?, biasanya juga gas gas aja."

"Gue gak bisa."

"Plis lah, sehari ini aja, gak lama kok paling jam tigaan juga udah pulang."

"Iya nih, akhir-akhir ini lo tuh juga jarang banget kumpul sama kita, kumpul bentaran doang kan gak ada salahnya, ya itung-itung refreshing, biar otak lo gak mumet."

"Kalo gak gini aja, gimana kalo sekarang kita bolos, biar nanti pas pulang sekolah lo bisa pulang tepat waktu?" Tawar Jerry. Kafka melirik Jerry sebentar, ada benarnya juga jika Kafka pergi sebentar untuk kumpul di tempat biasanya.

"Hem..."

"Hemm apa nih?"

"Iya gue ikut bolos hari ini, puas?" Jawab Kafka, dan merekapun langsung bahagia karena perjuangan mereka membujuk Kafka untuk ikut bersama mereka tidak sia-sia.

"Ya udah yok kita langsung berangkat."

Dan mereka ber empat pun langsung meluncur ke tempat yang biasanya mereka gunakan untuk kumpul, tempat itu jauh dari pemukiman warga dan juga hanya mereka saja yang tau tempat kumpul mereka, bahkan mereka mengancam orang-orang yang masuk ke tempat ini tanpa se ijin mereka.

Tanpa di duga, saat Kafka dan kawan-kawannya mengendarai motor untuk ke tempat biasa, mereka malah di hadang oleh satu mobil hitam. Terpaksa mereka turun dari motor dan ternyata saat orang itu keluar dari mobil ternyata mobil yang menghadang mereka itu adalah Arsares.

Kafka cukup kaget, tidak menyangka jika yang ada di dalam mobil itu adalah Arsares.

"Cabut," Kafka kembali menaiki motornya lagi sendirian karena ke tiga temannya itu hanya diam. Dan yang bikin kesal itu saat Arsares mengambil kunci motor Kafka yang menggantung.

"Balikin," Kafka menyodorkan tangannya meminta kunci itu kembali, tapi Arsares malah tidak peduli.

"Balikin gak!"

"Kalo kamu mau pulang ke rumah sekarang juga ayah balikin kunci motor ini," ucap Arsares.

"Pulang? Pulang kemana? Alam baka?"

"Lagian gue udah gak sudi lagi pulang ke rumah yang kaya neraka itu! Lebih baik gue hidup berdua sama Adek gue dari pada harus seatap dengan iblis kaya lo!" Ucap Kafka sembari menunjuk Arsares.

"Jaga bicara mu Kafka! Ayah minta kamu tinggalkan dia, dan pulang!"

"Gak gue gak bakalan pulang sebelum lo nerima kehadiran Adek gue!"

"Kafka, ayah minta sama kamu pulang sekarang dan temui bunda kamu, kasian dia terus menanyakan kamu, ayah sampe pusing mau ngasih alasan apa lagi sama bunda kamu," ucap Arsares.

"Ngapain nyari gue? Kan ada si Azka, anak kesayangan lo."

"Jangan membuat ayah emosi Kafka, cepat masuk ke dalam mobil, kita pulang sekarang!"

"Gak gue gak mau pulang, yang ada gue mati di sana karena lo pukuli."

"Ayah gak bakalan ngelakuin itu sama kamu," ucap Arsares.

"Kalo sama Air?"

Arsares terdiam, dia menundukkan kepalanya lalu mengangkatnya lagi, menatap manik sang anak sulung nya itu.

"Pulang sekarang," ucap Arsares.

"Gak gue gak-----."

"PULANG SEKARANG KAFKA! KAMU JANGAN BIKIN AYAH EMOSI, AYAH UDAH CAPEK NGURUSIN AZKA!"

"Siapa suruh ngurus anak gak tau diri kaya dia?" Kafka menyilangkan tangannya di depan dada.

PLAKK

Satu tamparan berhasil mendarat di pipi mulus Kafka, dia sempat terdiam di tempat karena syok Arsares menamparnya, di dalam otaknya juga terus berputar nama Air, satu tamparan saja sudah cukup sakit menurut Kafka apalagi seperti Air yang hampir setiap hari di tampar oleh Arsares, bahkan di pukul, di tendang, belum juga luka batinnya, mungkin sakitnya akan beribu ribu kali lipat dari yang Kafka rasakan ini.

"Baru juga ngomong gak bakalan pake kekerasan, gimana kalo udah tinggal di sana? Mungkin baru sehari aja udah pindah alam," ucap Kafka sembari tersenyum.

"Ma---maaf maafin ayah Kafka, ayah, ayah gak sengaja," Arsares mulai kikuk dan merasa bersalah.

"Iya, mungkin gak sengaja lo nampar gue, tapi hal seperti ini udah menjadi hal biasa lo lakuin ke Air bukan?"












____________________________________

Hai hai hai
Balik lagi nih
Kangen gak sama Author?
Selamat membaca ya para reader's ku yang cantik dan ganteng, jangan lupa VOTE dan KOMEN yang banyak ya, jangan lupa SHARE juga.

Sampai ketemu di part selanjutnya

AIR JADI BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang