07

12.3K 737 9
                                    


Seorang pemuda terbangun dari tidurnya ah ralat sepertinya dia bukan tidur tapi pingsan.

Saat pertama kali terbangun dia melihat sekelilingnya yang sangat tidak asing baginya, jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, dia melihat sekelilingnya dan dia terlihat kaget saat baru sadar jika sekarang dirinya sedang digantung.

Air mencoba untuk memberontak supaya dia terlepas, tapi rasanya percuma saja karena ikatan yang melilit tubuhnya begitu kencang.

"Bagus!! Bagus!"

Prok
Prok
Prok

"Hai tuan muda bagaimana tidurnya Hem?" Salah seorang itu menepuk tangannya.

"Baiklah jika diam berarti kau ingin segera main bersama kita hahaha."

"Nggak, lepasin," ucap Air memohon kepada orang yang di hadapannya.

"Oh tikusnya mau lepas ya? Ututut kasian banget sih."

Ctas!!

"Hahaha."
___________

"Bundaa!!"

"Eh kenapa kamu balik lagi Hem? Kan udah bunda suruh pulang sayang?"

"Mau di sini aja sama bunda," ucap pemuda yang memakai pakaian serba putih merebahkan badannya di paha seorang wanita cantik yang sama memakai pakaian serba putih juga, meskipun mereka berpakaian seperti itu, pakaian mereka begitu bersinar.

"Nggak boleh sayang, kalo kamu di sini nanti Bunda marah sama Air loh emang Air mau?"

"Nggak, Bunda jangan marah ih entar Air sama siapa coba?"

"Kok balik nanya mau Bunda sentil telinga kamu?"

"Bunda tuh cantik jadi nggak baik marah-marah."

"Bunda nggak marah sama kamu, Bunda sayanggg banget sama kamu tapi Bunda marah sama mereka."

"Bunda jangan marah sama mereka juga, kalo gak ada mereka Air tambah kesepian dong, meskipun mereka begitu yang penting Air masih bisa liat mereka tertawa."

"Kenapa hati kamu baik sekali nak?"

"Buah gak bakalan jatuh dari pohonnya Bunda, Air kaya gini karena Bunda dan Ayah."

"Ya sudah sekarang kamu pulang lagi yah," wanita itu mengelus rambut Air dengan lembut sekali.

"Iya tapi suatu saat nanti Bunda jemput air ya?" Air bangun dari tidurnya dan menghadap wanita itu.

"Bukan Bunda yang jemput kamu, tapi kamu yang jemput Bunda."
___________

"Capek," lirih seorang pemuda. Selain capek fisiknya dia juga merasa capek batinnya.

"Kayaknya bunda mau main ya? Ya udah tapi jangan lama-lama ya bund mainnya Air udah capek."

"Kita mainnya cuma berdua? Ayah sama Abang gak di ajak? Eh tapi jangan di ajak ya bund entar mereka capek," ucap Air melantur, ini dia hal buruk yang sering Air lakukan jika terbangun di malam hari, melamun sendiri menghadap tembok sambil mengusap-usap dinding kusam itu seolah dinding itu adalah orang.

"Ayah tuh ganteng, Abang juga ganteng, bunda cantik, Air juga genteng tapi kegantengan Air ketutup sama muka Air yang lusuh, coba aja Air punya apa yang Abang punya pasti Air bahagia, gimana ya rasanya jadi Abang?"

"Bunda kasih tau Air gimana rasanya jadi abang?"

"Gimana ya rasanya sekolah? Pasti punya banyak teman? Air juga pengen sekolah tau bund tapi Air nggak punya uang sebanyak itu, kalo sekolah tanpa uang bisa nggak ya?"

"Tapi gimana caranya, keluar rumah aja Air belum pernah apalagi sekolah."

"Mobil itu kenapa bisa jalan ya? Kan mobil nggak punya kaki? Terus gimana caranya jalan?"

"Jam kok bisa muter-muter? Emang dia nggak pusing ya setiap hari kaya gitu?"

"Kompor kok bisa keluar api? Dari mana? Gas kan cuma udara dan nggak bisa di pegang?"

"Iisshhh bingung, coba aja ada seseorang yang bantuin jawab pertanyaan Air barusan pasti Air udah jadi orang paling jenius---"

"Eh jenius itu apa?" Tanya air kepada dirinya sendiri, dia hanya tau kata-kata aneh tanpa tau artinya apa karena sering mendengar orang-orang sekitarnya berbicara.

"Apa itu apa? Kok makin aneh aneh sih kalo orang bicara?"

Brakkk
Bughh
Duk

"Ssshh.." singisan kecil terdengar begitu menyakitkan dari mulut Air, baru saja Air akan membalikan badannya untuk melihat siapa yang datang, tapi sebelum itu dia malah mendapatkan tendangan maut dari seseorang mengenai pundaknya dan alhasil kepalanya terbentur lantai.

"Bangun kamu!" Teriak orang itu, tangannya bergerak menjambak rambut tebal Air hingga kepala Air mendongak.

"Ampun," lirih Air kesakitan, dia juga manusia, bukan hewan jadi Air juga ingin merasakan di hargai.

"Ampun kata mu?! Tidak ada ampun untuk kamu!" Arsares mendorong Air hingga terjatuh di lantai, seperti biasanya Air menjadi bahan pelampiasan Arsares.

Di sana di ruangan yang minim cahaya, dan banyak debu itu adalah saksi bisu Arsares dan Air sebagai korbannya, tak ada ringisan kecil, tak ada perlawanan sedikitpun yang Air lakukan, dia hanya menutupi wajahnya dengan tangan meskipun rasanya percuma tapi setidaknya luka di wajahnya tidak terlalu parah.

Sudah puas dengan aksinya, Arsares berhenti dan bangkit, dia menatap badan kurus nan lusuh itu yang sudah tergeletak mengenaskan.

Tak ada ucapan maaf dan terimakasih karena sudah menjadikan anaknya samsak kemarahannya, yang Arsares lakukan saat ini menatap wajah Air dengan lekat meskipun di sini tidak ada cahaya sama sekali tapi Arsares tau bagaimana bentuk wajah Air saat ini.

"Saya belum puas, datang ke tempat biasa jam delapan malam," ucap Arsares.

"Telat satu detik saja ku pastikan tangan kamu akan terlepas dari badan mu ing--"

"Ka---ka-lo Air nggak punya tangan, en--tar si-siapa yang ber--sihin rumah, nyiapin tuan makan?"

"Saya tak peduli itu urusan kamu sialan! Kalo kamu mati pun saya tidak akan pernah peduli!!"

"Kalo air mati siapa yang akan mau tuan siksa saat tuan lagi marah seperti ini? Orang lain nggak mungkin sanggup hidup seperti aku, orang lain nggak mungkin kuat sampai bertahun-tahun lamanya di siksa di perlakukan seperti hewan, mungkin sebelum tuan puas mereka sudah bunuh diri karena capek tuan siksa setiap hari."

"Sebenarnya kalo dalam agama saya di sah-kan untuk bunuh diri, saya juga mau dari pada harus hidup di perlakukan seperti hewan seperti ini, nggak ada waktu untuk bernafas sebentar saja."

"Jika tuan berkenan untuk membunuh saya, saya ikhlas lebih baik saya menemui ajal dari pada harus menahan sakit setiap harinya."

"Kerja beres-beres rumah sebesar ini sendirian, nggak ada yang bantuin satu orangpun, masak untuk tuan sebanyak-banyaknya meskipun tidak di makan semua dan harus di buang padahal di sini ada yang kelaparan, salah sedikit di pukuli, istirahat sebentar di hajar habis-habisan hahaha lucu sekali tuhan menciptakan takdir saya."










____________________________________

Halooo ges.....
Halo halo halo....

Ramein lagi yokkk lapak akuhhh mesipun ceritanya jelek, tanda bacanya amburadul, dan alurnya nggak jelas tapi di balik itu semua aku tuh berpintar-pintar sama waktu hehehe
Makin dewasa makin sibuk ya ges nggak ada waktu buat berleha-leha huhu semangat nih buat kalian juga ya...

Byby sampai ketemu di part selanjutnya
Kasih BINTANG ya karena itu berharga banget buat aku

AIR JADI BINTANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang